herlangga juniarko

Powered By Blogger

Friday, June 28, 2013

Mestikah Kuiris Telingaku Seperti Van Gogh?

oleh: Seno Gumira Ajidarma



“Lihatlah bagaimana aku mencintaimu kekasihku. sudah begitu lama kita berpisah, tapi aku ingin mengawinimu. Telah kuraih gelar MBA dari harvard. Telah kududuki jabatan manajer perusahaan multinasional. Telah kukumpulkan harta benda berlimpah-limpah. Kawinlah denganku. Kuangkat kamu dari lembah hitam. Marilah jadi istriku. Jadi orang baik-baik, terhormat dan kaya. Ayo pergi dari sini, kita kawin sekarang juga.”
Ia tersenyum, masih seperti dulu. Ada kerutan di ujung matanya, tapi masih menatap dengan jalang. Dan setiap kali aku menatap mata itu, dadaku rasanya bagai tersirap.
”Ayolah kekasihku, cepat, kita pergi dari sini. Lihatlah Baby Benz yang menunggumu. Akan kumanjakan kamu seperti ratu. Pergilah dari tempat busuk ini. Jauhilah lagu dangdut. Jauhilah bir hitam, marilah memasuki dunia yang elit dan canggih. Kuperkenalkan kamu nanti dengan dunia Mercantile Club, dunia para pedagang dan para manajer internasional. Kuajari kamu main polo, kuajari kamu naik kuda, kuajari kamu bicara Prancis, sambil sedikit-sedikit mengutip Simone De Beauvoir. kujadikan kamu seorang wanita diantara wanita. Berparfum Poison keluaran Christian Dior, berbaju rancangan Lacroix, bercelana dalam Wacoal. Cepat kekasihku, pergi bersama aku. Waktu melesat seperti anak panah. Jangan sampai kamu jadi tua disini. Menjadi kecoa yang tidak berguna.”
Ia tersenyum lagi. Matanya jalang sekali. Rambutnya keriting dan panjang.
”Ayo cepat kekasihku. Cepat. Jangan sampai dunia berubah. Tak ada yang kekal didunia ini. Tak ada yang setia. Ayo cepat. Tunggu apa lagi?”

Thursday, June 27, 2013

Hawa Dingin

oleh: Sapardi Djoko Damono


dingin malam memang tak pernah mau
menegurmu, dan membiarkanmu telanjang;
berdiri saja ia di sudut itu
dan membentakku, “Ia hanya bayang-bayang!”

“Bukan, ia tulang rusukku,” sahutku
sambil menyaksikannya mendadak menyebar
ke seluruh kamar — yang tersisa tinggal abu
sesudah kita berdua habis terbakar.


*diambil dari antologi puisi "Ayat-ayat Api"

Wednesday, June 26, 2013

Ayat-ayat Tokyo

oleh: Sapardi Djoko Damono


/1/
angin memahatkan tiga patah kata
di kelopak sakura —
ada yang diam-diam membacanya

/2/
ada kuntum melayang jatuh
air tergelincir dari payung itu;
“kita bergegas,” katanya

/3/
kita pandang daun bermunculan
kita pandang bunga berguguran
kita diam: berpandangan

/4/
kemarin tak berpangkal, besok tak berujung —
tak tahu mesti ke mana
angin menyambar bunga gugur itu

/5/
lengking sakura —
tapi angin tuli
dan langit buta

/6/
menjelma burung gereja
menghirup langit dalam-dalam —
angin musim semi


*diambil dari antologi puisi "Ayat-ayat Api" karya Sapardi Djoko Damono

Sunday, June 23, 2013

Kisah Putih Abu



agan- agan sekalin mungkin udah pernah merasakan masa SMA yang katanya masa terindah ya kan? oh atau ada yang masih di SMA atau masih menunggu waktu supaya naik tingkat ke SMA, tapi percayalah! saat SMA nanti pasti akan menjadi waktu terbaik yang kalian punya.
kenapa?
ya karena yang pertama, kalian pasti masih muda dan masih segar (kalo muda sih pasti)
jadi kalian dapat melakukan kegiatan yang pastinya menyenangkan (menyenangkan itu subjektif bro)
lalu yang lainnya mungkin kalian akan mendapatkan banyak teman dengan keterkaitan yang sangat erat satu sama lain.

kalo gue sih udah keluar dari SMA sejak lama (xixixi T_T berasa tua gue) dan ada satu hal yang pasti selalu mengingatkan gue pada temen-teman SMA gue, yaitu saat hendak perpisahan kita (sekelompok orang dalam kelas yang saya juga termasuk) membuat sebuah lagu! dan inilah

