oleh: Ciu Cahyono
Temanku yang bernama Tukas masih berkeliling negeri. Ia memburu seekor nyamuk pembunuh Kilah, teman baiknya.
Tetanggaku yang bernama Dalih belum selesai diinterogasi polisi. Ia mengatakan bahwa otak pembunuhan Kilah tak lain adalah Tukas, dengan seekor nyamuk sebagai eksekutornya.
Pacarku yang tak mau namanya kusebut mengabari pagi ini. Ia mengaku pernah melihat seekor nyamuk satu meja dengan ketonggeng, di sebuah kafe di ibu kota.
Aku terkesiap. Aku telah melamar kerja pada seekor ketonggeng. Dan pekan depan aku jadi sopirnya.
2011
*dari antologi puisi "Aku dan Rantai"
No comments:
Post a Comment