oleh: Herlangga
Sepanjang jalan, macet membawa perih
“Tidak,” katamu.
Perih adalah jarak tak kasat mata antara kita
Kemudian bianglala berputar di atas kepala
Sudah seminggu tangan ini berdarah
Tersayat kata saat mengupas puisi
Dan menghasilkan perih
Kau tahu, darahku tak pernah melihatmu
Dalam dekade. Ia masih merindui perih
2016
No comments:
Post a Comment