herlangga juniarko

Powered By Blogger

Friday, August 31, 2012

Azrael



            Senja itu, warna kemerah-merahan mulai pudar dan berganti menjadi gelap, sedangkan matahari masih sedikit lagi turun di ufuk timur. Tepat di hadapan matahari itu, di sebuah rumah tengah terbaring seorang manusia yang sangat sehat sekali. Dia adalah seorang laki-laki berumur 40-an, perutnya mulai membuncit karena kandungan makanan yang ia makan entah darimana asalnya. Sedang wajahnya masih tetap awet muda karena perawatan wajah yang ia jalani setiap waktunya.
            Tiba-tiba dari langit muncul sesosok makhluk berbentuk asap hitam menggumpal seperti awan-awan mendung yang siap menghantarkan petirnya ke alam yang sepi. Sosok yang sangat ditakuti oleh seluruh makhluk yang ada di dunia ini, bahkan setiap malaikat dari langit pun takut ketika melihat sosok itu. Kini sayapnya mulai mengembang dengan lebarnya hingga seluruh langit senja itu tertutup oleh sayap hitamnya itu. Tubuhnya mulai membentuk dengan tertutup oleh jubah hitam yang bagian bawahnya telah tersobek-sobek kejam. Kini ia terbang mengitari manusia yang tengah santai di ranjang kenikmatannya itu.
            “AHMAD!!!” teriak sosok hitam itu pada pria yang tengah berbaring di ranjang rumahnya yang nyaman itu.

            “Siapa kau?” tanya pria itu dengan rasa kaget yang ia pendam dalam dirinya sendiri.
            “Akulah Azrael, aku datang untuk mengambil sesuatu yang dititipkan oleh Tuham padamu” kata Azrael dengan kembali membentangkan sayapnya hingga bulu-bulunya berguguran serupa daun-daun yang jatuh ke tanah.
            Di sentuhkannya kini tangan Azrael ke dada Ahmad tanpa permisi, sehingga kulit tubuhnya kini seperti terlepas dari tulang dan lemak yang tertimbun di tubuhnya. Tangan Azrael masih saja menarik sesuatu yang kasat mata dari tubuh gemuk itu.
            “Aku mohon, jangan ambil arwahku sekarang” pinta Ahmad sambil terbata-bata.
            Kini arwahnya sudah keluar sedikit saja. Namun, Azrael tidak mendengarkan apa yang ia katakan. Azrael masih terus menarik arwah itu dengan tanpa ampun.
            “Kau tidak akan bisa memohon padaku. Bermohonlah pada Tuhan yang maha tinggi, maka niscaya dia akan mengabulkan permohonanmu jika kau bersungguh-sungguh.” Kata Azrael dengan tegas kepada pria yang sedang ia ambil segalanya dari tubuhnya.
            “Aku tak percaya pada ucapanmu. Jika memang Tuhan selalu mengabulkan setiap permohonan, mengapa masih banyak manusia-manusia yang terjerumus pada kekotoran duniawi?” ia menarik napas-napas terkhirnya saja sebelum melanjutkan kata-katanya yang terputus tadi.
            “Mengapa masih ada manusia yang takluk pada zaman yang edan ini? mengapa keajaiban tidak datang dua kali? MENGAPA!” teriak pria itu sambil napasnya mulai habis, tapi ia masih dapat menyaksikan sosok yang ditakuti oleh alam semesta itu.
            “Karena mereka tidak serius dalam memohon, mereka datang memohon tanpa bekal sama sekali. Mereka datang hanya berucap saja di masjid-masjid, di gereja-gereja, bahkan dimanapun mereka berada tanpa mau bertindak untuk mengambil hasil dari permohonannya.” Jawab Azrael dengan tenang namun tegas sambil tangannya masih menarik arwah yang sulit sekali diambil itu.
            Badan Ahmad kini terasa hancur lebur. Tubuhnya mulai mati sedikit demi sedikit dan darahnya berhenti mengalir di bagian yang telah mati tersebut.
            Kini arwah sudah setengahnya terlepas dari badan yang telah merawatnya. Arwah itu kini tak berdaya untuk masuk kembali ke dalam tubuh sang pemiliknya. Ia hanya dapat berpasrah pada tarikan tangan Azrael yang serupa asap yang hitam dan kuat. Tangan yang mampu mengambil hal yang paling dicintai dari para manusia.
            “Baiklah, aku akan memohon kepada Tuhan” kata pria tersebut dengan pasrah karena nyawanya yang kemungkinan tinggal beberapa menit lagi. Lalu ia mengambil napas dengan susah payah hingga terputus-putus.
            Kini tangan Azrael yang serupa asap hitam kelam itu sudah menutupi seluruh tubuh dari pria itu dan sepotong arwah sudah tertarik sedikit demi sedikit hingga terlihat habis ujungnya tepat di hati pria itu. Seluruh tubuhnya benar-benar hitam seperti habis terbakar api. Matanya hanya mampu melotot ke arah Tuhan yang maha tinggi hingga matanya seakan-akan mau keluar dari tempatnya.
            “TUHAN! Apakah...engkau...akan...memperlihatkan...keajaibanmu...pada...ku...” pria itu berkata sambil terbata-bata sambil mencoba mencari udara-udara yang masih bisa ia hirup walaupun hanya sedikit untuk sekedar menyehatkan lagi tubuhnya yang sudah panas oleh tangan Azrael yang tak kenal ampun.
            Kini arwahnya hanya tinggal setitik lagi keluar sepenuhnya dari tubuh pemiliknya. Kini Azrael mulai mengambil pedang kematiannya untuk memotong arwah yang hanya tinggal setitik lagi itu. Ia mengambil sebuah pedang yang tepat berada diantara sayapnya yang membentang hitam ke seluruh daratan itu.
            Azrael sudah mengangkat pedang tersebut dan bersiap untuk mengambil arwah itu dan ia bawa ke tempat yang paling abadi dan paling tenang tanpa apapun juga yang bisa mengganggu ketenangannya.
            Namun sebelum Azrael memotong arwah itu, secara tiba-tiba langit yang semula hitam kelam dengan awan-awan mendung menyelimuti menjadi cerah seperti tak pernah terjadi hujan sedikitpun. Matahari senja pun kembali menyinari daratan itu, sedang sinar-sinar itu seperti menerkam Azrael yang hendak memutuskan nyawa yang hanya tinggal setitik itu.
            Dari langit kini muncul sosok bercahaya yang cahayanya sampai menembus sayap-sayap Azrael yang sedang membentang luas hingga sayap-sayap itu terlubangi dan akhirnya hilanglah seluruh sayap-sayap Azrael.
            Kini yang tersisa adalah sosok hitam yang kelam dan sosok putih yang bercahaya yang besar tengah melayang di hadapan Ahmad yang kini sakaratul mautnya tengah tertunda karena kejadian ini dengan wajah yang sangat menderita.
            “Apa yang membuatmu datang kemari Mikael? Padahal tak ada undangan sedikitpun yang membuatmu datang kemari” Azrael bertanya pada sosok putih itu dengan rasa penasaran yang mendalam.
            “Aku membawa berita dari langit Azrael” jawab Mikael dengan serius dan menyatakan bahwa dia benar-benar membawa sebuah berita yang sangat penting.
            “Aku sedang menjalankan tugasku, apakah engkau dapat menunggu hingga tugasku dapat terselesaikan terlebih dahulu?” Azrael berkata sambil mengambil ancang-ancang untuk membentangkan sayapnya yang hitam ke udara.
