Bermula dari Tuhan yang
Maha Romantis
Oleh: Syaifuddin Gani
Ya Tuhan yang Maha
Romantis,
jadikanlah
aku puisinya
dan
dia puisiku
Terimakasih banyak
jadikanlah
aku puisinya
dan
dia puisiku
Terimakasih banyak
(2011)
Analisa Puisi "Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis"
oleh: Herlangga Juniarko
Analisa
Aspek Sintaksis
Judul puisi “Bermula dari Tuhan yang
Maha Romantis” ini terdiri dari satu kalimat, satu frasa dan enam kata. Judul
dalam puisi ini pun dapat menjadi kalimat dengan pertanyaan ‘darimana?’ yang
akan berhubungan secara tidak langsung dengan isi puisi ini, sehingga puisi ini
menghasilkan makna awal mula terciptanya puisi ini.
Puisi ini terdiri dari satu bait yang memiliki
beberapa unsur sintaksis, yaitu dua kalimat, tiga klausa, dua frase dan 13
kata. Kalimat yang ada dalam puisi ini adalah “Ya Tuhan yang Maha Romantis/ jadikanlah/
aku puisinya/ dan/ dia puisiku” dan “Terimakasih banyak”.
Kalimat pertama
pada bait puisi ini terdiri dari 3 klausa, yaitu “Ya Tuhan yang Maha
Romantis,”, “aku puisinya”, “dia puisiku”. Klausa pertama dalam
puisi ini memiliki makna doa yang dipanjatkan si ’aku’ kepada Tuhan tentang
klausa kedua dan ketiga yang ditandai dengan adanya frase “Ya Tuhan” dan
kata majemuk “Maha Romantis”. Sedangkan klausa kedua dan ketiga
merupakan satu kesatuan dengan ditandainya kata ’dan’ sebagai kata penghubung
dan merupakan objek dari klausa pertama yang berposisikan sebagai subjek. Dari
semua itu, unsur yang menjadi pusat di kalimat pertama adalah kata “jadikanlah”
yang berposisi sebagai predikat.
Kalimat kedua pada bait puisi ini terdiri
dari dua kata, yaitu “Terimakasih” dan “banyak”. Kata
pertama adalah kata majemuk yang memiliki arti pernyataan syukur dan kata kedua
memberikan keterengan kelebihan yang ada pada kata pertama. Keduanya pun dapat
menjadi frasa yang kata pertamanya menjadi unsur pusat.
Kalimat-kalimat pada puisi ini
memiliki unsur pusat di kalimat pertama. Sedangkan kalimat kedua adalah
ungkapan selanjutnya dari si ’aku’ yang berada di kalimat pertama.
Analisis
Aspek Semantik
Hal utama dalam menganalisis semantik
dari puisi ini adalah dengan menemukan komponen pusat dalam puisi tersebut. Di
dalam puisi ini komponen pusat berada di kalimat pertama pada bait puisi, yaitu
“Ya Tuhan yang Maha Romantis/ jadikanlah/ aku puisinya/ dan/ dia puisiku”.
Kalimat pertama tersebut menunjukkan
secara jelas maksud dari terciptanya puisi ini. Puisi ini menyatakan doa yang
dipanjatkkan si ’aku’ kepada Tuhan dengan ditandai adanya frase “Ya Tuhan”
yang lazim digunakan sebagai awalan untuk berdoa. Sedangkan pengajuan doa
ditandai dengan adanya kata “jadikanlah”.
Secara tidak langsung kata “jadikanlah”
telah menjadi kata utama dalam puisi ini. puisi ini pun memiliki maksud berdoa
agar suatu hal dapat berubah. Sedangkan perubahan yang dimaksud akan sangat
jelas terlihat pada objek kalimat.
Isi doa si ‘aku’ adalah untuk
menjadikannya sebagai puisi si ’dia’ dan si ’aku’ pun menginginkan bahwa si
’dia’ pun menjadi puisi si ’aku’. Di dalam kalimat pertama ini terdapat
keinginan untuk berpasangan si ’aku’ sehingga di awal kalimat penyair
menggunakan kata majemuk ”Maha Romantis” agar memberikan kesan bahwa
Tuhan pun dekat dengan cinta.
Selain sebagai pelangkap, kata ”Maha
Romantis” pun penegasan kepada judul dari puisi, yaitu “Bermula dari Tuhan
yang Maha Romantis” sehingga akan menimbulkan persangkaan bahwa Tuhan memang
sudah romantis sejak awal. Kata “Bermula” pada judul pun ikut mempertegas
keromantisan dari Tuhan. Maka dari semua keromantisan itulah yang
melatarbelakangi si ‘aku’ berdoa mengenai pasangan.
Selain itu, maksud dari kata “puisi”
yang menjadi tujuan dari doa di kalimat pertama mengisyaratkan bahwa puisi
adalah rangkaian keindahan. Makna itu diambil dari arti kata puisi sendiri yang
berarti menggubah atau merangkai bahasa menjadi indah. Sehingga dalam puisi ini
pun si ‘aku’ ingin menjadi rangkaian dari keindahan si ‘dia’, begitu pun dengan
agar si ‘dia’ menjadi rangkaian keindahannya. Hal itu memiliki maksud bahwa si
‘aku’ ingin berjodoh dengan si ‘dia’ dan berharap pula agar si ‘dia’ berjodoh
dengannya. Karena keberpasangan itulah, mungkin penyair menyematkan kata “Romantis”
kepada Tuhan.
Kalimat kedua puisi ini, yaitu “Terimakasih
banyak” memiliki makna rasa syukur. Rasa ryukur tersebut sangat jelas
ditandai oleh kata “Terimakasih” yang lazim digunakan setelah menerima
sesuatu atau mendapatkan suatu hal.
Kalimat kedua dalam puisi lebih
memaknai rasa syukur atas doa si ‘aku’ pada kalimat pertama. Jika ditelusuri
lebih lanjut maka akan timbul pertanyaan, yaitu ‘mengapa si ‘aku’ bersyukur
kepada Tuhan, padahal doanya belum tentu terkabul?’. Pertanyaan tersebut akan
dengan mudah terjawab ketika kembali kepada judul dari puisi, yaitu “Bermula
dari Tuhan yang Maha Romantis” yang mengisyaratkan bahwa Tuahn pun melakukan
hal yang romantis dan karena keromantisan itulah maka doa si ‘aku’ pasti
terkabul.
Selain itu, terkabulnya doa si ‘aku’
pun akan sangat jelas terlihat ketika melihat kata kedua, yaitu “banyak”.
Kata kedua tersebut memiliki peran mempertegas kata pertama atau melebihkannya
sehingga akan menimbulkan efek kesenangan dari si ‘aku’ atas terkabulnya doa.
Meskipun hanya sebagai pelengkap, kata itu telah memberikan suasana kesenangan
dari si ‘aku’.
Analisa
Aspek Pragmatik
Puisi “Bermula dari Tuhan yang Maha
Romantis” ini dapat diartikan oleh pembaca dengan mudahnya. Selain dari
majasnya yang tidak terlalu rumit, puisi ini pun memiliki penggunaan bahasa
yang mudah dipahami.
Pemaknaan puisi ini dapat begitu
ambigu ketika kita memandangnya dari berbagai sudut. Keambiguan itu ada karena
adanya tokoh si ‘dia’ dalam puisi tersebut. Meskipun penyair tetap memberikan
batas keambiguannya dengan kata “romantis” di awal puisi sehingga
keambiguan akan tetap berdasarkan pada keromantisan tersebut.
Bagi pembaca awam, puisi ini akan
dimaknai sebagai sebuah permohonan untuk berjodoh dengan seseorang yang si
‘aku’ cintai. Harapan si ‘aku’ pun setelah itu adalah balasan cinta dari si
‘dia’.
Namun bagi pembaca dengan sudut
pandang lain dapat mengartikan bahwa tokoh si ‘dia’ dalam puisi ini berarti
Tuhan itu sendiri atau bahkan bisa orang yang mereka benci sekalipun. Meskipun
seperti itu, tetap saja semua keambiguan itu akan berpatok kepada suatu
keromantisan yang telah direncanakan oleh penyair.
Simpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah
dijelaskan pada bagian pembahasan tentang puisi “Bermula dari Tuhan yang Maha
Romantis”. Puisi ini dapat diketahui maknanya, yaitu sebuah cerita tentang si
‘aku’ yang berdoa kepada Tuhan agar dapat menjadi bagian dari keindahan si
‘dia’. Puisi ini pun menceritakan latar belakang mengapa si ‘aku’ berdoa dan
yakin bahwa doanya akan terkabul, yaitu berawal dari Tuhan yang maha romantis.
Bahasa yang digunakan dalam puisi ini
sangat sederhana sehingga cocok dibaca oleh pembaca awam sekalipun. Penggunaan
bahasa yang singkat pun membuat puisi semakin padat dan tetap mempertahankan
keestetisannya. Sedangkan metafora yang digunakan tidak terlalu banyak sehingga
memudahkan pembaca mencerna isi dari puisi dengan cepat.
Kekuatan puisi ini sebenarnya bukan
pada isi, tetapi ada pada judul yang sangat menarik perhatian. Selain itu,
judul pun memberikan peranan yang sangat penting untuk membantu komponen utama
pada puisi tersebut.
Kelebihan lain puisi ini pun
terdapat pada keambiguan tokoh si ‘dia’, sehingga pembaca dapat
menginterpretasikan puisi ini lebih luas tanpa menghilangkan amanat utama pada
puisi tersebut. Hal ini dapat terjadi karena penyair telah memberikan batasan
yang cukup tegas pada puisi ini.
Daftar Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia; Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2009.
Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ramlan, M. 2005.
Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono
http://syaifuddinganisalubulung.wordpress.com/2012/03/29/bermula-dari-tuhan-maha-romantis/
No comments:
Post a Comment