herlangga juniarko

Powered By Blogger

Saturday, June 8, 2013

Analisa Puisi "Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis"



Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis
Oleh: Syaifuddin Gani

Ya Tuhan yang Maha Romantis,
jadikanlah
aku puisinya
dan
dia puisiku
Terimakasih banyak

(2011)
 
Analisa Puisi "Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis"

oleh: Herlangga Juniarko
 
Analisa Aspek Sintaksis
            Judul puisi “Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis” ini terdiri dari satu kalimat, satu frasa dan enam kata. Judul dalam puisi ini pun dapat menjadi kalimat dengan pertanyaan ‘darimana?’ yang akan berhubungan secara tidak langsung dengan isi puisi ini, sehingga puisi ini menghasilkan makna awal mula terciptanya puisi ini.
            Puisi  ini terdiri dari satu bait yang memiliki beberapa unsur sintaksis, yaitu dua kalimat, tiga klausa, dua frase dan 13 kata. Kalimat yang ada dalam puisi ini adalah “Ya Tuhan yang Maha Romantis/ jadikanlah/ aku puisinya/ dan/ dia puisiku dan “Terimakasih banyak”.
            Kalimat pertama pada bait puisi ini terdiri dari 3 klausa, yaitu “Ya Tuhan yang Maha Romantis,”, “aku puisinya”, “dia puisiku”. Klausa pertama dalam puisi ini memiliki makna doa yang dipanjatkan si ’aku’ kepada Tuhan tentang klausa kedua dan ketiga yang ditandai dengan adanya frase “Ya Tuhan” dan kata majemuk “Maha Romantis”. Sedangkan klausa kedua dan ketiga merupakan satu kesatuan dengan ditandainya kata ’dan’ sebagai kata penghubung dan merupakan objek dari klausa pertama yang berposisikan sebagai subjek. Dari semua itu, unsur yang menjadi pusat di kalimat pertama adalah kata “jadikanlah” yang berposisi sebagai predikat.
            Kalimat kedua pada bait puisi ini terdiri dari dua kata, yaitu “Terimakasih dan “banyak”. Kata pertama adalah kata majemuk yang memiliki arti pernyataan syukur dan kata kedua memberikan keterengan kelebihan yang ada pada kata pertama. Keduanya pun dapat menjadi frasa yang kata pertamanya menjadi unsur pusat.
            Kalimat-kalimat pada puisi ini memiliki unsur pusat di kalimat pertama. Sedangkan kalimat kedua adalah ungkapan selanjutnya dari si ’aku’ yang berada di kalimat pertama.

Analisis Aspek Semantik
            Hal utama dalam menganalisis semantik dari puisi ini adalah dengan menemukan komponen pusat dalam puisi tersebut. Di dalam puisi ini komponen pusat berada di kalimat pertama pada bait puisi, yaitu “Ya Tuhan yang Maha Romantis/ jadikanlah/ aku puisinya/ dan/ dia puisiku”.
            Kalimat pertama tersebut menunjukkan secara jelas maksud dari terciptanya puisi ini. Puisi ini menyatakan doa yang dipanjatkkan si ’aku’ kepada Tuhan dengan ditandai adanya frase “Ya Tuhan” yang lazim digunakan sebagai awalan untuk berdoa. Sedangkan pengajuan doa ditandai dengan adanya kata “jadikanlah”.
            Secara tidak langsung kata “jadikanlah” telah menjadi kata utama dalam puisi ini. puisi ini pun memiliki maksud berdoa agar suatu hal dapat berubah. Sedangkan perubahan yang dimaksud akan sangat jelas terlihat pada objek kalimat.
            Isi doa si ‘aku’ adalah untuk menjadikannya sebagai puisi si ’dia’ dan si ’aku’ pun menginginkan bahwa si ’dia’ pun menjadi puisi si ’aku’. Di dalam kalimat pertama ini terdapat keinginan untuk berpasangan si ’aku’ sehingga di awal kalimat penyair menggunakan kata majemuk ”Maha Romantis” agar memberikan kesan bahwa Tuhan pun dekat dengan cinta.
            Selain sebagai pelangkap, kata ”Maha Romantis” pun penegasan kepada judul dari puisi, yaitu “Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis” sehingga akan menimbulkan persangkaan bahwa Tuhan memang sudah romantis sejak awal. Kata “Bermula” pada judul pun ikut mempertegas keromantisan dari Tuhan. Maka dari semua keromantisan itulah yang melatarbelakangi si ‘aku’ berdoa mengenai pasangan.
            Selain itu, maksud dari kata “puisi” yang menjadi tujuan dari doa di kalimat pertama mengisyaratkan bahwa puisi adalah rangkaian keindahan. Makna itu diambil dari arti kata puisi sendiri yang berarti menggubah atau merangkai bahasa menjadi indah. Sehingga dalam puisi ini pun si ‘aku’ ingin menjadi rangkaian dari keindahan si ‘dia’, begitu pun dengan agar si ‘dia’ menjadi rangkaian keindahannya. Hal itu memiliki maksud bahwa si ‘aku’ ingin berjodoh dengan si ‘dia’ dan berharap pula agar si ‘dia’ berjodoh dengannya. Karena keberpasangan itulah, mungkin penyair menyematkan kata “Romantis” kepada Tuhan.
            Kalimat kedua puisi ini, yaitu “Terimakasih banyak” memiliki makna rasa syukur. Rasa ryukur tersebut sangat jelas ditandai oleh kata “Terimakasih” yang lazim digunakan setelah menerima sesuatu atau mendapatkan suatu hal.
            Kalimat kedua dalam puisi lebih memaknai rasa syukur atas doa si ‘aku’ pada kalimat pertama. Jika ditelusuri lebih lanjut maka akan timbul pertanyaan, yaitu ‘mengapa si ‘aku’ bersyukur kepada Tuhan, padahal doanya belum tentu terkabul?’. Pertanyaan tersebut akan dengan mudah terjawab ketika kembali kepada judul dari puisi, yaitu “Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis” yang mengisyaratkan bahwa Tuahn pun melakukan hal yang romantis dan karena keromantisan itulah maka doa si ‘aku’ pasti terkabul.
            Selain itu, terkabulnya doa si ‘aku’ pun akan sangat jelas terlihat ketika melihat kata kedua, yaitu “banyak”. Kata kedua tersebut memiliki peran mempertegas kata pertama atau melebihkannya sehingga akan menimbulkan efek kesenangan dari si ‘aku’ atas terkabulnya doa. Meskipun hanya sebagai pelengkap, kata itu telah memberikan suasana kesenangan dari si ‘aku’.