            “Tidak Azrael! Aku membawa sebuah perintah yang sangat penting dari Tuhan yang tertuju padamu” bentak Mikael kepada Azrael.
            “Baiklah, apakah yang perintah yang diberikan Tuhan untukku?”
            “Tuhan telah mengabulkan doa pria malang itu, Tuhan telah memberikan tambahan waktu untuk  pria itu. Maka hendaknya engkau memasukan kembali arwah pria itu kembali utuh agar perintah ini dapat engkau selesaikan, Azrael” kata Mikael mejabarkannya pada Azrael.
            Setelah Mikael mengatakan itu, maka ia pun pergi kembali ke langit tempat para malaikat lainnya bersemayam bersama Tuhannya. Dan Azrael pun membentangkan lagi sayapnya yang lebar hingga langit kembali menjadi gelap seketika itu.
            Azrael pun segera memegang sebagian arwah pria itu dan segera mengembalikannya ke tempat dan posisi yang tepat. Tubuh pria itu pun kembali menjadi seperti semula sebelum dicabut nyawanya oleh Azrael.
            Pria itu kini memandangi Azrael yang berada tepat di depannya sambil terengah-engah seakan tak percaya dengan apa yang sudah ia alami kali ini adalah kenyataan. Kemudian ia meraba seluruh tubuhnya dengan tangan-tangan kecilnya yang tak berdaya di jemput maut. Ia ingin memastikan bahwa tubuhnya benar-benar utuh dan tak cacat suatu apapun juga.
            “Aku tak percaya, permohonanku benar-benar dikabulkan oleh Tuhan. Apakah ini yang dinamakan sebagai mukjizat?” pria itu berkata-kata dengan riangnya bahwa dialah manusia yang beruntung telah mendapatkan suatu mukjizat dari Tuhan.
            “Beruntunglah engkau wahai manusia, Tuhan telah memberikan kasihnya untuk memperpanjang waktumu di dunia ini. Bersyukurlah engkau manusia kepada Tuhan yang telah mengasihimu” kata Azrael dengan segala kebijaksanaannya.
            “Terimakasih Tuhan, engkau telah memberikan waktu yang sangat berharga ini kepadaku. Terimakasih Tuhan!” pria itu berteriak dengan sangat kencang hingga mampu menembus sayap-sayap Azrael yang tebal hingga ke langit cerah yang begitu terang benderang berisi cahaya matahari senja.
            Setelah teriakan itu, Azrael pun menutup sayapnya hingga langit senja telah terlihat kembali dan bulan mulai muncul sedikit saja. Azrael mulai berubah kembali menjadi gumpalan asap besar dan tersapu angin hingga ke tempat arwah yang selanjutnya.
            Langit senja kini sudah berganti menjadi malam. Bulan dan bintang sudah tergantung di posisinya masing-masing. Sedang Ahmad tak hentinya bersyukur atas waktu yang telah Tuhan berikan kepadanya hingga ia dapat kembali menikmati hidupnya kembali sambil bersujud kepada Tuhan yang maha tinggi.
            Waktu sudah menjelang tidur dan Ahmad pun membaringkan tubuhnya yang terasa sangat kaku ke ranjang kesukaannya, tetapi ada yang berbeda dengan saat-saat menjelang tidurnya kali ini. Ia kini mengingat Tuhan terlebih dahulu dan mulai bermimpi untuk bertemu Tuhan nanti.
            Saat waktu hendak menjelang subuh, tiba-tiba Azrael datang kembali dengan membentangkan sayapnya yang kini lebih lebar dari biasanya. Ia mengepakkan sayapnya dengan keras sehingga setan-setan yang sedang berada di sekitar Ahmad pergi melarikan diri karena ketakutan.
            Azrael kini memasukkan tangannya pelan-pelan ke dalam tubuh Ahmad yang sedang tak merasakan apapun juga. Tubuhnya kembali menghitam seperti terbakar habis sedangkan suhu tubuhnya mulai menjadi dingin sedingin es kutub selatan.
            Azrael menarik sebuah arwah untuk keluar dari tubuh pemiliknya dengan perlahan hingga Ahmad tak merasakan sakit yang sangat perih menghantam tubuhnya yang sangat tak berdaya di hadapan malaikat kematian itu.
            Arwah itu kini sudah di ujung tubuh tinggal setitik lagi arwah itu terlepas dari tubuhnya. Maka Azrael pun mengeluarkan pedang kematiannya yang begitu hitam dan panjang dengan aura-aura kematian begitu kental berada di sekitarnya.
            Ia tebaskan pedangnya hingga arwah itu benar-benar terlepas juga dari tubuh pemiliknya. Lalu dengan segera ia beri rantai yang mengikat dengan kuat arwah itu tepat di inti dari arwah itu sehingga ia tak bergentayangan di seluruh alam manusia ini atau terjebak antara yang abadi dan yang fana.
            Setelah itu ia seret arwah itu terbang ke suatu tempat yang panasnya melebihi apapun yang pernah ada dan di serahkannya arwah itu kepada Malik dengan menyerahkan rantai-rantai yang menempel di leher arwah itu.
            “Kenapa kau bawa kemari arwah ini?” kata Malik dengan heran.
            “Ini sudah kehendak dari Tuhan” kata Azrael menerangkan.
            “Kenapa Tuhan berkehandak yang tidak wajar kepada arwah ini?” tanya Malik.
            “Sesungguhnya Tuhan lebih mengetahui apa yang tidak kita ketahui. Dia mengetahui yang lebih hitam dari hitam dan yang lebih putih dari putih” jawab Azrael dengan tenang.
            “Baiklah, aku mengerti. Aku akan membawa arwah ini pada Zabaniyyah”
            Dan arwah itupun dibawa oleh Malik kepada Zabaniyyah yang sedang membawa gada yang sangat besar dan panas, lebih besar daripada dunia sandiwara ini. Arwah itu kini tengah tersiksa di bawah hantaman gada sang Zabaniyyah hingga akhir dari dunia fana ini kelak.


Bandung, 2012
Herlangga Juniarko

No comments:

Post a Comment