Kisah Putih Abu
artist: Mhaxsyat Corp. (nama kelas gue)

tak lama lagi kita kan menuju masa depan
yang kita impikan
selama ini semua yang pernah kita lakukan
tinggalah kenangan yang tak terlupakan

Saturday, June 22, 2013

Sepenggal Surat Dariku

Untuk Rapiah*

oleh: Herlangga Juniarko

Engkau telah mencintainya, aku tahu itu
Sedang dengan sengaja ayahmu memberi padanya
Namun malang terhampar dihadapanmu
Sebagai nista  dalam gadismu

“Kegadisan hanya datang sekali” katamu
Dan aku melihat perangai lelaki itu,
Begitu buruk padamu
Tapi tak pernah mampu mengusutkan jubah iman
Yang sedari dulu kau genggam

Adapun surat yang kukirim untukmu
Untuk bersegera melakukan penceraian dengannya
Agar aman tentram hidupmu dan hidupnya
Dan aku akan datang padamu dengan cinta
Yang tak perlu kau khawatirkan lagi

Dengan senyum manis kau menjawab,
“Aku tak sengaja mencintainya,
Dan aku akan terus bertahan dengan itu”
Sesekali kulihat dari jauh wajah jernihmu
Dihantam sebagai babu oleh lelaki itu
Lelaki yang tak sengaja kau cintai

Aku hanya mampu mengubur saja mimpiku
Memperistri engkau bagaikan memecah cadas dengan kayu
Tak pernah sampailah maksud hatiku
Bertumpuklah rasa ini setiap memandang lelakimu itu
Sesungguhnya beruntunglah ia

Tapi kulihat dalam hematku
Ia tak pernah berpikir beruntung
Engkau bagaikan nista yang tak sengaja menempel di tubuhnya
Dan mendaging bersamanya

Namun kau masih berwajah jernih
Dan mampu bersenyum padanya
Aku tak pernah mengerti bagaimanakah mungkin
Engkau dapat mencinta lelaki yang menyia-nyiakanmu


2012
*salah satu tokoh dalam novel "Salah Asuhan" karya Abdul Muis

Friday, June 21, 2013

Analisis Struktural Puisi “Ayat-ayat Kyoto” Karya Sapardi Djoko Damono

oleh: Herlangga Juniarko

            Sajak merupakan struktur. Struktur di sini merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling menentukan. Ada tiga dasar rangkaian keasatuan, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri.
            Pertama, struktur itu merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagiannya yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Kedua, struktur itu berisi gagasa transformasi dalam arti struktur itu tidak statis. Ketiga, struktur itu mengatur dirinya sendiri, dalam arti struktur itu tidak memerlukan pertolongan bantuna dari luar dirinya untuk mensahkan prosedur transformasinya.
            Analisis struktur sajak adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam struktur sajak dan penguraian bahwa tiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Sajak itu merupakan susunan keseluruhan yang utuh, yang bagian-bagian atau unsur-unsurnya saling erat berkaitan dan saling menentukan maknanya.
            Penganalisisan struktural lebih melihat makna dari setiap unsur lalu menghubungkannya dengan unsur-unsur pembentuknya yang lain sehingga dapat ditemukan makna inti dari sebuah karya sastra.
            Di bawah ini akan disajikan sebuah puisi yang dianalisis berdasarkan pendekatan struktural.
 
Ayat-Ayat Kyoto

segala yang mendidih dalam kepala
tidak nyata, kecuali sakura
dan kau — tentu saja

gerimis musim semi —
tengkorakku retak;
kau pun menetes-netes ke otak

kita sakura —
gugur sebelum musim semi
tak terlacak pula

(Sapardi Djoko Damono, Ayat-ayat Api)

Thursday, June 20, 2013

Bertanyalah Seperlunya

oleh: Ciu Cahyono

Namaku Pemudi
Pernah bertemu seorang pemuda
yang bertanya
apa aku masih perawan

Namaku Pemudi
bukan Perawan!


