Malam
Lebaran
Bulan
di atas kuburan
Karya:
Sitor Situmorang
Analisis Struktur Fisik
a. Tipografi
Tipografi puisi ini hanya terdiri
dari sati larik yang berisi empat kata saja. Semua kata dalam puisi ini
berbentuk sejajar seperti sebuah kalimat seperti biasanya tanpa ada
bentuk-bentuk yang coba dikembangkan oleh penyair.
b. Diksi
Penyair memilih kata-kata sehari-hari, yaitu kata ‘bulan’ dan ‘kuburan’. Namun
dengan begitu dapat membentuk makna baru yang sangat ambigu sehingga pembaca
dapat dengan mudah menafsirkannya sesuai dengan interprstasinya masing-masing.
Dalam
puisi ini yang paling menonjol adalah perpaduan antara diksi yang ada di judul puisi
dan isi puisi tersebut, karena di sana terjadi kekontrasan penggambaran suasana
yang dimunculkan pada isi puisi.
Dalam
puisi ini pun dapat ditemukan penyimpangan kata yang masuk dalam kategori
penyimpangan semantis, yaitu:
Judul dan isi tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya sehingga menjadi unik. Malam lebaran adalah malam satu syawal yang
seharusnya bulan sama sekali tidak terlihat, namun di isi puisi disebutkan
bahwa bulan itu ada dan berada di atas kuburan.
c. Pengimajian
Dalam puisi ini, pengimajian yang
dilakukan adalah penggambaran melalui pengihatan keadaan yang coba dimunculkan
saat malam lebaran menurut penyair yang dalam keadaan bulan yang sedang berada
di atas kuburan.
Penglihatan : bulan, kuburan
Perasaan : malam lebaran dan kata ‘kuburan’
yang memberikan efek perasaan menakutkan
Pendengaran : dengan adanya kata ‘bulan’ dan ‘kuburan’
maka pembaca akan diajak berimajinasi tentang suara lolongan
anjing malam yang biasa muncul di kuburan
saat bulan purnama
d. Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji, maka
diperlukan kata konkret sehingga pembaca dapat
Menimajinasikannya
dengan baik. Kata konkret dalam puisi ini adalah bulan (bulan di atas kuburan).
Kata bulan mengkonkretkan sesuatu dalam puisi ini sehingga menjadi klimaks
dalam puisi dan benar-benar menggambarkan keadaan pada saat itu (malam
lebaran).
e. Verivikasi
Rima
Rima dalam puisi ini adalah kesamaan
bunyi ‘an’ dalam kata ‘lebaran’, ‘bulan’, ‘kuburan’ dan juga bunyi vokal ‘a’
dalam kata ‘malam’, ‘lebaran’, ‘bulan’, ‘atas’, ‘kuburan’.
Onomatope
Efek sura yang ditimbulkan dalam
puisi ini adalah begitu kuatnya konsonan ‘n’ dan vokal ‘a’, sehingga memberikan
efek kesedihan yang tertutupi/terpendam.
Malam Lebaran
Bulan
di atas kuburan
f. Bahasa
Figuratif
Dalam puisi ini hanya ada
perlambangan benda dan perlambangan suasana, yaitu menggunakan lambang-lambang.
Bulan adalah kebahagiaan dan kuburan adalah kesengsaraan.
Analisis Struktur Batin
a. Tema
tema dalam puisi ini adalah tema
kemanusiaan yang mengangkat latar malam lebaran saat kebahagiaan menindih
kesengsaraan sehingga kesengsaraan itu tidak terlihat sama sekali karena
tertutup oleh kebahagiaan yang muncul saat malam lebaran. Malam lebaran yang
seharusnya benar-benar membahagiakan ternyata membuat kita lupa bahwa
sebenarnya ada yang masih sengsara, yaitu orang-orang miskin yang tidak bisa
menikmati kebahagiaan sebagaimana yang lainnya.
Terkadang kita lupa untuk membagi
kebahagiaan kita dengan orang lain sehingga kita membuat mereka seakan semakin
jauh jaraknya dengan kita seperti bulan dan kuburan yang menyatakan keadaan
yang paling atas(bulan) dan keadaan yang paling bawah(kuburan).
b. Rasa
Pembaca diajak merasakan bahwa
keadaan orang-orang saat malam lebaran sangat berbanding terbalik dengan
orang-orang miskin hingga kebahagiaan tak dapat direngkuh sama sekali oleh yang
di bawah sampai mereka mati dan terkubur.
Pembaca diajak merasakan menjadi
orang-orang yang dibawah dan merasakan hanya mampu melihat bulan yang sedang
bersenang-senang tanpa dapat ikut bersama bahagia di saat yang menyenangkan
seperti malam lebaran.
c. Nada
Penyair bersikap menggurui pembaca
agar dapat memahami keadaan sekitar pada saat ini sehingga pembaca dapat
tersentuh hatinya karena seolah-olah masuk dalam cerita yang dibuat oleh
penyair.
d. Suasana
Suasana yang ditimbulkan dalam puisi
ini adalah iba hati, kasihan dan mau bertindak atas apa yang terjadi saat ini
tentang kuburan yang diibaratkan sebagai orang-orang yang berada dibawah.
e. Amanat
Amanat merupakan
hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Pada puisi ini amanat
yang terkandung yaitu bahwa penyair ingin menyampaikan mengenai keadaan
masyarakat yang yang jauh dari keharmonisan dan sikap tidak mau berbagi satu
sama lain sehingga menjadikan jarak mereka semakin jauh berbeda dari segala
hal. Penyair menginginkan kesadaran masyarakt untuk melakukan tindakan saing
berbagi agar perbedaan itu semakin dekat dan menciptakan masyarakat yang
setara.
No comments:
Post a Comment