herlangga juniarko

Powered By Blogger

Saturday, April 12, 2014

Hanya Seperti Itu Saja, Tidak Lebih, Tidak Kurang

oleh: Herlangga


            Yah mau bagaimana lagi, kita memang hanyalah teman sekelas yang saling mengakrabka diri tidak lebih dan tidak kurang. Itu menurutmu mungkin dan juga menurut teman-teman sekelas kita. Tapi jika itu sudah cukup untuk membuat diriku lebih dekat denganmu, itu sudah cukup. Setidaknya, dengan begitu aku bisa mengobrol dengan mu secara biasa, bercanda secara biasa, dan belajar bersama seperti biasa. Itu sudah cukup.
            Padahal sudah tiga tahun kita sekelas, dari kelas sepuluh sampai sekarang kelas dua belas dan hendak menghadapi Ujian Nasional. Tapi obrolan kita hanya sekitar pelajaran, tidak lebih. Selalu tidak pernah bisa lebih intim. Yah setidaknya itu pun masih bisa membuatku senang.
            “Ga, kerjain tugas ini yah” katamu sepulang sekolah dengan ceria. Itu adala tugas kelompok bahasa Indonesia kita. Anggotanya hanya ada empat orang. Dari tiga anggota lainnya yang merupakan teman dekatmu, kenapa pula kau harus memilihku untuk mengerjakan tugas yang membosankan ini. Menganalisa puisi, sungguh tidak menyenangkan.
            Tapi kau tahu, aku selalu tidak bisa menolak permintaanmu. Ya aku tahu kau memang selalu sibuk dengan organisasimu, mungkin teman sekelas kita pun tahu. Jika sudah begini, mau tidak mau aku pun harus mengerjakan tugas kelompok kita sendirian lagi.
            Hampir di setiap pelajaran kita selalu sekelompok, apa kau tahu itu? Ah mungkin saja kau tak menyadarinya. Itu terjadi karena aku selalu memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa sekelompok denganmu.
            Ada beberapa cara yang sering aku lakukan agar aku bisa sekelompok denganmu. Yaitu, jika undian dilakukan dengan cara berhitung menurut tempat duduk dimana yang sama hitungannya satu kelompok, maka aku akan berpindah tempat duduk agar aku bisa seangka denganmu. Tentu saja dalam hal ini, aku akan berpindah tempat duduk secara diam-diam tanpa ketahuan, agar terlihat alami. Karena aku tak ingin satu kelas tahu bahwa aku menyukaimu. Kau tahu, aku sangat pemalu dalam masalah percintaan.
            Ada pula cara lain, yaitu jika memilih sendiri kelompok dengan menulis nama di papan tulis, maka aku akan menjadi orang paling kuat yang akan memperebutkan tempat agar aku sekolompok denganmu. Dalam hal ini aku akan menunggumu menulis namamu sendiri, kemudian dengan cepat aku akan merebut spidol dari orang yang paling dekat denganku dan menulis dengan cepat namaku dibawah namamu. Ini adalah pengelompokan yang paling mudah agar aku bisa sekelompok denganmu.
            Cara pembagian kelompok agar aku bisa bersamamu yang paling menyusahkan mungkin adalah pembagian dengang menggunakan undian kertas. Dengan cara ini, maka aku harus mangajukan dir sebagai orang yang mengocok kertasnya. Jika seluruh gulungan kertas nama sudah berada dalam genggamanku, aku akan mengingat dua kertas yang berisi namamu dan namaku. Sehingga aku bisa dengan sengaja mengelurakan namamu dan namaku secara berurutan.
            Namun, dari semua cara itu hanya satu cara yang tidak bisa aku akali agar aku bisa sekelompok denganmu. Yaitu jika pembagian kelompok yang dipilih oleh guru. Dalam hal ini, yang bisa aku lakukan hanyalah berdoa dengan segenap hati.
            Jika kau mengetahui hal ini, mungkin kau akan tercengang atau tertawa. Ya apapun itu asal kau tidak marah dan berhenti bicara padaku saja. Kau tahu, aku melakukan semua itu hanya untuk satu hal, yaitu meningkatkan rasio aku berbicara denganmu.
