oleh: Acep Zamzam Noor
Selembar daun kering
Jatuh sudah. Dan taman tersenyum
Bunga-bunga mengangguk di sekitarnya
Sebutir embun (mungkin air mata)
Di punggung daun yang jatuh
Menjadi doa. Kupu-kupu terbang entah ke mana
*diambil dari Antologi puisi "Tulisan pada Tembok, 2011"
Analisa
Aspek Sintaksis
Judul puisi “Kupu-kupu” ini terdiri dari satu kata. “Kupu-kupu” yang menjadi judul dari puisi ini merupakan
simbol utama dalam terbentuknya puisi ini.
Puisi
ini terdiri dari dua bait, masing-masing bait terdiri dari tiga larik. Bait
pertama dalam puisi ini terdiri dari tiga kalimat yaitu, “Selembar daun
kering/ Jatuh sudah.“, ”Dan taman tersenyum” , “Bunga-bunga
mengangguk di sekitarnya”. Bait kedua dalam puisi ini terdiri dari dua
kalimat yaitu, “Sebutir embun (mungkin airmata)/ Di punggung daun yang
jatuh/ Menjadi doa.” dan “Kupu-kupu terbang entah kemana”
Bait
pertama yang terdiri dari tiga kalimat ditandai dengan adanya tiga predikat
pada masing-masing kalimat yaitu, ‘jatuh’ , ‘tersenyum’ , dan ‘mengangguk’.
Kalimat
pertama terdiri dari satu frasa, lima
kata. Satu frasa tersebut adalah “Selembar daun kering” yang merangkap
juga sebagai subjek. Dalam bait pertama ini, kalimat ini pun dapat menjadi
keterangan waktu terjadinya kejadian pertama dan kejadian inti dari seluruh
puisi.
Kalimat
kedua pada puisi ini yaitu “Dan taman tersenyum” menjadi kejadian kedua
dalam puisi. Dalam kalimat tesebut terdapat tiga kata yang salah satunya adalah
konjungsi dari kalimat sebelumnya meskipun hubungan yang ditimbulkan tidak
terlalu terasa karena kata ‘Dan’ adalah konjungsi yang tidak
menghubungkan antara satu hal dengan hal yang lainnya. Kalimat tersebut digambarkan terjadi bersamaan
dengan kejadian pertama.
Kalimat
ketiga dalam puisi ini adalah “Bunga-bunga mengangguk di sekitarnya”
menjadi kejadian ketiga dalam puisi ini. Dalam kalimat tersebut terdapat empat
kata. Kalimat tersebut masih menggambarkan keadaan saat itu. Hanya pada kalimta
ini lebih di terasa sebagai keterangan dari kejadian yang terjadi pada kalimat
satu dan dua.
Ketiga
kalimat yang berada di bait pertama memiliki hubungan yang sangat erat sekali.
Ketiganya membentuk suatu keterangan suasana yang terjadi pada puisi ini.
Ketiga kalimat ini mencoba menjadi prolog dari puisi agar puisi ini dapat
hidup. Meskipun penghidupan puisi terjadi di kalimat kedua dan ketiga karena
adanya majas personifikasi pada objeknya masing-masing, tetapi dengan
memunculkan suatu keadaan yang terjadi pada kalimat pertama menghasilkan kesan
elegan pada puisi ini.
Dalam
kalimat pertama bait pertama terjadi pemenggalan kalimat yaitu “Selembar
daun kering” dan “Jatuh sudah” dilakukan mungkin untuk menjaga agar
kalimat pertama dan kalimat kedua tidak terlalu memiliki jarak yang jauh
sehingga tetap dapat bersatu. Sebaliknya, kalimat kedua dengan kedua terasa
memiliki jarak yang begitu jauh mungkin dilakukan agar terlihat terjadi respon
dari atas terjadinya kejadaian pertama dan kedua yang seolah-olah bersamaan.
Selanjutnya,
pada bait kedua terdapat dua kalimat. Kalimat-kalimat itu ditandai dengan
adanya dua predikat, yaitu ‘Menjadi’ dan ‘terbang’.
