Kemudian katakata memepat menjadi distorsi hujan yang menua karna penantian
Dan mati tanpa ada persaksian
Aku sempat ingat kau berkata:
"Kematian adalah kenangan"
seraya mengibaskan rambut hitammu
Diiringi jatuh kelopak senja di tepi hujan
Ah, dukaduka yang papa. Masihkah kau di sana?
Merindu muram yang sama
Aku senantiasa mencari lekuk kesedihan dari tiap kecupmu
Wajahmu senja. Aku masih ingat juga
Meski mulai memudar diterpa senyum-senyum rekah dari bibir tipis itu
Oh, aku jatuh juga
Pada kesepian waktu tentang kita
Adakah rindu itu masih menghantui malammu?
Setelah kutikam mati anak-anak rindu itu
Lalu cahaya lampu kota pun sempat jatuh untuk mengenangmu
Nara, bagaimana kabarmu?
Panorama, 12 Desember 2016
Abdillah Al-Hafizh, Herlangga Juniarko, & Tri Cahyana Nugraha