Karya SAINI KM
PENGANTAR PENULIS
Sandiwara
Syekh Siti jenar ini sengaja di beri anak judul Babad Geger Pengging. Alasannya
ada dua, pertama karena sudah naskah lain yang berjudul Syekh Siti Jenar, kedua
kata babad akan mengisyaratkan kepada pembaca atau penonton bahwa naskah ini
bukan naskah sejarah, melainkan naskah sastra, lugasnya sastra-drama.
Kalau
penulis berani menuliskan kata Babad, hal itu didukung pula oleh kenyataan
bahwa di kalangan para sarjana sejarah sendiri masih ada keraguan, apakah kisah
Syekh Siti Jenar itu memang pernah benar-benar terjadi atau hanya berupa cerita
saja. Dengan demikian, penulis merasa lebih leluasa memergunakan cerita itu
untuk tujuan-tujuannya yang bersifat sastrawi.
Memergunakan
suatu cerita cesara sastrawi berarti mengolah cerita itu, memberinya tafsiran
baru atau mengisinya dengan masalah-masalah lain, sesuai dengan maksud-maksud
yang hendak dicapai sastrawan. Diantara maskdu-maksud itu ialah pengungkapan
pengalaman sastrawan dengan pergulatannya dengan masalah-masalah yang
dihadapinya masa kini dan di sini.
Dengan latar
belakang seperti itu, sandiwara Syekh Siti Jenar ini pun akhirnya dapat dianggap tidak berhubungan
dengan kisah tokoh yang banyak di kenal di masyarakat Jawa khususnya dan
Indonesia umumnya.
Bandung,
1986
DRAMATIS PERSONAE
Syekh Siti
Jenar Ulama dari
Pengging
Kebo Kenongo Bupati Pengging
Pangeran
Darmacaraka Pembantu
Sultan Demak
Sultan Demak
Sunan Giri Salah seorang
diantara wali Sembilan
Sunan Kudus idem
Sunan Muria idem
Sunan Bonang idem
Sunan Ampel idem
Sunan Drajat idem
Sunan
Kalijaga idem
Sunan Gunung
Jati idem
Merangkap
sebagai sultan Cirebon
Malaikat
jibril
Iblis
Patih Pembantu
Kebo Kenongo
Santri 1, 2,
3 Pengikut Syekh Siti
Jenar
Kepala Kam
pung
Petugas-petugas
Penjaga-penjaga
Perwira
BABAK I
DI SUATU
TEMPAT DI PENGGING, SIANG HARI.
SEBELUM
LAYAR DIBUKA ATAU LAMPU DINYALAKAN, TERDENGAR GEMURUH BENCANA, GEMPA BERCAMPUR
DENGAN TERIAKAN DAN JERITAN ORANG SETELAH KEGADUHAN ITU BERHENTI DAN SUASANA
MENJADI TENANG. LAYAR DIBUKA ATAU LAMPU PENTAS DINYALAKAN
ADEGAN 1
SYEKH SITI
JENAR BERIDRI DI SUATU TEMPAT DENGAN SEORANG SANTRINYA YANG TAMPAK MENANGIS.
MEREKA MEMERHATIKA ROMBONGAN RAKYAT YANG BERGERA MENGUSUNG KERANDA DEMI KERANDA
KE ARAH KUBURAN. TAMPAK DIANTARA PARA PENGIRING JENAZAH ORANG-ORANG YANG CEDERA
DAN BERBEBAT ATAU BERTONGKAT. DOA-DOA BERCAMPUR DENGAN TANGISA. SUARA ITU
MENJAUH, AKAN TETAPI TIDAK PERNAH BERHENTI DAN TERUS MENJADI LATAR BELAKANG
ADEGAN INI.
Santri 1
Sunan, saya
sama sekali tidak mengerti
S.S. Jenar
Apa yang
tidak kau mengerti?
Santri 1
Mengapa
Tuhan menimpakan derita seperti ini? Sunan melihat begitu banyak korban, yang
mati yang cedera, orang tua, orang dewasa, bayi, tak pilih bulu.
S.S. Jenar
Berbahagialah
yang mati, karena mereka kembali ke hadirat Tuhan, busa yang terombang-ambing
di angin kembali pada samudera.
Santri 1
Kasihan
mereka yang hidup Sunan.
S.S. Jenar
Tak ada
derita bagi mereka yang tawakal
Santri 1
Sunan belum
memahami maksud saya
S.S. Jenar
Maksudmu?
Santri 1
Mengapa
Tuhan meremukan kaki gadis kecil itu? Sunan melihat bagaimana kaki gadis kecil
yang baru berumur lima tahun itu remuk. Seandainya dia mati, keadaan akan lebih
baik. Malangnya dia hidup. Dan ia tidak akan paham apa yang dimaksud dengan
tawakal. Ia hanya akan dapat merasakan denyut kesakitan dan urat-urat dan
otot-otot yang putus. Tusukan pecahan tulang kaki yang remuk. Sunan tidak akan
dapat mengatakan padanya bahwa ketawakalan akan menghilangkan rasa sakit. Di
samping itu, ia aan mengutui hidupnya di masa akil balig. Ia mungkin akan
menjadi ejekan bagi dirinya. Cacat itu akan merampas masa depan dan peluangnya
untuk bahagia di kemudian hari.
S.S. Jenar
Jangan
mencoba meramal nasib orang. Janganlah menduga-duga kebahagiaan atau ketidak
bahagiaan seseorang. Tuhan maha pemurah. Bahkan seseorang dapat menemukan
kebahagian selagi pedang diangkat tinggi-tinggi oleh seorang algojo di atas
lehernya yang telanjang.
Santri 1
Sunan benar.
Namun nyatanya, gadis kecil itu menjerit-jerit, segera setelah ia siuman dari
pingsannya. Wahai, alangkah menusuknya jeritan itu. saya tidak akan pernah
melupakan suara jeritan itu seumur hidup saya. Kemudian anak itu kehabisan
tenaga, anak itu hanya dapat merintih-rintih. Betapa menyayat rintihannya.
Tidak, ia
tidak akan mengerti apa artinya tawakal. Dia hanya merasakan esakitan yang
tidak terperikan. Kesakitan yang tidak dipahaminya. Kesakitan ini bukanlah
ramalan. Sunan, ini kenyataan. Gadis itu tidak memahami kenyataan itu, seperti
saya tidak memahami mengapa Tuhan menimpakan derita itu kepadanya.
S.S. Jenar
Kau bukan
tidak paham, kau tidak mau memahaminya.
Santri 1
Sunan, saya
sudah berusaha memahaminya sejak malapetaka ini terjadi.
S.S. Jenar
Tidak. Kau
tidak akan memahaminya selama kau memaksakan kehendak terhadap Tuhan.
Santri 1 (tertegun)
Memaksakan
kehendak saya?
S.S. Jenar
Kau berkeras
membandingan Tuhan dengan manusia. Kau berkeras memanusiawikan Tuhan. Ketika
Tuhan memerlihatkan wajahnya yang tida manusiawi, kau menolaknya.
Santri 1
Saya tidak
menolak Tuhan, saya tidak paham. Tuhan adalah Maha Penyayang dan Maha Pemurah.
Tetapi mengapa gadis kecil yang tak tahu apa-apa itu, dibiarkan menderita?
Mengapa ia harus kesakitan? Mengapa anak-anak kecil lain harus kesakitan kalau
berjangkit sampar? Mengapa mereka buta kalau berjangkit cacar? Mengapa?
S.S. Jenar
Kau murtad.
Santri 1
Apakah
hasrat untuk memahami merupakan kemurtadan? Kalau memang begitu, mengapa Tuhan
member saya akal?
S.S. Jenar
Kau sesat.
Murtad. Kau bukan lagi ingin memahami, tetapi hendak memberhalakan Tuhan.
Santri 1 (tertegun)
Saya tidak
menegrti maksud Sunan.
S.S. Jenar
Ketika kau
mendengar kata Tuhan Maha Penyayang, maka kau bayangkan Tuhan sebagai seorang
ayah yang menyayangi anak-anaknya. Ketika kau mendengar Tuhan Maha Pengasih, au
beranggapan Tuhan tidak akan menimpakan bala sampar, bala kekeringan, topan,
banjir dan gempa yang meremukan kaki gadis kecil itu.
Santri 1
Benar Sunan.
Tuhan harus kasihan pada gadis itu.
S.S. Jenar
Harus?
Mengapa harus?
Santri 1
Bukankah Ia
Maha Pengasih?
S.S. Jenar
Kau kira
Tuhan mengasihi seperti manusia mengasihi dan merasa kasihan?
Santri 1 (setelah tertegun beberapa saat)
Ya.
S.S. Jenar
Di sanalah
letak kekeliruanmu. Itulah pula yang menyebabkan kau tidak akan memahami
peristiwa sedih ini. Dengan menganggap Tuhan seperti manusia. Kau telah
memberhalakanNya. Di sanalah letak kemurtadan. Di sana pula letak
penderitaanmu.
Santri 1
Jadi
bagaimana saya harus membayangkan Tuhan? Setelah gempa ini?
S.S. Jenar
Kini bukan
saatnya bagiku membicarakan masalah pelik itu kepadamu. Kita akan membicarakan
masalah itu nanti bersama kawan-kawanmu.
Santri 1 (diam sejenak)
Ya, Sunan.
Kita akan membicarakn dalam ketenangan pada saat itu. tuhan menimpakan dan
merencanakan bala kelaparan, bala sampar, banjir, topan dan gempa. Pada saat
itu, gadis kecil itu merintih-rintih. Mejerit-jerit menanggung derita yang tak
tertahankan. Kudengar rintih-jeritnya sebagai rintih-jerit umat manusia yang
menderita dan tidak paham mengapa mereka menderita.
S.S. Jenar
Kau tidak
adil terhadap Tuhan.
Santri 1
Saya
mengatakan yang sebenarnya. Manusia menderita dan tidak paham.
S.S. Jenar
Tapi kau
tidak mengatakan bahwa hidup pun begini indah. Di samping bala sampar dan
kelaparan, di samping banjir dan gempa, Tuhan telah menganugerahkan begitu
banyak kebaikan dan keindahan. Bumi yang indah dan subur dihamparkanNya bagai
permadani tanah Parsi, langit melengkung bagaikan cangkup agung yang senantiasa
berubah warna, siang hari kadang-kadang disilang warna pelangi, malam hari
disebari bintang berlaksa keti. Belum lagi kau hitung mahluk-mahlukNya, dari
bunga-bungaan dan binatang peliharaan, anak-anak yang lucu, gadis-gadis cantik
dan wanita-wanita yang montok menggairahkan.
Kau hanya
berbicara tentang derita dan tidak tentang nikmat hidup ini. Itulah sebabnya
kau tidak adil terhadap Tuhan. Itulah pula sumber deritamu.
Santri 1
Baiklah
Sunan, tapi bagaimana dengan gadis kecil itu?