Kalimat
pertama dalam bait tersebut terdiri dari 12 kata. Frasa “Sebutir embun”
menjadi subjek, frasa “Di punggung daun yang jatuh” menjadi keterangan,
dan kata “doa” menjadi objek dari
kalimat. Dalam kalimat ini terdapat suatu frasa yang menjadi keterangan dari
frasa “sebutir embun” yaitu, frasa “mungkin airmata”. Frasa
tersebut diberi tanda kurung pada puisi sehingga memberi tanda bahwa sebutir
embun itu merupakan airmata. Di sana
terjadi pembukaan tanda oleh puisi itu sendiri sehingga menjadi dapat diketahui
makna dari puisi ini.
Kalimat
pertama ini menjadi kegiatan yang dilakukan setelah penggambaran suasana di
bait pertama. Kalimat ini terbagi menjadi tiga larik yang pemisahannya terjadi
menurut fungsi sintaksisnya sehingga terjadi pemfokusan pada suatu fungsi sintaksis.
Kalimat
kedua terdiri dari empat kata. Kata “Kupu-kupu” menjadi subjek, kata “terbang”
menjadi predikat, dan frasa “entah kemana” menjadi keterangan. Pada
kalimat ini sang tokoh utama diceritakan akhirnya terbang ke tempat yang tak
diketahui atau merantau.
Analisis aspek Semantik
Simbol
-
Selembar
daun kering : menunjukan kematangan si kupu-kupu.
-
Jatuh
sudah : menunjukan waktu yang sudah tepat.
-
Taman tersenyum : menunjukan tempat berlindungnya si
kupu-kupu telah merestui kematangannya.
- Bunga-bunga
mengangguk di sekitarnya : menunjukan bahwa lingkungan sekitarnya telah
menyetujui kepergian si kupu-kupu.
-
Sebutir
embun (mungkin airmata) : menunjukan airmata yang menetes karena merestui
kepergian si kupu-kupu.
-
Di
punggung daun yang jatuh : menunjukan bahwa airmata itu adalah airmata
kebahagiaan.
-
Menjadi
doa : menunjukan dari airmata kebahagiaan itu akan menjadi sebuah doa bagi si
kupu-kupu.
-
Kupu-kupu
terbang entah kemana : menunjukan kupu-kupu itu akhirnya pergi untuk meraih
cita-cita dan masa depannya.
Setelah menemukan kata-kata kunci,
maka kita akan dengan mudah menyusun hipotesa cerita dalam puisi ini. Puisi ini
bercerita tentang seorang anak yang diibaratkan sebagai kupu-kupu mungkin
penyair berpendapat bahwa fase pertumbuhan manusia seperti seekor kupu-kupu.
Kupu-kupu bermula dari ulat (masa kanak-kanak) yang masih suka mencoba segala
hal, lalu beranjak menjadi kepompong (masa remaja) yang mulai menemukan jati
diri dan membentuk dirinya untuk menjadi dewasa, dan akhirnya menjadi kupu-kupu
(masa dewasa) yang sudah menemukan kematangannya sendiri.
Sedangkan tempat bernaung si
kupu-kupu dalam puisi ini dapat diibaratkan sebagai taman yang telah menjadi
tempat tinggal kupu-kupu selama berubah menjadi lebih dewasa.
Bunga-bunga mungkin dalam puisi ini
diibaratkan sebagai keluarganya termasuk ibunya yang telah merawatnya dengan
emberikan daun-daun dari bunga tersebut sehingga kupu-kupu dapat menjadi
kupu-kupu yang sempurna.
Dalam perpisahan yang ditandai
dengan selembar daun kering yang jatuh. Akhirnya bunga-bunga itu memberikan doa
dengan airmata yang tertahan seperti tertahan di punggung pohon. Airmata
bahagia itu pun menjadi doa kepergian si kupu-kupu untuk mengarungi dunia.
No comments:
Post a Comment