“Lihatlah bagaimana aku
mencintaimu kekasihku. sudah begitu lama kita berpisah, tapi aku ingin
mengawinimu. Telah kuraih gelar MBA dari harvard. Telah kududuki jabatan
manajer perusahaan multinasional. Telah kukumpulkan harta benda
berlimpah-limpah. Kawinlah denganku. Kuangkat kamu dari lembah hitam. Marilah
jadi istriku. Jadi orang baik-baik, terhormat dan kaya. Ayo pergi dari sini,
kita kawin sekarang juga.”
Ia tersenyum, masih seperti dulu. Ada kerutan di ujung
matanya, tapi masih menatap dengan jalang. Dan setiap kali aku menatap mata
itu, dadaku rasanya bagai tersirap.
”Ayolah kekasihku, cepat, kita
pergi dari sini. Lihatlah Baby Benz yang menunggumu. Akan kumanjakan kamu
seperti ratu. Pergilah dari tempat busuk ini. Jauhilah lagu dangdut. Jauhilah
bir hitam, marilah memasuki dunia yang elit dan canggih. Kuperkenalkan kamu
nanti dengan dunia Mercantile Club, dunia para pedagang dan para manajer
internasional. Kuajari kamu main polo, kuajari kamu naik kuda, kuajari kamu
bicara Prancis, sambil sedikit-sedikit mengutip Simone De Beauvoir. kujadikan
kamu seorang wanita diantara wanita. Berparfum Poison keluaran Christian Dior,
berbaju rancangan Lacroix, bercelana dalam Wacoal. Cepat kekasihku, pergi
bersama aku. Waktu melesat seperti anak panah. Jangan sampai kamu jadi tua
disini. Menjadi kecoa yang tidak berguna.”
Ia tersenyum lagi. Matanya jalang
sekali. Rambutnya keriting dan panjang.
”Ayo cepat kekasihku. Cepat. Jangan
sampai dunia berubah. Tak ada yang kekal didunia ini. Tak ada yang setia. Ayo
cepat. Tunggu apa lagi?”