S.S. Jenar
Kalau kau
kasihan padanya, mengapa kau tidak berusaha mengurangi penderitaannya?
Santri 1
Mengurangi
penderitaannya?
S.S. Jenar
Mengapa
tidak kau cari dukun yang pandai membuat obat penawar. Mengapa kau malah
menghujat Tuhan?
Santri 1
Astaga!
Sunan benar. Seharusnya saya dari semula berpikir ke sana. Seharusnya saya
mencari dukun yang pandai membuat obat penawar. Seharusnya saya membiarkan
Tuhan merencanaan bala Sampar, bala kelaparan, topan, banjir dan gempa yang
lebih hebat. (pergi)
S.S. Jenar (pura-pura marah)
Jangan kau
dorong aku berdebat denganmu. Pergilah, cari dukun!
(Santri 1
meninggalkan pentas. Syekh Siti jenar memandanginya dengan tersenyum)
ADEGAN 2
TERDENGAR
SUARA-SUARA TANGISAN, MUNCUL ROMBONGAN LAIN MENGUSUNG JENAZAH MENUJU KE
KUBURAN. SYEKH SITI JENAR MEMANDANG MEREKA DENGAN SEDIH. ROMBONGAN ITU
MENGHILANG DAN MENJAUH BERSAMA SUARA TANGISA YANG MELEMAH. SYEKH SITI JENAR
DUDUK DI SUATU TEMPAT DALAM SIKAP SAMADI
S.S. Jenar
Betapa rapuh
air ketika bernama gelembung, tanpa arah di angkasa diterbangkan angin. Betapa terbatas
dan fana air ketika ia bernama percik dan tidak bernama samudera.
Betapa rapuh
engkau ketika kau bernama manusia dan terlunta-lunta di muka bumi, betapa hina
ketika kau bernama mahluk dan bukan khalik.
Betapa kecil
dan menderita engkau ketika kau bernama Siti Jenar dan tidak bernama Tuhan dan
lupa bahwa tiada batas antara kau dan Aku, antara aku dan Kau, antara Kau dan
aku.
Karena tiada
engkau kecuali Aku. Kecuali Engkau kecuali Aku, kecuali Engkau, kecuali aku.
Lailahailallah,
Lailahailallah, Lailahailallah.
(BACAAN INI
BERLANJUT KEMUDIAN, DIIRINGI OLEH KOOR. BACAAN YANG SAMA SEBAGAI LATAR
BELAKANG)
ADEGAN 3
DITENGAH-TENGAH
GEMURUH BACAAN ITU, SECARA PERLAHAN-LAHAN CAHAYA DI PENTAS BERUBAH WARNA.
MUNCUL JIBRIL DALAM KEANGGUNAN DAN KEAGUNGANNYA.
M. Jibril
Kau murtad
ya, Siti Jenar
S.S. Jenar
Siapakah
engkau?
M. Jibril
Aku Jibril,
datang padamu membawa peringatan
S.S. Jenar
Peringatan?
M. Jibril
Ya, Siti
Jenar. Bahwa kemurtadanmu akan mengirimmu ke neraka jahanam. Kau akan jadi
bahan bakar di sana untuk selama-lamanya. Kecuali kalau kau bertobat.
S.S. Jenar
Neraka
jahanam tak lagi akan menghanguskanku. Nyatanya yang berkobar-kobar telah aku
padamkan dalam hatiku. Telah kuredakan api amarah, kudinginkan iri dengki dan
cemburu-benci dengan kesadaran dan belas kasih.
M. Jibril
Kesadaran
apa, ya Siti Jenar?
S.S. Jenar
Bahwa yang
menyebabkan amarah iri-dengki, cemburu dan benci, tidaklah lain kecuali diriku
sendiri.
M. Jibril
Pikiranmu
kacau ya Siti Jenar
S.S. Jenar
Kacau?
M. Jibril
Kau marah,
iri, dengki, benci terhadap orang lain, bukan terhadap dirimu sendiri.
S.S. Jenar
Orang lain
bukanlah orang lain kalau kulihat dengan mata yang lain. Kita adalah kami,
mereka adalah saya. Engkau adalah aku, Aku adalah engkau.
M. Jibril
Kau
memersamakan dirimu dengan orang lain, padahal kau adalah Siti Jenar, orang
lain si Dadap atau Si Waru, bertubuh lain, berjiwa terpisah.
S.S. Jenar
Busa dan
embun adalah sama dalam samudera. Bunga dan buah adalah sama dalam pohon. Maka
si Dadap dan si Waru adalah Siti Jenar.
M. Jibril
Tapi si
Dadap dan si Waru berbeda dengan kau. Mereka takut akan neraka jahanam.
S.S. Jenar
Mereka ada
dalam egelapan jiwa. Bagai anak kecil ketia lampu padam. Mata hatinya melihat
hal-hal yang emnakutkan. Mereka yang hidup di dalam gelita hati. melihat neraka
menjulurkan lidah-lidah api.
M. Jibril
Kau tidak
percaya pada neraka jahanam, ya Siti Jenar
S.S. Jenar
Tidak ada
yang melihat neraka jahanam begitu nyata seperti mataku melihatnya. Tidak ada
yang memandang Surgaloka begitu jelas seperti mataku memandangnya.
M. Jibril
Kalau kau
tak takut neraka. Sedikitnya kau menginginkan surge, ya Siti Jenar
S.S. Jenar
Neraka dan
surge adalah dua sisi yang berlainan dari mata uang yang sama. Hanya mereka
yang takut akan neraka yang akan merindukan dan menginginkan surge.
M. Jibril
Kalau begitu
apa yang kau inginkan ya Siti Jenar?
S.S. Jenar
Tak ada. Aku
sudah memiliki segala-galanya.
M. Jibril
Kau telah
menghinakan surge dan neraka ya, Siti Jenar. Sedikitnya kau hormat pada nabi.
S.S. Jenar
Aku hormat
dan kasih terhadap nabi, layaknya adik menghormati kaaknya. Mencintai kakaknya
yang emmapahnya sebelum ia dapat berdiri dan berjalan sendiri. nabi yang
berkata kepadanya “berjalanlah sendiri. bawalah bekal dariku. Tawakal dan belas
kasih”
M. Jibril
Tawakal dan
belas kasih? Kau lacungkan kedua kata itu, ya Siti Jenar
S.S. Jenar
Tawakal
selama embun tidak bernama samudera. Selama bunga tidak ebrnama buah dan buah
tidak bernama pohon. Belas kasih karena embun jjadi mainan angin, karena bunga
jadi makanan ulat, karena selama manusia menjadi mahluk ia rapuh dan menderita.
M. Jibril
Sudahlah
Siti Jenar, rohmu tak dapat kuselamatkan.
S.S. Jenar
Rohku telah
kuselamatkan sendiri
M. Jibril
Kau
selamatkan dari apa?
S.S. Jenar
Dari
kegelapan, kebimbangan dan ketakutan. Sekarang aku berada di tengah-tengah
cahaya, ekaykinan dan kedamaian.
M. Jibril
Telah kau
sesatkan dirimu sendiri, ya Siti Jenar. Kuajak kau kembali ke jalan lurus, kau
pilih jalan yang menuju neraka jahanam
S.S. Jenar
Kau
kehabisan dalih ya Jibril. Kau takut-takuti lagi orang yang tak takut lagi.
M. Jibril
Apa pun yang
kukatakan padamu, karena kau tak percaya, kau buta dan tuli. Sesungguhnya,
kalau Tuhan menghendaki, kau dapat menjadi orang beriman.
S.S. Jenar (Tertawa sambil berkata)
Sudahlah ya
Jibril
ADEGAN 4
TERTAWA
SYEKH SITI JENAR BERGABUNG DENGAN SUARA TAWA YANG MAKIN LAMA MAKIN NYARING DAN
DAHSYAT. BACAAN YANG BERUPA KOOR YANG MELATAR BELAKANGI ADEGAN TERSEBUT SEMAKIN
NYARING BERBARENGAN DENGAN SEMAKIN MEMBAHANANYA SUARA TAWA. SEMENTARA ITU
MALAIKAT JIBRIL MENGUNDURKAN DIRI, TIBA-TIBA MELOMPATLAH IBLIS KE PENTAS.
Iblis
Kau hebat!
Sungguh tidak kuduga. Akhirnya kutemukan manusia paling hebat. Paling perkasa
di tempat yang tidak disangka-sangka seperti ini. Sungguh! Tanah pengging akan
dikenang untuk selama-lamanya dalam sejarah. Dan itu karena kau, ya Siti Jenar!
S.S. Jenar
Siapakah
engkau?
Iblis
Aku adalah
engkau adalah aku adalah engkau….
S.S. Jenar
Siapakah
engkau?
Iblis
Seperti
engkau, aku telah diperlakukan tidak adil. Kau mengambil jalan lurus tapi kau
dianggap murtad. Kau selamatkan dirimu sendiri, tapi kau dianggap celaka. Kau
merindukan dan mencintai Tuhanmu, kau hormat pada nabimu tapi kau dianggap
pemebrontak.
S.S. Jenar
Siapakh
engkau?
Iblis
Aku adalah
dia yang menolak bersujud di kaki Adam. Kutolak perintah menyembah Adam karena
bukankah Tuhan pernah berfirman. Tiada kau menyembah illah yang lain kecuali
Aku?
S.S. Jenar
Enyahlah
Iblis!
Iblis
Bagaimana
aku enyah daripadamu. Kalau aku bagian darimu, tak terpisahkan, tak terbatas
sehelai rambut?
S.S. Jenar
Kau adalah
bagian dari kegelapanu. Sekarang di sini semuanya cahaya.
Iblis
Omong
kosong! Adakah cahaya tanpa kegelapan? Siti Jenar tak ada tanpa kehadiranku.
Jibril tak menyebutmu murtad kalau kau bukan aku bukan kau bukan aku bukan
kau….
S.S. Jenar
Kau keliru
ya Iblis
Iblis (TERTAWA)
Dapatkah
Iblis keliru?
S.S. Jenar
Engkau
sendiri adalah kekeliruan.
Iblis
Kau bersilat
lidah ya Siti Jenar
S.S. Jenar
Tidak,
Iblis. Kau keliru. Kau menyangka aku merasa diperlakukan tak adil? Sangkamu
meleset.
Iblis
Bukankah kau
dianggap murtad? Syirik? Jindik?
S.S. Jenar
Kata-kata
itu bagian dari kegelapan. Sekarang aku ebrada dalam cahaya. Kata-kata itu
bagian dari masa lalu. Sekarang aku tidak di sana lagi. Kata-kata itu sudah
kehilangan makna.
Iblis
Kau keliru!