2011
*diambil dari antologi puisi "Aku dan Rantai"

Wednesday, June 19, 2013

Hari Ulang Tahun



oleh: Herlangga Juniarko

            Hari ini adalah hari yang sungguh seharusnya sangat membuatnya bahagia. Untuk sebagian orang, hari ulang tahun adalah hari yang cukup spesial dengan berbgai kebahagiaan memutari setiap waktu pada tanggal tersebut. Begitu pula yang terjadi pada Evie, dia memaknai hari ulang tahunnya kali ini dengan berbagai renungan yang begitu dalam, renungan yang selalu ia sadari bahwa ia adalah hanya makhluk Allah SWT dan ia takkan mampu untuk menyalahi hal itu.
            Sakitnya semakin parah saja di hari ulang tahunnya ini, ia mengalami kanker pankreas stadium empat yang akan membuat kesempatan hidupnya kini semakin menipis. Kini ia hanya akan mencoba menjadi sang mentari yang menyinari dunia di hari senja. Kini ia hanya berpasrah pada takdir yang Allah berikan padanya dan berusaha untuk menjadi lebih indah ketika ajalnya mulai mendekat.
            Di malam ulang tahunnya yang seharusnya akan selalu berakhir bahagia. Ia hanya duduk terpaku di teras rumahnya. Teras yang selalu meneduhkan hatinya dengan pohon-pohon kersen dan mangga yang ada di halaman rumahnya. Ia hanya duduk termenung sambil sesekali membenarkan kerudung sucinya.
            Di malam yang dingin itu, kini ia merasa dekat sekali dengan Sang Penciptanya. Ia ingin sekali bertemu dengan sang penciptanya itu, meskipun ia merasa diri tak akan pernah pantas untuk bertemu dengan-Nya.

Tuesday, June 18, 2013

Syekh Siti Jenar

Babad Geger Pengging

Karya SAINI KM

PENGANTAR PENULIS

Sandiwara Syekh Siti jenar ini sengaja di beri anak judul Babad Geger Pengging. Alasannya ada dua, pertama karena sudah naskah lain yang berjudul Syekh Siti Jenar, kedua kata babad akan mengisyaratkan kepada pembaca atau penonton bahwa naskah ini bukan naskah sejarah, melainkan naskah sastra, lugasnya sastra-drama.

Kalau penulis berani menuliskan kata Babad, hal itu didukung pula oleh kenyataan bahwa di kalangan para sarjana sejarah sendiri masih ada keraguan, apakah kisah Syekh Siti Jenar itu memang pernah benar-benar terjadi atau hanya berupa cerita saja. Dengan demikian, penulis merasa lebih leluasa memergunakan cerita itu untuk tujuan-tujuannya yang bersifat sastrawi.

Memergunakan suatu cerita cesara sastrawi berarti mengolah cerita itu, memberinya tafsiran baru atau mengisinya dengan masalah-masalah lain, sesuai dengan maksud-maksud yang hendak dicapai sastrawan. Diantara maskdu-maksud itu ialah pengungkapan pengalaman sastrawan dengan pergulatannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya masa kini dan di sini.

Dengan latar belakang seperti itu, sandiwara Syekh Siti Jenar ini  pun akhirnya dapat dianggap tidak berhubungan dengan kisah tokoh yang banyak di kenal di masyarakat Jawa khususnya dan Indonesia umumnya.

Bandung, 1986




Monday, June 17, 2013

Obrolan Kamar Remang-remang



oleh: Herlangga Juniarko
 
            Kini kamar itu tengah diisi oleh sepasang kekasih lelaki dan wanita yang tengah asyik bermain cinta dan memadu kasih dengan tanpa balutan apapun dalam diri mereka, tanpa dosa yang akan terus mengganggu mereka, dan tanpa adanya keraguan yang akan mereka tanggung kelak suatu hari.
            Keduanya tengah asyik bermain cinta di sebuah kamar remang-remang dengan sebuah kasur busa dengan ukuran untuk dua orang saja. Selain kasur, kamar itu tak berisi apapun juga kecuali lantai keramik putih yang disinari sebuah bohlam yang menghasilkan suasana oranye yang hampir padam untuk menambah syahdunya cinta mereka.
            Pasangan itu masih asyik saja bermain cinta tanpa peduli apa yang ada di sekitar mereka. Mereka tak peduli pada nyamuk-nyamuk malam, semut dan cicak yang kini sedang menonton aksi dari perbuatan mereka, bahkan mereka tak peduli pada setiap setan, malaikat, dan Tuhan yang sedang mengawasi mereka saat ini. Mereka hanya peduli pada kenikmatan yang sedang di rengguknya dari diri masing-masing. Kenikmatan yang akan mengikat mereka, setidaknya itulah yang dikatakan orang-orang kebanyakan.

Saturday, June 8, 2013

Analisa Puisi "Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis"



Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis
Oleh: Syaifuddin Gani

Ya Tuhan yang Maha Romantis,
jadikanlah
aku puisinya
dan
dia puisiku
Terimakasih banyak

(2011)
 
Analisa Puisi "Bermula dari Tuhan yang Maha Romantis"