oleh: Herlangga Juniarko
Pernah
menonton televisi dengan adegan perkelahian? Tentu saja setiap orang yang
mempunyai televisi sudah pernah melihat adegan seperti itu minimal sekali dan
pasti menyadari bahwa terasa ada sesuatu hal yang hilang dalam adegan
perkelahian tersebut. Ya, adegan pukulan pada pertelevisian Indonesia pada
akhirnya disensor secara mentah-mentah!
Sensor
dalam pertelevisian sebenarnya adalah sebuah penghilangan suatu adegan, suara
atau hanya mengaburkan gambar dalam sebuah film. Fungsinya sendiri tidak lain
adalah untuk memberikan kenyamanan setiap penonton dengan tayangan yang aman
dan sesuai. Dengan begitu sensor pun bisa menyesuaikan dengan jam tayangan dan
target penonton. Misalnya di jam tengah malam tentu tidak akan terlalu banyak
disensor karena jam tayang yang khusus dan target penonton yang rata-rata
dewasa. Berbeda dengan tanyang pada “prime time” atau jam yang sedang ramai,
maka penyensoran dilakukan lebih hati-hati kerena jam tayang yang umum dan
target penonton yang mencakup semua umur.
Namun
tentu saja penyensoran tidak boleh asal potong sehingga mengganggu jalannya
cerita atau mengganggu bagian yang menjadi daya tarik cerita. Misalnya
pemotongan adegan tidak bisa dilakukan pada film aksi karena akan mengganggu bagian
daya tarik cerita. Di sinilah mulai muncul permasalahan dari Lembaga Sensor
Indonesia.
Lembaga
Sensor Indonesia saat ini seperti terlalu sensitif dengan berbagai macam adegan
perkelahian. Contohnya adalah sebuah film kartun untuk anak-anak yang mengangkat
daya tarik aksi malah dipotong bagian perkelahiannya. Ini dapat menyebabkan
kekacauan logika dalam sebuah cerita. Meskipun cerita tidak terganggu dan masih
dapat berjalan terus, tetapi penonton akan merasakan bahwa ada sesuatu yang
hilang dan merasa hampa pada akhirnya.
Pemotongan
seperti inilah yang membuat penyensoran saat ini bisa dianggap buruk.
Pemotongan adegan seperti dibuat asal dan tidak rapih sehingga penonton masih
dapat merasakan apa yang dipotong dalam suatu adegan. Kenyamanan dalam menonton
pun bisa terganggu. Sensor yang seharusnya membuat kenyamanan dalam menonton
pun akhirnya hanya sebagai formalitas bahwa Lembaga Sensor masih ada dan tetap
eksis.
Sensor-sensor
dengan pemotongan tanyangan pada dasarnya haruslah tepat. Tentu saja seseorang
tidak ingin menonton sebuah film aksi tanpa adegan perkelahian yang wajar.
Inilah maksudnya dari penyensoran yang tepat. Sensor dilakukan sesuai kadarnya
tidak terlalu berlebihan dan tidak terlalu kurang, tapi sesuai porsinya.
Lembaga
Sensor seharusnya lebih memperhatikan lagi ketepatan sensor dan kehalusan dalam
menyensor. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka kualitas dari sebuah
tayangan pun akan tetap terjamin sehingga tidak menjadikan sebuah tayangan
menjadi asal jadi. Kenyamanan penonton pun akan terjamin dengan kualitas yang
baik dan aman.
No comments:
Post a Comment