Walau pun kau merasa tidak diperlakukan adil, Jibril mengancammu dengan neraka
jahanam
S.S. Jenar
Justru telah
kutinggalkan neraka jahanam. Kebodohanku, kebimbanganku, kemusyrikanku,
kejindikanku, itulah bagian dari neraka jahanam yang telah kutinggalkan. Tempat
api kebencian dan kemarahan berkobar-kobar, tempat jiwaku digodok dalam gejolak
darah hitamku sendiri, tempat aku tenggelam tapi tetap dahaga akan kenikmatan
duniawi. Semua itu sekarang telah berlalu. Yang ada tinggal kedamaian,
kesejukan, kebahagiaan, keyakinan dan cahaya tanpa balas.
Iblis
Omong
kosong! Kau telah mabuk khayalmu sendiri!
S.S. Jenar
Khayal tidak
pernah memecahkan berbagai masalah, khayal tidak pernah menjawab bermacam
pertanyaan. Sekarang semuanya selesai, semuanya terjawab.
Iblis
Kau sinting!
S.S. Jenar
Kau
kehabisan dalih. Kau Cuma punya caci
maki ya Iblis
Iblis
Baiklah.
Tapi kalau kau mendapat kesukaran, serulah namaku, aku akan datang menolongmu
S.S. Jenar
Aku sudah
tidak membutuhkan siapa pun, apa pun, terlebih ocehanmu.
TERDENGAR
BUNYI ORANG-ORANG DATANG. IBLIS MENYELINAP MENINGGALKAN PENTAS. SEMENTARA KOOR
BACAAN SEMAKINLEMAH UNTUK AKHIRNYA MENGHILANG BERSAMA LENYAPNYA IBLIS
ADEGAN 5
MUNCUL
BEBERAPA ORANG SANTRI, TERMASUK SANTRI 1
Santri 2
Sunan,
orang-orang kampong mohon agar Sunan memimpin sholat taubat. Mereka khawatir,
kalau mereka tak segera bertaubat, gempa akan terjadi lagi. Sunan pasti merasa,
bumi belum tenang, masih ada guncangan-guncangan kecil.
S.S. Jenar
Aku ta
bersedia memimpin mereka
Santri 3
Tapi mereka
sangat mengharapkan Sunan
S.S. Jenar
Tapi aku tak
mau menipu mereka. Mereka ditimpa musibah, itu cukup. Harus pulakah mereka
kutipu?
Santri 2
Menipu
bagaimana?
S.S. Jenar
Aku akan
diminta menyampaikan permohonan kepada Tuhan agar Tuhan mengam puni dosa-dosa
mereka dan tidak menimpakan malapetaka gempa ini. Justru mereka berdosa karena
mereka tidak mau menerima hidup ini dengan segala musibahnya. Mereka tidak mau
mengerti bahwa gempa, banjir, sampar, kemarau panjang tidak dapat dihindarkan
dengan cara berdoa atau sembahyang taubat. Mereka tidak mau mengakui bahwa
gempa, banjir, sampar, taufan, menjadi tua, sakit dan mati adalah bagian dari
kefanaan dan kemanusiaan kita.
Santri 2
Sebaiknya
Sunan menyampaikan hal itu langsung kepada mereka.
Santri 3
Ya, Sunan.
Mereka menunggu Sunan dengan penuh harap di lapangan kam pung
S.S. Jenar
Biarkan
mereka menunggu di lapangan. Itu lebih aman daripada kalau mereka berada di
dalam rumaah, di bawah pohon-pohon atau di bawah tebing.
Santri 3
Tapi Sunan,
mereka benar-benar menunggu Sunan.
S.S. Jenar
Kalau yang
kukatakan tadi kusampaikan pada mereka, mereka tidak akan mau mengerti, mereka
lebih senang pada takhayul daripada pencerahan jiwa
Santri 2
Sunan pernah
menyataan bahwa satu-satunya obat bagi segala penderitaan adalah pencerahan
jiwa!
S.S. Jenar
Benar. Tapi
aku tida percaya orang-orang kampong akan mau menelan obatku. Seperti anak-anak
takut minum Brotowali, begitulah kebanyakan orang-orang takut akan pencerahan jiwa.
Hanya mereka yang benar-benar telah siap akan dapat menerima obatku.
Santri 3
Jadi Sunan
benar-benar tidak bersedia?
S.S. Jenar
Kalau pun
bersedia, tidak akan ada gunanya. Akan sia-sia saja.
Santri 2
Kalau begitu
kami harus memberitahu mereka.
Santri 3
Nanti dulu
(KEPADA SYEKH SITI JENAR) Sunan, berulang-ulang Sunan menyatakan bahwa
pencerahan biasanya mudah diterima pada saat manusia menghadapi malapetakan
hebat. Tidakkah gempa ini cukup hebat? Saya kira orang-orang kampong
benar-benar terguncang lahir batin.
S.S. Jenar (TERTEGUN)
Kau kira
mereka cukup siap menerima pencerahan?
Santri 3
Mereka
ketakutan, putus asa dan sangat berduka cita, Sunan.
S.S. Jenar (MENGGELENGKAN KEPALA)
Saya
ragu-ragu. Malapetaa dapat mendorong sebagian orang ke arah pencerahan, akan
tetapi, bagi sebagian orang ke arah takhyaul. Saya tak yakin…. (MELIHAT SANTRI
1) Hai, mengapa kau diam saja?
Santri 1 (SEDIH)
Gadis itu
mati, Sunan.
S.S. Jenar
Mati?
(GEMBIRA) Syukurlah! Mengapa kau tidak bergembira? Seharusnya kau bergembira!
Santri 1 (GAGAP)
Memang….
S.S. Jenar
Aku tidak
bersedia member khotbah di lapangan. Tapi aku bersedia berbicara pada upacara
penguburan anak itu. akan kuungkapkan kegembiraanku
TIBA-TIBA
BUMI BERGONCANG DENGAN KERAS. PARA SANTRI KETAKUTAN, HANYA SYEKH SITI JENAR
YANG TENANG DAN TIDAK MEMERLIHATKAN RASA TAKUT SEIDKIT PUN. IA TERSENYUM DAN
MENGGELENG-GELENGKAN KEPALANYA MELIHAT PARA SANTRI YANG KETAKUTAN ITU)
Santri 2
Sunan!,
gempa lagi! Sunan!
S.S. Jenar
Tenanglah,
kita berada di tempat terbuka. Jangan taut. Jangan kehilangan akal. Kehilangan
akal dapat mencelakakan dirimu
BUMI
BERGONCANG TERUS. DI TENGAH-TENGAH BUNYI GEMURUH TERDENGAR JERITAN DAN TERIAKAN
ORANG-ORANG KAM PUNG, BUNYI BAGUNAN-BANGUNAN RUNTUH DSB… SETELAH BEBERAPA LAMA
GEMPA MELEMAH DAN AKHIRNYA BERHENTI)
Kukira
kalian harus turun ke kampong. Mungkin ada yang memerlukan bantuan di sana.
Bantulah mereka, karena dengan meringankan penderitaan sesama, kalian
memerlihatkan bahwa kalian pernah bertemu dan berbincang-bincang denganku.
Santri 1
Tidakkah
Sunan turun dengan kami?
S.S. Jenar
Aku turun
belakangan. Aku harus menyusun pikiran-pikiran yang akan usampaikan dalam
upacara penguburan gadis kecil itu. pergilah kalian lebih dulu
(PARA SANTRI
MENINGGALKAN PENTAS)
Gadis kecil
itu kesayangan santri-santriku, ia biasa bermain di sekitar pesantren. Ia tidak
segan padaku dan biasa bermain-main denganku. Ia biasa kupangku. Setiap orang
tahu, aku sangat saying padanya. Kalau dalam upacara penguburannya aku
bergembira, orang-orang akan keheranan. Pada saat itulah kujelaskan kepada
mereka, mengapa aku bergembira. Pada saat itu pula akan ujelaskan kepada mereka
mengapa gempa ini tidak memengaruhiku. Mungkin melalui penjelasanku, aku dapat
membebaskan mereka dari kebimbangan, kekeliruan, ketakutan yang membuat mereka
begitu menderita dan mudah terperangkap dalam takhayul. Mungkin ketika jiwa
mereka berada di dalam gelap gulita yang sepekat-pekatnya seperti sekarang,
pencerahan yang kubawa akan dapat mereka terima….
TERDENGAR
BUNYI ORANG-ORANG BERGEGAS DATANG
ADEGAN 6
MUNCUL
KEMBALI PARA SANTRI DIIKUTI SEGEROMBOLAN BESAR ORANG-ORANG KAM PUNG YANG
KETAKUTAN DAN BERDUKA CITA
Santri 2
Sunan,
mereka sangat ketakutan dan mohon dengan sangat, Sunan mau memimpin sembahyang
dan berdoa, agar gempa tidak terjadi lagi.
K. Kam pung
Ya, Sunan.
Kasihanilah kami. Hanya Sunan yang dapat menyelamatkan kami, hanya Sunan yang
dapat mencegah malapetaka besar ini.
O. O. Kam pung (HINGAR BINGAR)
Ya, Sunan!
Pimpin kami! Jadilah imam sembahyang tauubat! Berdoalah bagi kami!
Santri
Tenang!
Tenang! Tenang! (MULAI TENANG)
S. S. Jenar
Wahai warga
Pengging yang malang, dengarkan kiranya kata-kataku.
Santri
Tenang,
tenang! (HENING)
S. S. Jenar
Tiada doa,
tiada sembahyang dapat menghentikan gempa ini. Tiada doa, sembahyang yang dapat
menghentikan berbagai malapetaka yang melekat pada kefanaan kita sendiri. tiada
doa, tiada sembahyang dapat mencegah bumi berguncang, gunung meletus, sungai
meluap, sampar menyebar, kemarau membakar. Kalau memang ada doa atau sembahyang
macam itu, segala malapetaka dan musibah sudah tiada sejak dulu. Namun,
kenyataannya setiap waktu segala malapetaka itu dapat tiba-tiba membinasakan
kita atau segala yang kita miliki dan kita cintai. Tiada doa, tiada sembahyang
menghentikan kodrat Tuhan. Bukankah Tuhan berfirman, bahwa kita akan dicoba
dengan berbagai bencana? Maha Benar Tuhan, tapi kalian tidak mau menerima.
K. Kam pung
Kami bukan
menolak kebenaran Tuhan, Sunan. Kami mohon perlindungan Sunan.
O.O. Kam pung
Benar,
Sunan! Hentikan gempa ini! Tolong kami! Sunan dapat menghentikan gempa ini!
Tolong!
Santri 2
Diam!
Tenang! Tenang!
S. S. Jenar
Jadi kalian
meminta saya membuat mukjizat?
O.O Kam pung
Benar!
Buatlah mukjizat bagi kami! Hentikan gempa ini! Mukjizat!
Santri
Tenang!
Tenang!
S. S. Jenar
Seandainya
saya dapat membuat mukjizat, saya tidak akan melakukannya bagi kalian
K. Kam pung (SETELAH HENING SEJENAK)
Tidakah
Sunan kasihan pada kami?
S. S. Jenar
Saya tidak
dapat membuat mukjizat!
