herlangga juniarko

Powered By Blogger

Wednesday, April 30, 2014

Yugioh Arc V Bawa Perubahan



           Pada 7 April kemarin,  Konami meluncurkan Serial Yugioh terbarunya. Dalam serial terbarunya ini, menceritakan tentang seorang anak yang bernama Yuya yang ingin menjadi seorang duelist profesional seperti ayahnya. Maka dengan sebuah pendulum warisan ayahnya, Yuya pun mulai membangun semangat duelnya dengan gaya ayahnya.
            Dalam serial ini yang paling mengejutkan bagi para duelist adalah munculnya kartu tipe baru yang disebut kartu pendulum. Kartu ini terlihat setengahnya efek monster dan setengah lainnya adalah kartu spell. Karena setengah spell dan setengah monster, kartu ini pun memiliki dua efek yaitu efeknya sebagai monster jika dipanggil di monster zone dan efek lainnya akan muncul jika kartu ini diaktifkan layaknya continous spell.
            Selain itu, kartu pendulum pun membuat tambahan zone dalam arena duel. Terdapat dua tambahan zone yang dikhususkan untuk kartu pendulum yang digunakan sebagai kartu spell. Yang pertama adalah di antara extra deck dan field spell zone, sedangkan yang kedua berada di antara main deck dan kuburan.

Saturday, April 12, 2014

Hanya Seperti Itu Saja, Tidak Lebih, Tidak Kurang

oleh: Herlangga


            Yah mau bagaimana lagi, kita memang hanyalah teman sekelas yang saling mengakrabka diri tidak lebih dan tidak kurang. Itu menurutmu mungkin dan juga menurut teman-teman sekelas kita. Tapi jika itu sudah cukup untuk membuat diriku lebih dekat denganmu, itu sudah cukup. Setidaknya, dengan begitu aku bisa mengobrol dengan mu secara biasa, bercanda secara biasa, dan belajar bersama seperti biasa. Itu sudah cukup.
            Padahal sudah tiga tahun kita sekelas, dari kelas sepuluh sampai sekarang kelas dua belas dan hendak menghadapi Ujian Nasional. Tapi obrolan kita hanya sekitar pelajaran, tidak lebih. Selalu tidak pernah bisa lebih intim. Yah setidaknya itu pun masih bisa membuatku senang.
            “Ga, kerjain tugas ini yah” katamu sepulang sekolah dengan ceria. Itu adala tugas kelompok bahasa Indonesia kita. Anggotanya hanya ada empat orang. Dari tiga anggota lainnya yang merupakan teman dekatmu, kenapa pula kau harus memilihku untuk mengerjakan tugas yang membosankan ini. Menganalisa puisi, sungguh tidak menyenangkan.
            Tapi kau tahu, aku selalu tidak bisa menolak permintaanmu. Ya aku tahu kau memang selalu sibuk dengan organisasimu, mungkin teman sekelas kita pun tahu. Jika sudah begini, mau tidak mau aku pun harus mengerjakan tugas kelompok kita sendirian lagi.

Thursday, April 10, 2014

Ini Memang Klise dan Tak Berarti

oleh: Herlangga Juniarko

Ada yang tersimpan di hatiku, yaitu abu-abu kadang biru atau merah bercampur putih
Kala waktu yang begitu membosankan berjalan dihadapanmu
Kau tak juga berpaling padaku
Padahal hanya beberapa meter

Kau tahu terkadang memang huruf “R” sulit diucapkan
Setidaknya itu bagimu, sedang aku tidak begitu tertarik mengucapkannya
Aku lebih tertarik pada setiap huruf yang kau katakan
Meskipun itu akan menelanjangi ketabuan

Sejujurnya hasrat yang menahun itu adalah kau!
Sungguh klise.


Bandung, 2014


Wednesday, March 19, 2014

Gerimis Di Luar Sana

oleh: Tri Cahyana Nugraha

Gerimis di luar sana, dan aku disini, menatap layar cahaya yang setia menemaniku. Menulis secarik resah yang sangat mengganggu.
Pada akhirnya aku tak sanggup menjadi putih, bahkan aku tak sanggup menjadi kelabu. Bagaimanapun aku tetaplah hitam, yang mencoba melukis cinta dengan satu warna itu.
Di tepi jalan, di tengah malam, di bawah remang lampu jalan aku selalu pergi. pergi mengais sisa-sisa memori senyummu untuk ku rangkai menjadi kebahagianku. Aku memang pemimpi, yang dengan bodohnya memaksa tak mengerti dengan keadaan. Bahkan ketika kau, atau mereka sebelumnya meludahiku dengan segala kebencian, aku selalu memaksa memimpikan senyum di sampingku
Oh, terkadang aku lelah. Mencoba membuka mata dan melihat kenyataanya. Namun pada akhirnya aku tertidur kembali, jauh tertidur, meskipun terluka, meskipun aku tak bisa bangun kembali. Aku lebih nyaman tertidur.
Pada kilatan lampu jalan di jendela kaca bis itu, aku bergantung melihat wajahmu yang terlelap. Wajah wanita yang membuatku tak takut mati. Wajah wanita yang tak bisa aku miliki.
Ya, sudah kubilang aku pemimpi bodoh. Dengan lembar-lembar mimpi yang tak pernah terselesaikan. Dan aku tak bisa mengerti apapun. Bahkan mimpiku sendiri.
Dan ketika kau membaca ini, kau pun mungkin bingung. Tapi tak usah kau pikirkan. Jika memang tidak ada, biarkan aku seperti hujan yang sesekali menggangu. Cukup abaikan dengan sebatang payung.

Tapi jika ada, biarkan aku tahu lebih jauh. Agar aku tak selalu tertidur bersama memoar-memoar yang tak
pernah pasti.

November, 2013

Tuesday, March 4, 2014

Batas Kegilaan

oleh: Adam Rahmat Fauzan

maklumilah sayang,
mata itu terlalu lelah untuk sekedar menghirup kepulan kopi malam ini
bahkan bir yang dilegalkan orang gila itu telah lama tak diteguknya

lihatlah sayang,
serakan kartu yang bertumpuk uang receh tak sungguh menggelitik hatinya
maka sajadah pun sejak lama tak ia jadikan penyangga jasadnya

Maka apalah daya
diri kini berjalan pincang
malu menatap Tuhan
dan cahaya mulai hilang
merintih ketakutan hingga ia menghilang

4 Januari 2014