oleh: Herlangga Juniarko
Hari
ini saya hanya mampu bangun pada jam delapan pagi, padahal biasanya bangun
waktu adzan duhur atau mungkin sudah adzan ashar. Tapi apa gunanya bangun
pagi-pagi, apalagi hari minggu. Biasanya setelah bangun jam lima pasti saya
akan tergeletak pasrah seperti pindang di atas kasur yang bau-baunya sudah tak
karuan lagi (yang pasti bukan bau hasil pengeluaran dari kelamin lho).
Setelah
saya membuka mata dan memastikan bahwa diri saya sedang dalam keadaan sadar.
Saya melihat sekeliling kasur untuk memastikan tidak ada bom atom yang sudah diluncurkan oleh para cicak di atas sana atau hanya untuk memastikan bahwa tidak ada tikus yang sedang sial terjerembab jatuh dari langit-langit kamarku dan akhirnya harus berpasrah untuk menerima nasib yang buruk, yaitu bertemu dengan saya ini dan akhirnya harus mati mengenaskan karena serangan jantung mendadak. Sungguh kasian sekali itu tikus. Dan mungkin setelah kejadian itu. Setiap ibu tikus akan selalu memberi tahu bahwa makhluk yang bernama Herlangga ini lebih berbahaya daripada racun tikus atau lemnya tikus yang dimakan mentah-mentah.
Saya melihat sekeliling kasur untuk memastikan tidak ada bom atom yang sudah diluncurkan oleh para cicak di atas sana atau hanya untuk memastikan bahwa tidak ada tikus yang sedang sial terjerembab jatuh dari langit-langit kamarku dan akhirnya harus berpasrah untuk menerima nasib yang buruk, yaitu bertemu dengan saya ini dan akhirnya harus mati mengenaskan karena serangan jantung mendadak. Sungguh kasian sekali itu tikus. Dan mungkin setelah kejadian itu. Setiap ibu tikus akan selalu memberi tahu bahwa makhluk yang bernama Herlangga ini lebih berbahaya daripada racun tikus atau lemnya tikus yang dimakan mentah-mentah.
Baiklah,
setelah memastikan keadaan sekitar saya aman terkendali. Akhirnya saya berusaha
keluar dari kasurku yang baunya sudah tak harmonis lagi. Dengan jurus lompatan
rumus phitagoras yaitu jurus jungkir balik untuk menyelamatkan diriku dari bau
bauan yang akan segera membodohiku ini, aku melompat dari kasur.
Dan
akhirnya selalu seperti biasa. Selalu seperti hari minggu yang lain. Saya
terjatuh dari kasur dengan posisi tidak senonoh dan seperti minta dicabuli.
Saya terkapar dengan pasrahnya terlentang dilantai kamar seperti seseorang yang
memang baru saja tercabuli dengan laknatnya.
Saya
selalu tahu hal itu akan terjadi. Maka, saya pun tahu hal pertama yang harus
dilakukan dalam keadaan genting tersebut. Hal pertama yang harus saya lakukan
adalah memeriksa keadaan sekitar saya, siapa tahu ada tulang saya yang terlepas
secara tidak atau dengan sengaja terlepas atau dilepaskan (emang bisa gitu
dilepaskan?). oke, yang pasti tulang saya sudah dicap dengan biadabnya oleh
temen(duakali) saya seperti mainan anak-anak, yaitu lego (kalo ga tau lego
searching aja di toko mainan sambil nyamar jadi anak-anak).
Setelah
saya memunguti tulang-tulang yang berserakan tadi, dan juga menyatukan tulang
yang kiri di kiri dan kanan di kanan, dan yang pasti tidak mungkin tertukar
karena sudah ada tulisannya. Saya berdiri dan berjalan keluar kamar dengan
hati-hati dan hati yang begitu resah karena siapa tahu serpihan tulangnya masih
ada yang berserakan di lantai kamar dan akhirnya kemungkinan besar atau
kecilnya tergantung pada serpihannya pasti akan mengenai kakiku ini.
Akhirnya
saya dapat keluar kamar dengan selamat sentausa. Dan seperti biasa, tujuan
pertama saya saat libur seperti ini tidak lain dan tidak bukan adalah
jeng.jeng.jeng.
TELEPISI(sorry,
huruf ‘fi’ nya sedang rusak)
Akhirnya
saya berjalan menuju telepisi dengan gaya jalan yang selalu saya banggakan
sejak lama, yaitu gaya berjalan hasil perpaduan dari Mr. Bean dan Charlie
Chaplin (kasian sekali mereka, gayanya sudah dicabuli Herlangga). Yang paling
membanggakan dari gaya berjalan ini adalah stylish(walaupun dipaksakan) dan
selalu membuat orang lain terangsang serangsang-rangsangnya untuk menolehkan
kepala mereka ke arah saya untuk memperhatikan gaya berjalan saya yang hanya
ada satu di dunia ini, dengan harapan bahwa saya akan berjalan melewati mereka
agar mereka dapat lebih spesifik lagi mempelajari gaya berjalan abad ini(oke,
untuk yang satu ini, hanya ada di pikiran Herlangga saja).
Saya
ingin menegaskan kembali bahwa untuk meraih remote telepisi yang ada di samping
telepisi saya ini, saya hanya akan berjalan kaki saja. Alasan mengapa saya
memilih jalan kaki adalah saya rasa tidak akan keren jika saya harus naik sapedah
dan melakukan aksi akrobatik di dalam rumah (emang bisa gitu aksi
akrobatiknya?). oke, saya memang tidak bisa aksi akrobatik karena saya masih
sayang nyawa.
Sedangkan
alasan lain mengapa saya jalan kaki adalah saya rasa tidak mungkin dan keren
juga macho (BUKAN MAHO), saya harus naik motor untuk kedepan telepisi saya
sendiri, karena yang saya takutkan adalah nantinya saya di sangka tukang ojeg
bego oleh para tetangga (emang bisa naik motornya gitu?). oke, saya akui saya
tidak bisa naik motor, karena saya takut nanti di sangka geng motor, cukup? (itu
hanya alasannya saja). Dari semua itu, saya paling tidak mengerti, kenapa yang
pake tanda kurung selalu membunuhku?
Baiklah,
cerita kembali kita lanjutkan. Setelah saya dapat meraih remote telepisi saya,
kini saya mencoba mendzalimi remote telepisi saya dengan tekanan yang cukup
kuat agar chanelnya dapat berubah dengan baik. Walaupun akhirnya chanel yang
saya temukan di telepisi adalah hitam dan putih yang saya analisa sebagai
sebuah salam berjamaah yang sedang dilakukan oleh...... entah itu apa namanya
yang pasti mereka bukanlah kumpulan tukang cuankie yang biasa lewat dengan
sengaja atau tersasar di depan rumah saya.
Dan
akhir dari ceritanya seperti biasa, saya duduk di depan telepisi dan saya
menonton telepisi itu dengan keadaan sambil ngupil(itu kadang-kadang), sambil
duduk(itu sudah pasti), sambil makanin kecoa yang lewat gitu(kasian sekali
kecoa itu) dan hal-hal lainnya yang sudah biasa dilakukan oleh orang-orang.
Dan
satu hal yang pasti dari minggu ini adalah saya tidak akan berbincang
sendirian, karena saya masih merasa belum punya bakat untuk menjadi orang gila
yang suka berbincang sendirian.
Di rumah, 2012
Sumber: http://cerpen-kita.weebly.com/62/category/hari%20minggu%20saya%20seperti%20biasa/1.html
Sumber: http://cerpen-kita.weebly.com/62/category/hari%20minggu%20saya%20seperti%20biasa/1.html
No comments:
Post a Comment