K. Kam pung
Sunan adalah
orang suci. Sunan adalah salah seorang pilihan Tuhan. Kami merasa beruntung
Sunan memilih tempat Sunan bertapa di sini. Sunan pasti dapat membuat mukjizat,
asal Sunan mau memohonnya kepada Tuhan. Mohonlah mukjizat pada Tuhan bagi kami.
O.O Kam pung
Ya! Buatlah
mukjizat! Tolong kami! Mukjizat!
Santri 2
Tenang!
S. S. Jenar
Kalian lupa,
hanya junjungan Nabi yang dapat membuat mukjizat dan mukjizat itu adalah
Al-qur’an.
K. Kam pung
Kesucian
hidup Sunan akan memberikan kesaktian kepada Sunan. Buatlah mukjizat Sunan.
Hentikan getaran-getaran kecil bumi yang menakutkan kami ini.
S. S. Jenar
Kalau kubuat
mukjizat sekarang ini, pasti itu atas bantuan Iblis. Saya tidak sudi
melakukannya. Bahkan biat kalian datang e sini untuk minta dibuatkan mukjizat
sudah bisikan Iblis. Saya tak lagi mau mendengar permohonan kalian.
O.O Kam pung
Tapi kami
takut Sunan! Tolonglah kami!
BERLUTUT
MEMEGANG JUBAH SYEKH SITI JENAR
Santri 2
Sunan, gempa
lagi.
S. S. Jenar
Tenanglah,
terima gempa ini. Ya, terimalah sebagai peringatan Tuhan bahwa kita manusia,
rapuh dan fana. Hanya Tuhan Maha Kuat dan Abadi. Serahkanlah diri kalian
kepadanya (GEMPA MEREDA) Saya lega, rasa takut kalian sudah berkurang. Semoga
kalian sadar, kalau saya tak takut bukan karena saya sakiti. Tidak, saya tak
takut karena saya serahkan diri saya pada Tuhan.
O.O Kam pung
Kalau kami
tidak bersembahyang taubat, apa yang harus kami lakukan Sunan?
S.S Jenar
Tidakkah kau
dengar perintah Tuhanmu saat ini?
O.O Kam pung
Kami tidak
menegrti Sunan! Kami tak paham!
S. S. Jenar
Kalau banyak
orang kampong yang terluka, yang meninggal, kalau banya harta benda yang rusak,
apa yang kalian lakukan?
O.O Kam pung
Kami tidak
mengerti Sunan.
S. S. Jenar
Dengar suara
hati nuranimu, karena Tuhanmu bersemayam di sana
O.O Kam pung
Apa maksud
Sunan? Kami bingung! Kami tidak paham.
S. S. Jenar
Ingatlah
Tuhan pernah berfirman bahwa alam semesta tida mampu menam pungNya, melainan
jiwa manusia jua yang dapat menjadi tempatNya. Dengarlah suara hati nuranimu,
karena Tuhan bersemayam di sana.
O.O Kam pung
Kalau kita
tidak sembahyang dan berdoa sekarang, sebaiknya kita menolong yang kena musibah
S. S. Jenar (GEMBIRA)
Syukurlah!
Cahaya ilahi bersinar di hatimu. Kau benar. Tolonglah yang kena musibah.
Bantulah mereka meringanan penderitaan. Hiburlah mereka yang kehilangan sanak
saudara. Itulah bisik hati nuranimu, itulah perintah Tuhanmu. Ketahuilah, wahai
warga Pengging yang kucintai, Tuhan bertahta di atas singgasana akal budimu.
Tuhan lebih dekat kepadamu daripada urat lehermu sendiri. tapi kalian tidak
mengetahuinya atau tak mau mengakuinya. Sekarang dengarlah perintahNya, tolong
dan hiburlah mereka yang kena musibah! Mari!
MEREKA PERGi
MENGIKUTI SYEKH SITI JENAR, KECUALI DUA ORANG KAM PUNG
ADEGAN 7
ORANG KAM
PUNG 1 AAN PERGI, AAN TETAPI MELIHAT ORANG AM PUNG 2 MALAH BERLUTUT
O. Kam pung 1
Mari!
O. Kam pung 2
Terkutuk!
O. Kam pung 1
Kenapa kau?
O. Kam pung 2
Dalam
sembahyangku, dalam doaku selalu kuminta agar aku dan keluargaku dilindungi
dari malapetaka. Kubuat tajuk, kubuat mesjid dan kulakuan hal-hal yang kuanggap
akan melembutkan hati Tuhan terhadapku. Kau tahu, aku kehilangan dua orang
anakku, dua orang yang selama ini member arti pada hidupku.
O. Kam pung 1
Saya berbela
sungkawa padamu sobat, tida au sendiri yang ehilangan orang-orang yang paling
dekat dan paling disayangi.
O. Kam pung 2
Bukan itu
saja yang kusedihkan. Ternyata sekarang bahwa sembahyangku, doaku salah arah.
Pantas Tuhan menghukumku.
O. Kam pung 1
Tuhan tidak
menghukum siapa-siapa.
O. Kam pung 2
Aku
dihukumNya. Au telah mencoba menyuapNya dengan tajuk dan mesjid itu, agar Tuhan
menyelamatkanku lewat mukjizatNya. Tuhan tidak terkecoh. Tuhan mengambil
anak-anakku, Tuhan mengambil yang paling tepat. Menusuk yang paling lunak.
O. Kam pung 1
Sudahlah,
tak ada yang dapat kita lakuan kecuali bertawakal. Bukankah itu yang dikatakan
Sunan tadi?
O. Kam pung 2
Ta, tapi aku
harus bertobat. Aku harus memusnahkan bukti-bukti dosaku. Akan kubakar tajuk
dan mesjid itu.
BLACKOUT
BABAK II
DI ABUPATEN
PENGGING, DI PENDOPO, SIANG SEBELUM TENGAH HARI. DUA ORANG PENJAGA SEDANG
BERTUGAS MEREKA BERDIRI DI SUATU TEMPAT. SIAP SIAGA.
ADEGAN 1
Penjaga 1
Jalan
peristiwa membelok kea rah yang tidak diduga-duga
Penjaga 2
Maksudmu?
Penjaga 1
Kabar angin
memenuhi udara
Penjaga 2
Tentang
pasukan-pasuan asing itu?
Penjaga 1
Diantaranya
Penjaga 2
Diantaranya?
Penjaga 1
Ya. Tidakkah
kau dengar bahwa ke kam pung-kam pung kita sering datang orang-orang yang
sebelumnya tidak pernah kelihatan?
Penjaga 2
Tida.
Orang-orang macam apa?
Penjaga 1
Pedagang,
pengembara khususnya santri-santri
Penjaga 2
Bukankah
orang-orang macam itu sejak dulu biasa datang ke sini?
Penjaga 1
Memang. Tapi
pertambahan jumlah mereka harus dicurigai
Penjaga 2
Kau kira
mereka itu mata-mata dari Demak?
Penjaga 1
Siapa lagi
kalau bukan mereka. Dan santri-santri itu. saya pernah melihat beberapa
diantara mereka. Saya mendapat kesan mereka datang ke sini bukan untuk belajar
pada Syekh Siti Jenar.
ADEGAN 2
MUNCUL
PENJAGA 3
Penjaga 3
Ki Ageng dan
beberapa orang ponggawa akan meglaran di sini
MUNCUL KEBO
KENONGO ALIAS KI AGENG PENGGING DENGAN PATIH, PENJAGA SIAGA.
K. Kenongo
Saya mohon,
pamanda bercerita lebih banyak tentang gempa itu
K. KENONGO
DAN PATIH DUDUK
Patih
Sejak itu,
kejadian-kejadian yang lebih menghebohkan terjadi, ada yang membakar mesjid,
menorah beduk
K. Kenongo
Bukan itu
maksud saya pamanda. Tadi Pamanda bercerita kepada saya tentang makna bencan
alam, seperti banjir, gunung meletus dan gempa itu dalam hubungannya dengan
kekuasaan raja
Patih
Dalam kepercayaan
warga kerajaan terutama di zaman dulu pada masa-masa agama Islam belum tersebar
dan dianut secara umum, bencana alam itu menjadi pertanda menurunnya kesaktian
sang raja.
K. Kenongo
Dan
kepercayaan itu masih hidup sampai hari ini, Pamanda.
Patih
Begitukah
pendapat Ki Ageng?
K. Kenongo
Ya, Pamanda
dan terbukti pula.
Patih
Terbukti
bagaimana?
K. Kenongo
Saya kira,
setelah peristiwa gempa itu, wibawa Sri Sultan tidak utuh lagi kalau pun tidak
dapat dikatakan jauh berkurang.
Patih
Belum jelas
bagi Pamanda maksud Ki Ageng.
K. Kenongo
Rakyat
Pengging sudah berani berbeda dengan Sultannya. Bukan saja mereka meninggalkan
hokum saya, tetapi bahkan mereka merusak apa yang dihormati Sultan mereka,
seperti langgar dan mesjid.
Patih
Ki Ageng
benar.
K. Kenongo
Orang-orang
kampong meninggalkan sembahyang dan sembahyang Jum’at, mereka membengkalaikan
atau bahkan merusak rumah-rumah ibadat, akan tetapi apa yang terjadi di antara
para cerdik pandai lebih daripada itu.
Patih
Apa yang
mereka lakukan?
K. Kenongo
Mereka tak
melakukan apa-apa, Pamanda. Akan tetapi mereka mulai memasalahkan keabsahan
kekuasaan Sri Sultan sendiri, baik atas Pengging mau pun wilayah Demak lainnya.
Patih
Bagaimana
mereka dapat meragukan keabsahan itu?
K. Kenongo
Pamanda,
kekuasaan Sri Sultan tidak dapat dipisahkan dari kedudukan beliau sebagai
pemimpin agama. Beliau diibaratkan khalifah nabi, sedang para wali ibarat para
sahabat. Setelah gempa itu ajaran Syekh Siti Jenar semakin tersebar dan
semarak. Makin hari makin banyak orang yang sadar, bahwa kekuasaan Sri Sultan
sebenarnya ditandasi kebodohan, takhayul, bid’ah dan dusta. Masuk akal kalau
para cerdik pandai memasalahkan keabsahan pertuanan Demak.
Patih
Ini bukan
soal kecil, Ki Ageng.
K. Kenongo
Dan makin
besar persoalan, makin mendesak untuk dipecahkan bukan?
Patih (BIMBANG)
Pamanda
belum dapat menyampaikan pendapat Ki Ageng.
K. Kenongo
Sejumlah
cerdik pandai dan alim ulama telah menghadap saya dan mereka mohon ketegasan
sikap saya di dalam menghadapi masalah ini, Pamanda.
Patih
Sebagai
orang tua, sumbangan pemikiran Pamanda akan sangat terbatas, ki Ageng
K. Kenongo
Tidak benar,
Pamanda. Pengalaman dan pengetahuan Pamanda sangat kami perlukan. Baru saja
Pamanda telah menceritakan kepada saya suatu hal yang sangat penting mengenai
hubungan gempa dengan wibawa Sri Sultan. Itu sangat berguna bagi kami yang
muda-muda.