            “Hey, udah ngerjain PR belum, pengen liat dong…” itu aku yang berbicara padamu di pagi hari kira-kira 15 menit sebelum guru pertama masuk kelas. Meskipun itu hanya terjadi paling sering tiga kali dalam seminggu, itu adalah caraku agar bisa mengobrol denganmu di pagi hari.
            “Kebiasaan..” kau pun memberikan buku catatanmu dan sebuah kata yang biasa aku dengar. Satu kata tapi berarti karena kata itu untukku.
            Setelah itu 15 menit kemudian guru biasanya akan masuk dan aku menyerahkan buku catatanmu seraya berkata “Makasih..”
          “iya” itu adalah kata-katamu yang biasanya setelah kau mengambil bukumu dan kemudian memalingkan badanmu hingga menghadap guru.
            Mungkin kau tidak akan menyadari satu hal lain yang sering aku lakukan. Yaitu, bagaimanapun caranya aku selalu duduk di belakangmu meskipun terkadang terhalang satu atau dua meja tak apalah asalkan aku masih bisa melihatmu dengan nyaman. Tapi jika kau sedang berada di bangku paling belakang maka aku akan duduk di sampingmu, meskipun juga seringkali terhalang satu atau dua orang.
            Kau tahu, karena hal itulah aku seringkali merusak putaran rotasi bangku kelas. Saat kita berada di kelas sepuluh rotasi bangku adalah bergerak secara berkala seminggu sekali bangku pertama pindah ke paling belakang, sedang paling depan di isi oleh pengisi bangku kedua.
            Saat kelas sebelas setelah aku mati-matian untuk bisa masuk ke jurusan IPA kelas unggulan untuk mengikutimu. Bangku kelas bergeser seminggu sekali dengan gerakan spiral, yaitu dari kiri ke kanan setelah di ujung kanan maka pindah satu ke belakang lalu bergerak lagi ke kiri lalu mundur lagi ke belakang seperti itu terus.  Saat kita kelas duabelas pun putaran masih sama karena anggota kelas masih sama.
            Tapi seperti yang kau tidak sadari, aku selalu berada di belakangmu. Menikmati memandang dirimu bagiku sangat menyenangkan.
            Mungkin jika sekarang kau tahu hal ini, kau akan heran dan bertanya “mengapa kau bisa menyukai?”
            Ya aku tak bisa menjawab pertanyaan itu, karena aku pun heran mengapa aku bisa menyukaimu. Padahal kau bukanlah orang yang popular dikelas dan layak diidolai, meskipun kau pintar. Tapi jika aku harus terpaksa menjawab mungkin karena kau cantik, itu saja. Dengan wajahmu yang putih, meskipun tidak seputih lantai keramik, tapi hanya putih normal layaknya manusia, rambutmu yang panjang sepinggul yang kadang-kadang kau ikat dengan gaya ekor kuda, dan kacamata yang kadang-kadang kau pun memakai lensa. Kau adalah orang biasa yang cantik, bagiku.
            Pada akhirnya tidak terasa aku sudah menyukaimu selama tiga tahun, yang lebih tepatnya memendam perasaan suka. Aku sudah menyebutkannya tadi, aku sangat pemalu dalam hal percintaan, maka aku pun tak berani mengatakannya padamu.
            Setelah pengumuman hasil Ujian Nasional yang menyatakan kelas kita lulus seluruhnya, anggota kelas kita berkumpul. Saat itu, menurutku adalah saat yang tepat untuk menyatakan perasaanku padamu, yaitu ketika kau akan pulang.
            Dalam imajinasiku, sebelum kau pulang dari tempat berkumpul aku akan mengantarkanmu keluar. Kemudian aku menggenggam tanganmu dan dengan gugup…
            “Aku cinta kamu” itu adalah kataku.
            “Iya” itu jawabanmu sama seperti kau menerima kembali bukumu.
            Namun pada kenyataannya, kau pulang sendiri tanpa ada yang mengantarkanmu keluar. Aku hanya melihatmu keluar begitu saja. Aku mengutuk diriku. Aku memang sangat payah.
            Dan saat itu adalah terakhir kalinya aku melihatmu. Kau pulang ke kampung halamanmu. Ke kota yang berbeda denganku. Bagiku, jika kita bertemu lagi aku ingin kita berjodoh, itu saja.

Bandung, 2014

2 comments: