Seperti biasanya yang terjadi
Sebuah pohon mulai ditebas
Dalam tebasan sang Izrail
Hingga berkurang energinya
Dan mulai meredupkan violet
Setiap elegi bersenandung disini
Tersamarkan dalam pekat bahagia
Itu sungguh sudah biasa
Seperti pasir yang tercampur emas
Masihkah kau akan tersenyum?
Ketika sosok pembunuh mendatangimu seperti biasa
Seketika itu tebasannya belum mampu mengenaimu
Hanya selangkah lagi, atau seinchi lagi
Dia mengenaimu yang rapuh
Hari ini, kau begitu sempurna
Tapi akankah sang Izrail takjub padamu?
Hingga berhenti mengejarmu
Setiap tahun, setiap detik
Menunggumu di langit
Setiap tahunnya, setiap tahunnya
Menebasmu sesekali dari langit
Meskipun kau tersenyum padanya
2012
Saturday, April 28, 2012
Monday, April 23, 2012
Apa Itu Masakan Padang???
Sekarang,
maksud saya saat ini yang saya maksud ketika saya sedang menulis yang saat ini
sudah sering disebut mengetik. Keadaan saya sedang kelaparan, sehingga saya
harus makan sehingga saya akan mencari makanan sehingga saya harus melakukan
ha-hal yang sepertinya perlu untuk dilakukan supaya menghasilkan kata sehingga.
Saya
keluar kamar supaya saya tidak menulis(baca:mengetik) lagi. Karena saya sudah
cape memencet tombol satu persatu, supaya tombol-tombol komputer ini tidak saya
anggap sebagai rendang padang, supaya saya tidak menuliskan kata supaya lagi,
supaya saya tidak melihat jemuran yang ada diluar kamar saya lagi (terus, apa
hubungannya?). oke, untuk yang terakhir itu tidak ada hubungannya, tapi yang
pasti saya sudah lapar. Dan butuh minimal bayi merah untuk
dimakan(baca:rendang).
Akhirnya
dengan terpaksa saya mengangkat pantat saya untuk tidak duduk lagi, sehingga
saya berdiri di depan kursi yang tadi sudah saya duduki meski pun kursi itu
tidak mau diduduki oleh saya, karena anatomi tulang pantat saya yang begitu
keras, malahan terkesan tajam, sehingga dapat merusak apapun yang saya duduki
dengan kejamnya yang akhirnya dapat dikatakan bahwa pantat saya ini adalah
pantat psikopat.
Thursday, April 19, 2012
Crusader
Crusader
It’s
all about God
Always
The
left God and the right God
Always
Like
the time in world
Always
come to killing someone
Or
killing the God, all God
And
all of human in time
The
God just illusion in time
Always
The
left time and the right time
Always
If
in time you are illusion
You
can killing me or God
Maybe
you can feel the God beside of you
And
you can see the human with their God
Or
other God in ocean of human
Human
can killing the God
And
always killing the other of human
Always
killing
God
2012
Sunday, April 15, 2012
Jatuhnya Daun Kasih
aku terbuai dan terendam
bahkan hanyut dalam gelora
danau syahdu dirimu
ataukah hanya euforia semata
yang hanya sekejap pandang
di sudut-sudut sarafku
dan kau mengalir begitu lembutnya
dalam pertemuan yang hanya sekilas bait
mampu menerjunkan daun-daun
dari pohon cinta yang abadi
berserekan antara tangga cinta
sedang aku mungkin
hanya lewat saja di hatimu
mungkin pula hanya mampu
membuka kuncup bunga yang berserakan
dan meyatukan daun-daun yang telah rapuh
hingga daun-daunmu dapat kurengkuh
aku pun akan menjaganya tetap
selama kau terus membiarkanku
memanggil kau yang kilau
kemarilah, dan akan kurayu engkau
dan kembang pun mekar disana-sini
menjadi latar dalam altar kita
terbiarkan tersemikan dalam kalbu
dan terkembang dalam pekat kasih
dalam hitungan hari yang tak henti
hingga malam yang sunyi di dunia ini
2012
bahkan hanyut dalam gelora
danau syahdu dirimu
ataukah hanya euforia semata
yang hanya sekejap pandang
di sudut-sudut sarafku
dan kau mengalir begitu lembutnya
dalam pertemuan yang hanya sekilas bait
mampu menerjunkan daun-daun
dari pohon cinta yang abadi
berserekan antara tangga cinta
sedang aku mungkin
hanya lewat saja di hatimu
mungkin pula hanya mampu
membuka kuncup bunga yang berserakan
dan meyatukan daun-daun yang telah rapuh
hingga daun-daunmu dapat kurengkuh
aku pun akan menjaganya tetap
selama kau terus membiarkanku
memanggil kau yang kilau
kemarilah, dan akan kurayu engkau
dan kembang pun mekar disana-sini
menjadi latar dalam altar kita
terbiarkan tersemikan dalam kalbu
dan terkembang dalam pekat kasih
dalam hitungan hari yang tak henti
hingga malam yang sunyi di dunia ini
2012
Sunday, April 8, 2012
Birahi di Jalan
Hanya 10 centi dari pinggang
Dan 10 centi dari lutut