Patih
Pamanda
tidak menyangka itu akan berguna bagi Ki Ageng
K. Kenongo
Perlu
Pamanda ketahui, bahwa saya sudah menerima surat dari Sri Sultan mengenai akan
datangnya dua orang utusan ke Pengging ini. Mereka bukan sembarang utusan,
Pamanda. Pangeran Darmacaraka dan Sunan Giri menjadi utusan Sultan untuk
bertemu dengan kita. Rupanya apa yang terjadi di Pengging ini benar-benar
mengguncangkan Sri Sultan.
Patih
Apakah maskud
kedatangan mereka ke sini?
K. Kenongo
Saya sudah
menduganya, Pamanda. Dan saya sudah siap!
Patih
Saya harap
Ki Ageng berhati-hati dalam hal ini.
ADEGAN 3
MUNCUL
PENJAGA, MENYEMBAH
Penjaga
Utusan dari
Demak sudah tiba, Gusti.
Patih
Astaga! Rasanya
seperti geledek di siang bolong
K. Kenongo
Pamanda tak
perlu risau (PADA PENJAGA) silakan para tamu masuk
ADEGAN 4
MUNCUL
PANGERAN DARMACARAKA, SUNAN GIRI DENGAN BEBERAPA PENGIRING. DI PENTAS , TERJADI
KESIBUKAN DALAM RANGKA MENYIAPKAN TEMPAT DUDUK PARA TAMU, KHUSUSNYA KEDUA
PEMBESAR.
K. Kenongo
Atas nama
saya pribadi dan warga Pengging, kami mengucapkan selamat datang kepada
Pangeran dan Sunan. Semoga perjalanan Pangeran dan Sunan menyenangkan jua
adanya, walau pun beberapa bagian jalan kami khawatir belum sempat kami
perbaiki karena kerusakannya yang hebat oleh gempa itu.
P. Darma
Mengemban
tugas Sinuhun Sri Sultan senantiasa menyenangkan bagiku. Mungkin secara jasmani
menderita, akan tetap keyakinan bahwa pelaksanaan tuga itu demi kepentingan umum,
biasanya cukup jadi penawar lelah dan menimbulkan rasa bangga.
K. Kenongo
Semoga
pengabdian pangeran tidak sia-sia adanya.
P. Darma
Semoga di
sini semua baik-baik belaka.
K. Kenongo
Terima kasih
Sunan.
P. Darma
Seperti
mungkin telah Ki Ageng duga dari surat Sri Sultan, kedatangan kami ke sini
mengemban tugas yang penting, yang tidak setiap orang boleh mendengarkan
pembicaraannya.
K. Kenongo
Walau pun di
sini kami tidak biasa berahasia terhadap warga kami, demi penghormatan kami
kepada para tamu, kami memersilakan yang lain untuk meninggalkan ruangan
SEMUA
MENINGGALKAN RUANGAN TERMASUK PATIH
S. Giri
Ki Ageng,
sebenarnya kami ingin pula bertemu dengan Syekh Siti Jenar. Justru kedatangan
saya pribadi mengemban tuga Sri Sultan untuk berbicara dengan beliau.
K. Kenongo
Beliau akan
segera datang. Dalam surat Sri Sultan hal itu disebutkan, jadi sejak dini saya
sudah menyiapkan segalanya.
P. Darma
Anda adalah
bawahan yang baik.
K. Kenongo
Saya sudah
berusaha tidak mengecewakan Sri Sultan. Ah, tidakkah sebaiknya Pangeran dan
Sunan beristirahat dulu sebelum kita membicarakan masalah itu?
Patih
Kami sudah
beristirahat di perjalanan, Ki Ageng.
K. Kenongo
Apa boleh
buat. Saya memersilahkan pangeran dan Sunan membuka persoalan. Saya benar-benar
ingin mengetahui dan memahami apa yang menjadi kerisauan kerajaan.
P. Darma
Seharusnya
ki Ageng sudah maklum. Tapi baiklah, kita berbicara blak-blakan dab
tegas-tegasan saja, agar masalahnya segera selesai. Kami mendapat laporan bahwa
orang-orang Pengging tidak lagi melaksanakan hokum syara. Lebih dari itu mereka
menghinakan bangunan-bangunan suci dengan mengencingi mimbar dan membuang
kotoran di sana. Mereka mengganggu warga yang saleh dan taat dengan menuduh
mereka percaya pada takhayul dan bodoh. Apakah itu benar?
K. Kenongo
Jawabannya
benar dan tidak. Benar, karena memang sebagian ya, sebagian besar warga
Pengging meninggalkan hokum syara. Tidak benar, bahwa mereka menghinakan
bangunan-bangunan suci seperti yang dilaporkan. Mereka tidak mengotori bangunan
suci atau mengejek warga Pengging yang berbeda pendapat dengan mereka. Syekh
Siti Jenar melarang mereka berbuat seperti itu. sebaliknya, Syekh Siti Jenar
pernah mengatakan bahwa cirri santri beliau adalah kelembutan dan kegembiraan
di dalam menolong sesame hidup.
P. Darma
Tapi
benarkah mereka membengkalaikan bangunan-bangunan suci, merusak
perlengkapannya, merobohkan dan bahkan membakarnya?
K. Kenongo
Benar
P. Darma
Jadi.
K. Kenongo
Jadi apa,
Pangeran?
P. Darma
Jadi, Anda
diam saja?
K. Kenongo (TERSENYUM)
Pangeran,
mereka adalah warga Pengging yang baik. Mereka membayar pajak-pajak dan
melaksanakan kewajiban lainnya dengan patuh. Kalau mereka merusakkan
bangunan-bangunan mereka dan perlengkapan yang ada di dalamnya, saya tidak
dapat berbuat apa-apa. Bangunan dan perlengkapannya adalah milik mereka, adalah
berada di dalam wewenang mereka untuk memeberikan, menjual atau merusaknya.
P. Darma
Ini adalah
jalan pikiran yang aneh
K. Kenongo
Apa yang
aneh, Pangeran?
P. Darma
Bahwa
seorang bupati tidak dapat berbuat apa-apa ketika rakyatnya merusak bangunan
dan benda-benda secara sia-sia.
K. Kenongo
Justru akan
aneh sekali kalau saya melarangnya, Pangeran. Saya akan ikut campur dalam
sesuatu yang berada di luar hak saya.
P. Darma
Bukankah
sia-sia, bertentangan dengan akal sehat, kalau orang-orang merusak mesjid dan
menorehi kulit bedug?
K. Kenongo
Itu nisbi
sekali Pangeran. Bagi orang Demak itu mungkin sia-sia. Bertentangan dengan akal
sehat dan bodoh. Bagi orang-orang Pengging dapat saja sebaliknya.
P. Darma (TERTEGUN)
Baiklah.
Ketahuilah, Sri Sultan memutuskan bahwa perbuatan warga Pengging merusak
bangunan suci dan meninggalkan hokum syara tidak dikehendaki. Oleh karena itu,
Sri Sultan memerintahkan agar Bupati Pengging memerintahkan pada rakyatnya
untuk kembali menaati hokum syara dan membangun serta menghormati
bangunan-bangunan suci.
K. Kenongo
Menyesal
sekali, saya harus mengusulkan kepada Sri Sultan untuk mengubah perintah itu,
Pangeran.
P. Darma
Demi wibawa
Sri Sultan, perintah itu perlu dipertimbangkan kemabli. Pertama, warga Pengging
beranggapan bahwa dalam masalah hubungan manusia dengan Tuhan, tak ada
seorang pun yang dapat ikut campur
dengan yang lain. Sri Sultan pun tidak.
Tidak ada orang yang dapat menghalangi seseorang mencari Tuhan, tapi juga tak
ada orang yang dapat emmbantu orang lain menemukan Tuhan. Seperti lahir dan
mati, kita menghadap Tuhan seorang diri. Paksaan apa pun tak dapat mengubah
kebenaran ini. Kedua, Sri Sultan hendak memaksakan juga perintah itu, hendaknya
diperhitungkan akibat-akibatnya. Rakyat Pengging akan membangun kembali
mesjid-mesjid mereka dan kembali sembahyang Jum’at, namun mereka lakukan itu
sebagai sebuah sandiwara. Mereka akan menjadi segerombolan munafik yang
menggerutu, ini membahayakan terhadap wibawa Sri Sultan. Oleh karena itu,
menurut pendapat saya, biarkanlah rakyat Pengging bebas dalam berhadapan dengan
Tuhan mereka, sementara dalam hal-hal kewajiban mereka sebagai warga kerajaan
Demak, saya menjamin ketaatan mereka kepada Sri Sultan.
K. Kenongo
Masalahnya
tidak seenteng itu ki Ageng.
ADEGAN 5
TERDENGAR
LAGU PUJI-PUJIAN SEPERTI BARZANZI SAYUP-SAYUP, MUNCUL PENJAGA
Penjaga
Syekh Siti
Jenar sudah tiba Gusti
K. Kenongo
Persilakan
beliau masuk
ADEGAN 6
MUNCUL SYEKH
SITI JENAR DIIRING BEBERAPA ORANG SANTRINYA, MEREKA SALING MEMBERI HORMAT
K. Kenongo
Silakan
duduk Sunan
P. Darma
Apa kabar
Sunan?
S. S. Jenar
Semua
seperti seharusnya, Pangeran. Semoga pangeran baik-baik.
P. Darma
Terima
kasih. Beginilah saya, Sunan.
Sunan Giri
Dapatkah
kami berbicara empat mata? Maksud saya, saya dengan Sunan Jenar
K. Kenongo
Kalau
begitu, rupanya kita yang muda-muda sebaiknya mencari ruangan lain, Pangeran.
S. Giri
Maaf
Pangeran
P. Darma
Tidak
apa-apa. Kami yang muda-muda sepantasnya mengalah.
ADEGAN 7
KEBO
KENONGO, PANGERAN DARMACARAKA DAN PARA SANTRI MENINGGALKAN PENTAS.
S. Giri
Pasti Sunan
sudah mengetahui maksud kedatangan kami.
S. S. Jenar
Saya dengar
Sri Sultan risau dengan kejadian di Pengging akhir-akhir ini.
S. Giri
Ya, oleh
akibat gempa yang tidak terduga itu.
S. S. Jenar
Sri Sultan
tidak perlu risau. Bahkan sebaliknya. Barangkali Sri Sultan dapat berlega hati,
karena sebahagian dari rakyatnya mendapat pencerahan
S. Giri
Saya tidak
berpura-pura paham mengenai yang Sunan katakan
S. S. Jenar
Rakyat
Pengging telah dapat membaca Qur’an dengan tepat dan menjalankan syariat Nabi
dengan bersungguh hati.
S. Giri
Saya masih
berada dalam kegelapan, Sunan.