Analisa Aspek Pragmatik
            Puisi “Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis” ini dapat diartikan oleh pembaca dengan mudahnya. Selain dari majasnya yang tidak terlalu rumit, puisi ini pun memiliki penggunaan bahasa yang mudah dipahami.
            Pemaknaan puisi ini dapat begitu ambigu ketika kita memandangnya dari berbagai sudut. Keambiguan itu ada karena adanya tokoh si ‘dia’ dalam puisi tersebut. Meskipun penyair tetap memberikan batas keambiguannya dengan kata “romantis” di awal puisi sehingga keambiguan akan tetap berdasarkan pada keromantisan tersebut.
            Bagi pembaca awam, puisi ini akan dimaknai sebagai sebuah permohonan untuk berjodoh dengan seseorang yang si ‘aku’ cintai. Harapan si ‘aku’ pun setelah itu adalah balasan cinta dari si ‘dia’.
            Namun bagi pembaca dengan sudut pandang lain dapat mengartikan bahwa tokoh si ‘dia’ dalam puisi ini berarti Tuhan itu sendiri atau bahkan bisa orang yang mereka benci sekalipun. Meskipun seperti itu, tetap saja semua keambiguan itu akan berpatok kepada suatu keromantisan yang telah direncanakan oleh penyair.









Simpulan
            Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan tentang puisi “Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis”. Puisi ini dapat diketahui maknanya, yaitu sebuah cerita tentang si ‘aku’ yang berdoa kepada Tuhan agar dapat menjadi bagian dari keindahan si ‘dia’. Puisi ini pun menceritakan latar belakang mengapa si ‘aku’ berdoa dan yakin bahwa doanya akan terkabul, yaitu berawal dari Tuhan yang maha romantis.
            Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sangat sederhana sehingga cocok dibaca oleh pembaca awam sekalipun. Penggunaan bahasa yang singkat pun membuat puisi semakin padat dan tetap mempertahankan keestetisannya. Sedangkan metafora yang digunakan tidak terlalu banyak sehingga memudahkan pembaca mencerna isi dari puisi dengan cepat.
            Kekuatan puisi ini sebenarnya bukan pada isi, tetapi ada pada judul yang sangat menarik perhatian. Selain itu, judul pun memberikan peranan yang sangat penting untuk membantu komponen utama pada puisi tersebut.
            Kelebihan lain puisi ini pun terdapat pada keambiguan tokoh si ‘dia’, sehingga pembaca dapat menginterpretasikan puisi ini lebih luas tanpa menghilangkan amanat utama pada puisi tersebut. Hal ini dapat terjadi karena penyair telah memberikan batasan yang cukup tegas pada puisi ini.







Daftar Pustaka

Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University   Press.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia; Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono
http://syaifuddinganisalubulung.wordpress.com/2012/03/29/bermula-dari-tuhan-maha-romantis/

No comments:

Post a Comment