Dengan biru atau abu
Begitu terbuka dan terkangkang
Diantara jok-jok mesin berjalan
Roda dua, hanya dua
Emosi ini meledak sedap
Mengairkan darah-darah segar
Dari saraf-saraf pacu
Memacu darah biru mengalir
Di jalanan beraspal, berdebu
Jalanan hingga kian panas
Teralirkan jiwa yang begitu biru
Dalam ramainya, di kota panas
Konsentrasi melebur disembur
Gelora gairah birahi
Hanya terbayang saja
Hanya menjadi kembang aspal, mimpi
Yang begitu terbuka hasrat
Memacu darah-darah segar
Dari hingga saraf-saraf pusat
Menyebarkan seluruh rasa
Hingga konsentrasi dalam ambisi
Pindah dari jalanan panas
2012
Dan 10 centi dari lutut
Dengan biru atau abu
Begitu terbuka dan terkangkang
Diantara jok-jok mesin berjalan
Roda dua, hanya dua
Emosi ini meledak sedap
Mengairkan darah-darah segar
Dari saraf-saraf pacu
Memacu darah biru mengalir
Di jalanan beraspal, berdebu
Jalanan hingga kian panas
Teralirkan jiwa yang begitu biru
Dalam ramainya, di kota panas
Konsentrasi melebur disembur
Gelora gairah birahi
Hanya terbayang saja
Hanya menjadi kembang aspal, mimpi
Yang begitu terbuka hasrat
Memacu darah-darah segar
Dari hingga saraf-saraf pusat
Menyebarkan seluruh rasa
Hingga konsentrasi dalam ambisi
Pindah dari jalanan panas
2012
Tuesday, April 3, 2012
Andromeda
522.951.161.891.291.142.025
semut cinta yang mengalir deras dalam hatiku yang kupersembahkan untukmu, untuk menembus sekat Tuhan yang begitu
perkasa, dalam keindahan kerudung
sucimu yang membujukku merayumu dengan semut-semut yang akan membuat kau semakin manis dan
sempurna, hingga semut-semut itu tak mampu lagi menyerahkan cintaku padamu, maka akan kuserahkan
partikel cintaku melalui mataku yang akan
menembus kacamatamu dan masuk dalam hatimu, dan akan kujaga hingga kau telah berpasrah padaku atas nama
Tuhan yang melindungi tatapanku ini
2012
Monday, April 2, 2012
Biarkan Aku
Setiap detik kau mengganggu
Dalam waktu yang berlalu itu
Kau merasuk kedalam otak
Memfosil di dalam sana
Sebagai arca cinta yang luhur
Aku yang terbuai oleh kau
Tak mampu aku memandang
Biar aku terbakar dalam rindu
Seperti pisau yang menyayat hati ini
Biarlah kau mengembara dalam samudra hidup
Dan aku mengejarmu dengan bahtera cinta
Yang berlayarkan rinduku padamu
Beranginkan dirimu dalam udara ini
Biarkan aku terbakar dalam rindu
Agar cinta ini selalu bersemi abadi
Dengan dirimu sebagai bunga yang selalu tersedia
Di taman yang akan menjadi sejarah
Dalam buaian drama rinduku
2012
Dalam waktu yang berlalu itu
Kau merasuk kedalam otak
Memfosil di dalam sana
Sebagai arca cinta yang luhur
Aku yang terbuai oleh kau
Tak mampu aku memandang
Biar aku terbakar dalam rindu
Seperti pisau yang menyayat hati ini
Biarlah kau mengembara dalam samudra hidup
Dan aku mengejarmu dengan bahtera cinta
Yang berlayarkan rinduku padamu
Beranginkan dirimu dalam udara ini
Biarkan aku terbakar dalam rindu
Agar cinta ini selalu bersemi abadi
Dengan dirimu sebagai bunga yang selalu tersedia
Di taman yang akan menjadi sejarah
Dalam buaian drama rinduku
2012
Sajak Sebatang Lisong
oleh: WS Rendra
Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka
Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
…………………
Menghisap udara
yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.
Dan di langit;
para tekhnokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.
Bunga-bunga bangsa tahun depan
berkunang-kunang pandang matanya,
di bawah iklan berlampu neon,
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samodra.
………………
Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.
Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.
19 Agustus 1977
ITB Bandung
Potret Pembangunan dalam Puisi
Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka
Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
…………………
Menghisap udara
yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.
Dan di langit;
para tekhnokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.
Bunga-bunga bangsa tahun depan
berkunang-kunang pandang matanya,
di bawah iklan berlampu neon,
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samodra.
………………
Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.
Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.
19 Agustus 1977
ITB Bandung
Potret Pembangunan dalam Puisi
Subscribe to:
Posts (Atom)