S. S. Jenar
Sunan, gempa
itu benar-benar mengerikan dan mengambil begitu banyak korban. Akan tetapi
tidak dapat di pungkiri bahwa hikmahnya
pun sangat besar. Ketika bumi masih berguncang. Rakyat Pengging
berbondong-bondong datang pada saya. Mereka meminta agar saya memimpin mereka
sembahyang dan berdoa dalam rangka memohon kepada Tuhan agar gempa itu
dihentikan. Saya menolak permintaan mereka.
S. Giri
Menolak?
S. S. Jenar
Ya, saya
menolaknya karena pada saat itu saya menyangka mungkin saatnya tiba bagi mereka
mendapat pencerahan.
S. Giri
Lalu apa
yang Sunan lakukan?
S. S. Jenar
Saya katakan
pada mereka bahwa tidak ada do’a dan sembahyang apa pun dapat emnghentikan
gempa itu. hanya ketawakalan dan belas kasih diantara mereka yang dapat
mengurangi penderitaan mereka.
S. Giri
Dan mereka
mau menerima pendapat Sunan itu?
S. S. Jenar
Berkat gempa
itu, mereka mau menerima pendapat saya. Lalu mereka memikirkan berbagai usaha
agar mereka terhindar dari bahaya, mereka
pun saling menolong dan saling menghibur.
S. Giri
Saya
menyaksikan sendiri, bagaimana rakyat Pengging sampai sekarang begitu ramah dan
suka menolong.
S. S. Jenar
Begitukah
kesan Sunan?
S. Giri
Ya. Saya
baru melihat rakyat yang saling tolong menolong dalam kegembiraan seperti di
sini (TERTEGUN) tapi Sunan, tidakkah rakyat menghujat Tuhan dan menyatakan
bahwa gempa itu merupakan pernyataan kekejamanNya?
S. S. Jenar
Apakah Sunan
mendengar laporan tentang hal seperti itu?
S. Giri (BIMBANG)
Desas-desus
seperti itu memang ada.
S. S. Jenar
Tidak Sunan.
Sudah barang tentu pada awal peristiwa pencerahan itu terjadi keguncangan jiwa.
Saya segera mencegahnya dan syukurlah, saya berhasil.
S. Giri
Apa yang
Sunan lakukan?
S. S. Jenar
Pertama,
saya jelaskan pada mereka bahwa Tuhan telah berfirman bahwa manusia akan dicoba
dengan berbagai malapetaka itu. mengapa Tuhan mencoba kita? Karena kita harus
pantas menjadi khalifah di muka bumi ini. Menjadi khalifah di muka bumi berarti
mampu menjelmakan sifat-sifat keilahian yang terpendam dalam diri kita sebagai
manusia. Sifat pemurah dan belas kasih merupakan dua diantara sifat-sifat yang
harus diejawantahkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kemudian saya jelaskan
pula bahwa kita adalah mahluk akal budi. Di dalam akal budi itulah terpercik
sejarah kebijaksanaan ilahi. Oleh karena itu manusia harus menjelmakan akal
budi itu dalam bentuk kebijaksanaan. Sadar bahwa akal budi manusia perseorangan
itu sanagt lemah, maka mereka menyatukan dayanya melalui musyawarah. Melalui
akal budi bersama itulah mereka memecahkan beragam persoalan dari hari ke hari.
Dan dari hari ke hari mereka menjelmakan sifat-sifat keilahian itu, betapa pun
lambatnya dan bagaimana pun besarnya hambatan. Mereka terus berdoa dan
bekerja….
S. Giri
Sebentar
Sunan, Sunan katakan bahwa mereka berdoa?
S. S. Jenar
Ya, mengapa?
S. Giri
Saya
mendengar bahwa rakyat Pengging meninggalkan sembahyang dan berdoa
S. S. Jenar
Benar, kalau
yang dimaksud adalah sembahyang biasa, sembahyang lahiriah. Tidak benar, kalau
yang dimaksud adalah upaya yang terus menerus menjelmakan sifat-sifat ilahi
yang ada pada diri kita. Rakyat Pengging melakukan sembahyang yang kedua ini,
sembahyang rohaniah dan jasmaniah. Mereka senantias bertanya pada diri mereka
setiap kali mereka akan melakukan sesuatu, apakah perbuatan mereka merupakan
penjelmaan dari sifat keilahian yang ada pada diri mereka? Kiranya jelas
sembahyang yang demikian itu tidak mengenal waktu.
S. Giri
Bagaimana
dengan doa? Bagaimana cara mereka berdoa?
S. S. Jenar
Mereka
berdoa dalam cara yang sama, seperti dilakukan oleh warga kerajaan di
tempat-tempat lain. Yang mungkin berbeda hanya cara mereka memahami doa itu.
S. Giri
Maksud
Sunan?
S. S. Jenar
Doa mereka
terutama permohonan agar mereka dapat mengemban kehormatan yang diberikan
kepada mereka sebagai khalifah di muka bumi; mereka memohon agar mereka tabah
mengemban tanggung jawab dan kemuliaan itu.
S. Giri
Saya belum
paham benar
S. S. Jenar
Menjadi
khalifah di muka bumi dapat pula ditafsirkan sebagai bertanggung jawab atas
terjelmanya sifat-sifat keilahian pada diri masing-masing pribadi. Itu bukan
tugas yang ringan dan harus dilakukan dari saat ke saat secara sadar. Beratnya
tugas itu menyebabkan kita perlu berdoa, memohon kepada ia yang lebih kuat dan
lebih berbelas kasih.
S. Giri
Saya paham
sekarang. Saya pun mengerti, mengapa
Sunan mengatakan bahwa mereka berdoa dalam cara yang berlainan dengan banyak
dilakukan orang.
S. S. Jenar
Saya lega
Sunan paham. Sebelum gempa itu, mereka berdoa seperti kebanyakan rakyat lain.
Mereka berdoa agar mendapat kekayaan, kehormatan, pangkat, pengaruh,
kemashyuran dan bahkan kesaktian. Sekarang mereka sudah ebrada di jalan yang
lurus. Mereka Cuma memhon keridlaan Tuhan semata-mata.
S. Giri
Saya tidak
akan memahami dan mungkin tidak akan memercayai keterangan Sunan kalau saya
tidak menyaksikan sendiri dari dekat bagaimana rakyat Pengging bertingkah laku.
S. S. Jenar
Jadi Sunan
sempat bergaul dengan mereka?
S. Giri (TERSENYUM)
Saya malu
menyatakan ini, akan tetapi apa boleh buat. Kami datang tidak hanya sebagi
utusan, tetapi juga sebagai mata-mata, Sunan. Kami bergaul sambil mencari
berbagai keterangan.
S. S. Jenar
Saya maklum
Sunan.
S. Giri
Ternyata
perbuatan memata-matai itu bukannya merugikan Sunan, namun sebaliknya. Kami
justru mendapat gambaran yang sebenarnya tentang rakyat Pengging dan Sunan.
S. S. Jenar
Gamabran
bagaimana? Saya jadi penasaran juga.
S. Giri
Belum pernah
saya emlihat warga kerajaan yang hidup rukun, saling tolong menolong, lemah
lembut dan ramah tamah seperti di sini.
S. S. Jenar
Sunan
beranggapan demikian?
S. Giri
Ya
S. S. Jenar
Itu adalh
hikmah gempa yang mengerikan itu
S. Giri
Sunan terlalu
rendah hati
S. S. Jenar
Tanpa gempa
itu, tak akan ada yang terjadi di sini
S. Giri
Bagaimana
Sunan mengambil kesimpulan seperti itu?
S. S. Jenar
Gempa yang
besar itu tidak hanya menghancurkan bangunan-bangunan dan menyebabkan
tebing-tebing gunung longsor, akan tetapi juga mengguncangkan jiwa rakyat
Pengging dengan hebat. Tiba-tiba saja mereka harus berhadapan dengan kebenaran
yang sebelumnya tidak mereka sadari atau tak berani mereka hadapi
S. Giri
Kebenaran
apa itu?
S. S. Jenar
Bahwa
manusia sanagt rapuh. Bahwa segala miliknya, cita-citanya, segala yang
dicintainya, bahkan nyawanya, tidak berarti di hadapan malapetaka seperti itu.
pada saat seperti itu mereka memandang kemanusiaan mereka dan juga Tuhan mereka
secara lebih jelas. Pencerahan itulah yang emnjadi hikmah gempa besar itu.
S. Giri
Tapi tanpa
kehadiran Sunan di sini, gempa itu tidak aka nada artinya selain perusak dan
pembunuh
S. S. Jenar (TERSENYUM)
Ah, tapi itu
berada di luar persoalan yang sedang kita hadapi, Sunan.
S. Giri
Baiklah Sunan.
Memang masih ada satu hal lagi yang ingin saya tanyakan, walau pun saya
benar-benar ragu
S. S. Jenar
Sunan tidak
perlu ragu-ragu terhadap saya
S. Giri
Benarkah
Sunan mengaku diri Sunan sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa?
S. S. Jenar (TERTAWA)
Percayakah
Sunan pada laporan seperti itu? tapi baiklah, saya balik bertanya, salahkah
embun mengaku sebagai lautan? Salahkah napas mengaku sebagai tufan? Salahkah
debu mengaku sebagai bumi?
S. Giri
Salah dan
benar
S. S. Jenar
Hanya Tuhan
yang maha benar. Syekh Siti Jenar hanya mencapai tingkat salah dan benar,
bukan?
S. Giri
Ya
S. S. Jenar
Jadi
bagaimana pendapat Sunan mengenai laporan itu?
S. Giri
Pasti datang
dari orang-orang yang tidak paham atau….
S. S. Jenar
Atau apa?
S. Giri
Atau
membenci Sunan
S. S. Jenar
Sunan sangat
bijaksana. (TERSENYUM) saya lega
S. Giri
Satu
pertanyaan lagi Sunan
S. S. Jenar
Silakan
Silakan
S. Giri
Benarkah
rakyat Pengging menghinakan bangunan-bangunan suci?
S. S. Jenar
Memang hal
seperti itu terjadi. Ada yang menorah bedug, merobohkan mesjid dan tajuk. Pada
awal terjadinya pencerahan, di saat-saat perasaan meluap, memang terjadi
perbuatan-perbuatan yang hanya pantas dilakukan anak-anak tanggung. Akan tetapi
perbuatan seperti itu sekarang tidak terjadi lagi (TERSENYUM) Jadi sekarang tak
perlu ada pihak-pihak yang menjadi risau karenanya.
S. Giri
Memang
S. S. Jenar
Dari
percakapan kita selama ini, apakah Sunan berkesimpulan bahwa Sri Sultan perlu
risau?
S. Giri
Tidak. Sama
sekali tidak, Sunan. Saya sadar benar sekarang, bahwa gempa dapat lebih nyaring
dari suara; bahwa khayal dapat lebih berpengaruh daripada kebenaran.
