herlangga juniarko

Powered By Blogger

Monday, January 25, 2016

Hujan Berkembang

1. Aku. Adalah yang terikat dengan non-kepemilikan (tak memiliki, tak juga dimiliki)
2. Kamu. Dengan ketajaman perasaan melepaskan ikatan-ikatan itu
3. La ilaha ilallah berkumandang ketika tergelincirnya senja. Aku berujar bahwa nasi goreng itu enak dan khas. Satu waktu akan kubawa untukmu
4. Layaknya buku baru, aku tuliskan apa saja yang ku mau. Kebetulan, sintaksis waktu itu. Tiga halaman yang kau bantu.
5. Harum tanah, pesawat terbang, tisu, saus dan pizza yang tercatat. Iya, mereka semua berserikat dan bersaksi saat pertama kali tanganku hampir menyentuh pipimu.
6. Ada rasa tak enak dariku waktu itu, mungkin cemas. Tapi kamu pasti tahu. Bila aku dan kamu suka bakso, kita akan memakannya bersama.
...
7. Dia yang cemas adalah yang memacu cepat motornya untuk memastikan tidak ada masalah dengan keset yang mendadak hilang dan jendela yang terbuka.
8. Dia adalah yang mengerti hangatnya perasaan perempuan yang memberinya selimut ketika dia tertidur di lantai saat hujan tahun itu.
9. Dia adalah yang memandangi raut wajah perempuan yang
tertidur sambil menahan sakit lambung. Hingga jemputan dari kota hujan datang jam 9 malam.
10. Perasaan pun membentang diawali laju mobil menuju hujan. Di dalamnya ada yang berkembang.
11. Ada hari yang tak terhitung. Hujan yang melulu di halaman. Kita berbicara apa saja yang penting aku suka, kamu juga.
12. Rasanya tak enak saat dinding-dinding mulai menghimpit. Yang aku tahu jarak harus ada, agar setiap ruang tetap sama.
...
13. Dia adalah yang tak tahu ketika mata itu menolak, mungkin itu yang diakibatkan jarak.
14. Kembali lagi semuanya bercerita. Dia yang hafal bila kamu menahan sesuatu yang akhirnya membuat dia mengambil tisu untuk menahan yang jatuh di pipimu.
15. Dia adalah yang memikirkanmu dengan keras. Dengan bantuan hukum: ternyata manusia mempunyai hak absolut. Itu ujarnya.
16. Malam itu aku dan kamu menemui kata sepakat: "kita harus menangguhkan perasaan, kita tunggu sampai kapan".
17. Waktunya sampai juga. Aku memandangimu. Keyakinan apa kau dan aku. Itu jam 9 malam menit 11 lewat satu detik. Kau ambil es krim itu!
...
18. Malam itu angin membimbing jaketku untuk ku pakaikan padamu. Bersamaan dengan perasaan yang aku selundupkan ke jantungmu.
19. Waktu terus melaju. Akhirnya tiba, pertanyaan mulai bermunculuan. Aku rasa semua harus bertujuan.
20. Jawaban itu kutemukan ketika kau dan aku saling berpandang. Mata kita bercakap-cakapan. Aku terlahir untuk membuatmu merasa tidak cemas di bumi ini. Setidaknya itu yang aku yakini.
21. Kuatkan ingatan kita: ketika keningmu adalah landasan setiap harapan. Yang menjadi dasar dari semua perasaan yang aku miliki. Setiap kecup doaku mendarat.
22. Kuatkan ingatan kita: ketika rambutmu yang ikal itu, tidak satu helai pun yang tidak aku kenali harumnya.
23. Kuatkan ingatan kita: ketika selesai salam, tangan-tangan kau dan aku menengadah meminta agar selalu bisa berpelukan.
24. Tidak ada yang lebih nyaman dari menguatkan ingatan aku dan kamu.
...
24. Kini, aku bangun dari tidur. Semalaman kotaku dikirimi hujan kotamu. Ada yang terus berkembang. Aku tahu aku tak inginkan apa-apa. Tidak ada alasan kuat untuk beranjak.
25. Selamat pagi, malam terus terdengar semalaman. Ada rindu yang hangat di bulan yang dingin. Pasti kamu tahu.
26. Sekarang aku harus apa dengan hari pahlawan? Aku tundukan kepala menguatkan ingatan dan rasa syukur.
27. Aku adalah dia yang sekarang berpandangan: bahwa mencintai kamu adalah sebuah nikmat. Aku tidak akan mendustakannya. Bersyukur, agar nikmat itu ditambah.
28. Bila kamu yakini semua ini adalah benar. Sesungguhnya tidak ada yang lebih menarik dari aku dan kamu yang bertemu lalu berbicara apa saja tentang kebenaran ini.
29. Semoga Allah berpihak kepada aku ini. Aku yang terus menguatkan ingatan, aku yang meyakini ini perasaan yang benar dan sungguh-sungguh.
30. Semoga Allah meridhoi. Aku yang tetap berjaga dengan perasaan tajam yang membentang dan berkembang di kota hujan.


10 November 2015
Abdillah Al-hafizh


No comments:

Post a Comment