herlangga juniarko

Powered By Blogger

Thursday, December 31, 2020

Beberapa Puisi Dua Koma Tujuh Akhir Tahun

Gugur

Almarhum kalender bertanya:
Impianmu, apa gugur juga?

2020
———————

Unduh

Setelah berselancar, ingin rasanya mengunduh waktu
Ketakadaan

2020
———————

Sisa 

Sesalan kesalan meledak
Sisa kembang api. Gelap!

2020
———————

Kembang Api

Mari menyalakan kembang api*
Kau kembang. Aku api

31 Desember 2020
*Kata kembang api merupakan satu kata karena termasuk ke dalam kata majemuk

Herlangga Juniarko


Wednesday, December 30, 2020

Waktu adalah mesin hitung, cintaku

Waktu adalah mesin hitung, cintaku
Jam berkeloneng dingin (seperti gaung)
di kota itu. Angka-angka telah lama tahu:
bayangku akan hilang sebelum salju

Sementara kau akan tetap jalan
(seperti kenyataan). Sampai pada giliran.
Mengaku, tiap kali daun jatuh di rambutmu:
"Ternyata kenangan hanya perkara yang lucu"

Tentu. Tidak Apa. Kita tak memilih acara.
Pada angin runcing dan warna musim kau juga
akan terbiasa. Nasib telah begitu tertib.
Pada Lupa kita juga akan jadi karib.


1973
Goenawan Mohamad
*sajak ini tanpa judul
**diambil dari antologi "sajak-sajak lengkap 1961-2001" Goenawan Mohamad



Sunday, December 27, 2020

Pada Hari Ulang Tahunmu, Apa Kau Ingin Mendengar Sebuah Cerita?

:Hinata

Hi, pada malam ulang tahunmu
Aku diam-diam bertanya dalam hati
Antara kau dan gula,
Siapakah yang lebih manis?

Kue ulang tahun itu tersipu
Harapan-harapan yang malu bersembunyi dalam lilin

Nanti kalau lilin telah ditiup,
Harapan akan berubah menjadi asap
Mereka akan masuk ke dalam matamu
Dan membiarkan matamu perih dan berair

Karena begitulah harapan
Beberapa akan menjadi perih
Sedang yang lain akan menjadi airmata
Tapi mereka akan tetap tinggal
Supaya lavender matamu bisa selalu menjadi harapan

Kau tersenyum setelah mendengar cerita ini,
Walau bulan sabit yang terbit di bibirmu adalah dua sisi mata uang
Kau menyimpan bulan untuk menerangi lelakimu
Dan melempar sabit untuk membunuhku

Ah, di sini hujan. Dingin
sanggup membekukan ingatan
Semoga lelakimu mampu menjadi unggunan
api yang tak pernah padam
Selamat.


27 Desember 2020
Herlangga Juniarko


Wednesday, November 18, 2020

Beberapa Serpih dari Dongeng yang Lain

:Ryan Fadhillah Ar Rizal

I
Kau bercerita padaku perkara naga
Namun sungguh, naga tak akan pernah muncul lagi
Mereka punah dihantam pembangunan kota-kota,
kiamat yang menghancurkan zaman, 
juga meteor yang jatuh menjadi cerita

Tapi seperti juga naga, kau pun memunah
menjadi serpihan kata-kata
Wajahmu menjadi imaji yang memitoskan dirinya

Pada akhirnya, kau membayang:
menyisakan jejak-jejak dalam ruang,
tanggal-tanggal yang memudar,
suara yang menggema dalam kekosongan

Cuaca menjadi lebih rawan dari ingatan
Hujan dan kemarau dalam pikiran memburumu serupa rindu

II
Kata selamat mungkin akan membuatmu bahagia
Tapi memintamu untuk tetap tinggal adalah kesalahan
Karena selamat tinggal akan menjelmakan sunyi senyap
Tak akan ada lagi suara bising antara ranjang dan penggorengan

Semoga tiga bungkus mi instan dapat membuatmu kenyang
Dan tak menyisakan penyesalan 
yang harus dicuci bersih


Bandung, 6 Juni 2020
Herlangga Juniarko



Wednesday, August 5, 2020

Yang Menyebabkan Candu

Rin, kau pernah berkata
Bahwa cinta seperti juga agama.
Ia akan menjadi racun
Sekaligus penawar bagi tubuh
Yang menyebabkan candu

Seseorang akan menjadi petualang
Saat ia mencari cinta
Puisi-prosa terbentuk
Seperti ceramah yang sama isinya
Begitu pula aku,
Seorang petualang yang tersesat di matamu
Mendengarkan kembali segala ceramah
Sebagai penahan candu

Kau yang membeku di mataku
Tak bisakah mencair
Dan mengalir saja sampai ke dada?
Kuharap kau bisa menjadi penawar-pereda


2019
Herlangga Juniarko
*diambil dari buku puisi "Hujan, Terima Kasih"

Sunday, July 19, 2020

Pada Suatu Hari Nanti

pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau tak akan letih-letihnya kucari


1991
Sapardi Djoko Damono

*diambil dari "Hujan Bulan Juni"
** saya simpan puisi ini sebagai kenangan bahwa hari ini 19 Juli 2020 beliau telah melepaskan diri dari kefanaan dan menjadi abadi
Terimakasih dan selamat tinggal, Pak Sapardi. 

Saturday, June 13, 2020

Beruang

Masa lalu adalah beruang dengan setelan jas tanpa celana 
Menyusuri gang-gang sempit menuju rumahmu 
Setelah kau menyajikan secangkir teh, ia bertanya, 
“Di mana kau letakkan masa?” 
Kau tak pernah tahu masa apa yang dimaksud 
Yang menjadi hari atau halusinasi 
Tapi kau tak ingin salah menjawab 
Agar darah tak menjadi pakaian 
Agar tak ditampar oleh cakar beruang dengan jam tangan di pergelangan

Maka kau menjawab,
“Entahlah”

Semoga beruang itu berubah menjadi teddy bear, pikirmu 
Ah, masa bodoh!


2020
Herlangga Juniarko