S. S. Jenar
Saya
benar-benar lega
ADEGAN 8
MUNCUL
PANGERAN DARMACARAKA DIIRINGKAN KEBO KENONGO. TAMPAK DIANTARA MEREKA BARU SAJA
TERJADI KETEGANGAN
P. Darma
Saya tidak
bisa terima itu ki Ageng. Sri Sultan tidak akan dapat menerimanya
K. Kenongo
Saya mohon
Pangeran memebrikan penjelasaan kepada beliau hingga beliau dapat memahaminya
P. Darma
Tapi
kejadian di sini, keadaan di sini, akan merembet ke daerah lain
K. Kenongo
Kalau perlu
saya berani menjamin bahwa hal itu tidak akan terjadi. Saya menjamin dengan
hidup saya.
P. Darma
Tidak. Saya
mohon Anda punya I’tikad untuk
meluruskan keadaan yang bengkok ini
K. Kenongo
Menurut
pandangan orang Pengging, tak ada bengkok di sini, Pangeran
P. Darma (MEMANDANG KE ARAH SYEKH SITI JENAR)
Kalau
begiitu, sebaiknya Sunan ikut kami ke Demak. Sunan berada pada kedudukan lebih
baik memberikan penjelasan kepada Sri Sultan tentang apa yang terjadi di sini
dan apa yang telah Sunan lakukan.
K. Kenongo
Saya tidak
setuju
P. Darma
Mengapa?
K. Kenongo
Masalahnya
tidak sebesar yang dibayangkan Pangeran dan Sri Sultan. Kedatangan Sunan ke
Demak akan memberikan kesan seakan-akan sesuatu keonaran telah terjadi di sini.
Itu tidak kami inginkan karena itu akan berarti suatu ketidak adilan dilakukan
terhadap rakyat Pengging
P. Darma
Saya kira,
pergi atau tidak Sunan ke Demak, itu tergantung Sunan sendiri
S. S. Jenar
Ki Ageng,
mungkin ada baiknya saya pergi ke Demak dan memberikan penjelasan yang memadai
bagi Sri Sultan dan para wali di sana
K. Kenongo
Itu dapat
kita putuskan nanti Sunan. Tapi kita harus berunding dulu. Kita berdua.
P. Darma (KEPADA SUNAN GIRI)
Kiranya tiba
saatnya kita beristirahat dulu.
K. Kenongo (PENJAGA)
Penjaga!
(KEPADA KEDUA TAMU) Kita dapat melanjutkan pertemuan ini setelah Pangeran dan
Sunan beristirahat. Sekarang hari terlalu panas.
ADEGAN 9
MUNCUl
PENJAGA
K. Kenongo
Tunjukan
jala ke tempat para tamu beristirahat (KEPADA PANGERAN DARMACARAKA DAN SUNAN
GIRI) Selamat beristirahat, Pangeran, Sunan (KEDUA UTUSAN PERGI)
S.S. Jenar
Bukankah ada
baiknya saya menjelaskan kepada Sri Sultan di Demak?
K. Kenongo
Sunan
terlalu baik. Sunan begitu polos dan tanpa curiga. Mungkin setibanya di sana
Sunan akan ditahan dan dipenjarakan. Lebih daripada itu, mungkin mereka akan
membunuh Sunan!
BLACKOUT)
BABAK III
DI KERATON
DEMAK SIANG HARI
ADEGAN 1
HADIR SULTAN
DEMAK, SUNAN KUDUS, SUNAN KALIJAGA, SUNAN BONANG, SUNAN AMPEL, SUNAN GUNUNG
JATI, SUNAN MURIA DAN SUNAN DRAJAT, KECUALI DUA ORANG PENJAGA, TAK ADA LAGI
YANG LAIN HADIR
Sultan
Kami
mengundang para wali yang mulia, termasuk Sunan gunung Jati jauh-jauh dari
Cirebon, karena ada suatu masalah yang kami anggap penting dan perlu pemecahan
yang cepat, tepat dan tuntas.
Kami kira
para wali yang mulia juga mendengar tentang peristiwa gempa di Pengging.
Malapetaka itu mengambil begitu banyak korban, baik bangunan mau pun harta
benda, sawah dan palawija yang terkena longsor dan berpuluh jiwa penduduk.
Belum lagi terhitung yang terluka, ringan mau pun berat.
Namun
ternyata gempa itu telah membawa bencana lain, yang akibatnya tidak dapat
diperkirakan. Kami mendapat laporan, bahwa setelah peristiwa yang menyedihkan
itu, warga Pengging seperti kehilangan akal sehat mereka. Ada yang menorah
bedug di mesjid, ada yang merobohkan langgar, bahkan ada yang membakar tajuk.
Di atas semuanya itu, mereka meninggalkan kewajiban sembahyang dan hokum syara
lainnya. Kami tidak dapat meramlakan, apa yang akan terjadi sebagai kelanjutan
kejadian yang aneh dan memrihatinkan itu. namun, bagaimana pun juga, kita
seyogyanya segera mengetahui inti masalahnya dan mencari pemecahan yang tepat
dan cepat.
Itulah para
wali yang mulia, yang mendorong kami memohon kehadiran Anda semua.
S. Gunung Jati
Kami
mendengar kabar angin tentang apa yang terjadi di Pengging. Namun, kami tidak
dapat memercayainya sebelum mendengar langsung dari Sri Sultan sekarang.
S. Kalijaga
Bahkan kami
yang berada lebih dekat ke Pengging tidak mendapat gambaran yang jelas tentang
apa yang sesungguhnya terjadi
Sultan
Untuk
mendapat gambaran yang lebih jelas, kami mengambil prakarsa dengan mengutus
Pangeran Darmacaraka dan Sunan Giri. Pangeran Darmacaraka diutus untuk
mengamati masalah itu dari segi kenegaraan dan keamanan, sedang Sunan Giri dari
segi keagamaan. Justru hari ini kita mengharapkan kedatangan mereka berdua.
S. Drajat
Rupanya Sri
Sultan sudah memikirkan semuanya dengan kemudahan kita
Sultan
Kami tidak
dapat tinggal diam, para wali yang mulia. Kalau yang kita dengar itu benar
adanya, kita menghadapi bahaya yang nyata. Kemurtadan rakyat Pengging akan
menjadi tanggung jawab kita semua di hadapan Tuhan yang maha kuasa. Di samping
itu, perbedaan yang terlalu jauh dalam tingkah laku antara kelompok masyarakat
dari kelompok masyarakat lainnya di suatu kerajaan akan menimbulkan
pertentangan. Kalau pertentangan ini tidak diselesaikan hingga ke akar
permasalahannya, niscaya akhirnya akan membahayakan keutuhan kerajaan.
Perpecahan dalam kerajaan adalah awal dari kekacauan dan kesengsaraan. Sebagai
Sultan, kami bertanggung jawab secara pribadi dihadapan Tuhan yang maha adil.
Dalam hubungan ini, kami benar-benar mohon bantuan para wali yang mulia.
S. Kudus
Saya merasa
heran, mengapa Ki Ageng Pengging tidak datang ke Demak dan memberikan laporan
yang jelas terperinci kepada Sri Sultan
Sultan
Pertanyaan
Anda benar-benar mengingatkan kami. Justru sikap Ki Ageng Pengging merupakan
masalah lain yang perlu penyelidikan kita
S. Kudus
Saya jadi
tidak sabar untuk mendapatkan penjelasan dari Pangeran Darmacaraka.
S. G. Jati
Bagaimana
dengan Syekh Siti Jenar? Bukankah beliau guru yang sangat berwibawa dan
dicintai di sana? Walau pun kami berada di Cirebon, hampir ujung barat dari
wilayah syiar agama, nama beliau nyaring diseur orang di sana.
Pengikut-pengikut beliau banyak tersebar, bukan saja di Cirebon, melainkan juga
di daerah Pasundan, Banten dan bahkan Swarnadwipa
Sultan (TERSENYUM PAHIT)
Justru
itulah, Sunan. Justru kami menduga beliaulah yang menjadi biang keladi kejadian
yang tidak diinginkan di Pengging itu. tentu saja atas dukungan Ki Ageng
Pengging
S. Ampel
Sudi apalah
Sri Sultan memberikan penjelasan lebih banyak
mengenai pertalian antara Ki Ageng Pengging dengan Syekh Siti Jenar.
Sukar bagi saya untuk percaya, bagaimana kedua orang itu bisa bekerjasama.
Sultan
Sunan, sudah
lama sekali kami mencurigai gerak-gerik Ki Ageng Pengging. Dari
keterangan-keterangan yang kami kumpulkan, sukar untuk tidak menduga bahwa Ki
Ageng Pengging tidak punya hasrat buruk
terhadap Demak. Para wali yang mulia tentu maklum, bahwa sisa-sisa kekuatan
majapahit yang terpencar-pencar tampaknya mencari dan menemukan harapan pada Ki
Ageng Pengging. Dan orang muda yang belum banyak pertimbangan ini mudah sekali
kehilangan akal sehatnya karena bujukan dan pujian.
S. Kudus
Kalau benar
demikian, sudah sejak dini kita harus mengendalikannya Gusti
Sultan (TERSENYUM)
Setelah para
utusan kembali, kita akan segera dapat mengambil keputusan, Sunan.
S. Bonang
Saya belum
mengerti, bagaimanakah Syekh Siti Jenar dapat bergabung dengan Ki Ageng
Pengging kalau memang Ki Ageng Pengging mengemban cita-cita mengembalikan
kekuatan Majapahit
S. Muria
Sejauh yang
saya ketahui, dari ajaran-ajaran beliau, Syekh Siti Jenar menganut salah satu
aliran tasawuf. Kalau saya tidak salah tafsir terhadap yang saya dengar, aliran
yang dianut beliau adalah Wihdatul Wujud.
Menurut
aliran ini, manusia tidak diciptakan Tuhan dalam cara yang dipercayai oleh
warga kerajaan umumnya. Manusia adalah salah satu ungkapan pribadi Tuhan sendiri.
manusia adalah pancaran cahaya Ilahi, manusia memiliki zat yang sama dengan
Tuhan. Hanya sedang mengambil bentuk kemanusiaan.
Jelas aliran
itu memilikip persamaan yang kentara sekali dengan apa yang kita temukan dalam
agama Hindu. Atman yang bersemayam dalam diri menusia memiliki Zat yang sama
dengan Brahman; kawula sama dengan Gusti; mahluk sama dengan khalik.
Kiranya
tidaklah sukar bagi Syekh Siti Jen`r bekerjasama dengan Ki Ageng Pengging,
karena adanya persamaan itu.
S. Ampel
Bagi saya,
yang mengenal pribadi Syekh Siti Jenar secara dekat, tidak mudah untuk dapat
percaya hal seperti itu terjadi
Sultan
Itulah
sebabnya kita tak dapat mengambil keputusan apa-apa sebelum kita mendengar
laporan secara langsung dari Sunan Giri dan Darmacaraka, Sunan.
S. Kudus
Lepas dari
hitam putihnya laporan itu, kiranya lebih bijaksana kalau kita bersiap-siap
sejak dini untuk menghadapi keadaan yang lebih buruk
Sultan (TERSENYUM)
Semua bupati
yang wilayahnya berbatasan dengan Pengging, secara diam-diam telah kami perintahkan
untuk menyiagakan pasukan. Kalau hal yang tidak diingini dilaporkan oleh kdua
utusan, Sunan langsung kami tunjuk sebagai panglima
S. Kudus
Kehormatan
sebesar-besarnya bagi saya untuk memimpin pasukan gusti, Sri Sultan.
ADEGAN 2
MUNCUL PENJAGA
Penjaga (MENYEMBAH)
Pangerang
Darmacaraka dan Sunan Giri mohon menghadap
Sultan
Syukurlah, silahkan beliau-beliau masuk (KEPADA PARA
WALI) ini benar-benar hari baik. Kita rupanya tidak perlu menunggu lama
ADEGAN 3
MASUK PANGERAN DARMACARAKA DAN SUNAN GIRI, MEREKA
MENGHATURKAN HORMAT KEPADA SULTAN DAN KEPADA YANG LAIN. MEREKA SALING
MENGHATURKAN SALAM
Sultan
Selamat datang, Darmacaraka. Selamat datang Sunan.
Semoga perjalanan kalian tidak membuat kalian menderita
S. Giri
Sama sekali tidak, Gusti.
P. Darma
Seandainya kami menderita di jalan, tidaklah berarti
disbanding dengan pentingnya tujuan perjalanan itu gusti
Sultan
Kami benar-benar khawatir melihat airmuka kalian.
Terus terang kami tidak dapat mengatakan bahwa kalian lega tiba kembali ke
Demak (TERTEGUN) atau kalian akan menyampaikan berita yang menyedihkan kepada
kami?
S. Giri
Mudah-mudahan tidak demikian, Gusti
P. Darma
Ya. Mungkin tidak.
Sultan
Yang lain pun
pasti sudah tidak sabar hendak mendengar laporan kalian. Bukan begitu, para
wali?
Semua
Ya, Gusti
P. Darma
Silakan Sunan lebih dulu melapor
S. Giri
Barangkali kemurungan kami tidak disebabkan karena
kami melihat hal yang sudah pasti buruk di Pengging, Sri Sultan. Saya menyesal
bahwa kami, maksud saya, saya dan Pangeran Darmacaraka, tidak sepakat tentang
apa yang harus kami laporkan
P. Darma
Kami tidak sependapat, Sri Sultan
Sultan
Tidak sependapat? Jelaskanlah
S. Giri
Saya berkesimpulan bahwa tidak ada hal yang patut
dicemaskan di Pengging, Pangeran Darmacaraka berpendapat sebaliknya
Sultan
Mengapa Sunan berkesimpulan tidak ada bahaya?
S. Giri
Syekh Siti Jenar dan santri-santrinya benar-benar
lembut dan ramah. Dari fisik mereka itu tidak mungkin timbul pembangkangan
apalagi pemberontakan.
Sultan
Apa yang Sunan maksud dengan lembut?
S. Giri
Gusti, Syekh Siti Jenar – karena persitiwa gempa yang
mengerikan itu, telah berhasil menanamkan keyakinan pada santrinya tentang
kerapuhan manusia. Beliau berhasil meyakinkan mereka bahwa bencana alam,
penyakit dan kematian adalah bagian daripada kerapuhan manusiawi. Beliau
menjelaskan kepada para santrinya bahwa manusia harus menerima semua itu dalam
dua cara, yaitu ketawakalan dan belas kasih. Dua ajaran agama inilah yang
benar-benar beliau tanamkan. Belas kasih terhadap terhadap sesame manusia dan
mahluk lain yang senasib di dalam ikatan kerapuhan dan kefanaan itu. tawakal
setiap saat secara pribadi menghadapi musibah. Keyakinan seperti itulah kiranya
yang membuat para santri Syekh Siti Jenar jadi kelompok yang lemah lembut dan
gairah di dalam emnolong dan membantu sesamanya.
Sultan
Tapi, benarkah berita yang kami dengar bahwa mereka
meninggalkan sembahyang?
S. Giri
Benar, gusti
Sultan
Mengapa hal itu mereka lakukan?
S. Giri
Berbeda dengan para penganut mazhab yang umum di
Demak, Syekh Siti Jenar menyatakan bahwa Tuhan tidak merupakan pribadi yang
terpisah dari ciptaanNya. Ciptaan Tuhan adalah bagian dari Tuhan sendiri,
seperti halnya cahaya memancar dari sumbernya. Tuhan adalah sumber cahaya itu,
oleh karenanya sebagai pancaran dari Tuhan – betapa pun terbatas dan fananya,
manusia memiliki sifat-sifat keilahian. Bagi mereka, bersembahyang berarti
mengungkapkan sifat-sifat keilahian dalam diri manusia. Salah satu sifat
keilahian itu ialah belas kasih, melaksanakan belas kasih di dalam hidup mereka
adalah bersembahyang. Bertawakal berarti menerima hokum-hukum Tuhan dengan
tabah. Ini berarti menghayati kekuasaan Tuhan dan pada saat yang sama menerima
kerapuhan manusia. Bagi mereka bertawakal
adalah juga sembahyang. Sudah barang tentu cara sembahyang seperti itu
mereka lakukan dari saat ke saat, tidak mengenal waktu. Cara sembahyang seperti
itu membuka peluang bagi mereka untuk selalu melihat hubungan yang mesra antara
khalik dan mahluk dan bertingkah laku sesuai dengan itu.
Sultan
Apakah benar bahwa santri-santri Syekh Siti Jenar
sering mengejek yang tidak sealiran dan menyebut mereka hidup di dalam
kegelapan, kebodohan dan penuh takhayul?
S. Giri
Saya tidak menyaksikan peristiwa seperti itu. mungkin
saja hal seperti itu terjadi, karena, seperti yang saya pernah dengar secara
pribadi dari Syekh Siti Jenar sendiri, ada santri beliau yang berjiwa anak
tanggung. Misalnya yang emnoreh bedug dan membakar mesjid itu. namun, sejauh
santri yang saya temui dan saya ajak bicara, mereka umumnya orang-orang….
Katakanlah terpuji.
Sultan
Baiklah. Sebelum kami mendengarkan pendapat dari para
wali lain yang mulia, kami ingin mendengarkan dulu laporan dari Darmacaraka
P. Darma
Berlainan dengan kesimpulan Sunan Giri, saya
berpendapat, keadaan di pengging sangat membahayakan, Gusti. Ki Ageng Pengging
adalahs eorang bangsawan yang angkuh dan bercita-cita tinggi bagi dirinya
sendiri. ketika saya minta supaya dia membujuk warganya untuk menyesuaikan diri
dengan warga Demak yang lain dalam bertingkah laku, ia bukannya berada di pihak
Sri Sultan, malah ia merencanakan kebijaksanaan penjiitan bagi rakyatnya. Ia
akan membiarkan rakyatnya melakukan hal-hal yang mereka sukai dan akan member
jaminan kepada kita bahwa pajak-pajak dibayar dengan setia.
Setiap negarawan yang berpengalaman akan melihat suatu
rencana di balik penyataannya itu. ia akan memungut pajak dengan lebih ketat
dan kalau rakyatnya mengeluh ia langsung akan menuding, bahwa beratnya
pajak-pajak itu adalah kehendak Sri Sultan. Dan dapatkah kita menjamin bahwa
pajak itu sampai ke Demak? Tidakkah justru hasil pajak itu – sebagian, dia
kumpulkan sendiri dan pada saat rakyat tidak tahan lagi di bawah beban pajak,
ia akan memergunakan kekayaannya untuk memersenjatai mereka?
Juga perlu saya jelaskan, bukan hanya kepada Sri
Sultan, akan tetapi kepada para wali yang mulia, bahwa Ki Ageng Pengging adalah
seorang pemimpin berbakat. Pertemuan kami – maksud saya pertemuan saya dengan
dia, dia balikkan begitu rupa, hingga bukan saya sebagai utusan Sri Sultan yang
menggugat dia karena peristiwa gempa
Pengging itu, melainkan sebaliknya. Dialah yang menggugat saya, atau secara
tidak langsung Sri Sultan. Sebagai pemimpin berbakat dia selalu waspada dan
pengerahan pasukan diperbatasannya tak luput dari pengetahuannya – atau siapa
tahu dia sudah mengirim sejumlah besar mata-mata. Soal pemusatan pasukan itulah
justru yang terus menerus dijadikan pokok pembicaraannya. Dia menyampaikan
keluhan, bahwa pemusatan pasukan di wilayah-wilayah sekitar Pengging
menggelisahkan rakyatnya, bahwa dia tidak percaya itu kebijaksanaan Sri Sultan,
bahwa ia khawatir didesak oleh perwira-perwiranya untuk memersenjatai diri
padahal – katanya, ia lebih suka mengerahkan dana dan daya untuk membangun
sarana-sarana kemakmuran rakyatnya. Inilah salah satu bentuk penjilatan lainnya
yang mungkin biasa disampaikan kepada rakyatnya di dalam berbagai kesempatan.
Sri Sultan, juga para wali yang mulia, sikap, airmuka,
gerak-gerik dan perkataan-perkataan Ki Ageng Pengging sudah menjadi isyarat
jelas bagi saya tentang adanya bahaya yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Namun, lebih daripada itu, kehadiran Ki Ageng Pengging ini justru pada saat
kita baru saja menegakkan kerajaan dan syiar Islam. Artinya, ketika
kekuatan-kekuatan kafir masih belum seluruhnya lenyap. Siapa tahu, bahkan saya
yakin, Ki Ageng Pengging tidak akan ragu-ragu memanfaatkan impian-impian
sia-sia dari unsure-unsur Majapahit yang masih berkeliaran di kerajaan kita.
Itulah laporan saya. Terima kasih.
Sultan
Satu hal yang belum dilaporkan oleh Darmacaraka dan
Sunan Giri, yaitu hubungan Ki Ageng Pengging dengan Syekh Siti Jenar.
P. Darma
Syekh Siti Jenar tampaknya merupakan bapak rohani Ki
Ageng, Gusti
S. Giri
Saya tidak mendapat kesan demikian, gusti
Sultan
Mengapa Sunan?
S. Giri
Syekh Siti Jenar tidak percaya kepada hubungan guru
dan murid, Gusti
Sultan
Maksud Sunan?
S. Giri
Menurut beliau, setiap orang mendapat peluang yang
sama untuk melakukan perjalanan rohani menuju khaliknya. Perjalanan ini harus
dilakukan seorang diri, tak ada jalan besar menuju Khalik, yang ada adalah
jalan-jalan setapak yang dirintis di dalam kesepian dan kesendirian oleh setiap
orang
Sultan
Tapi bukankah Syekh Siti Jenar punya sejumlah besar santri?
S. Giri
Benar, gusti. Akan tetapi sikap beliau pada satri-santrinya
lain dengan kebanyakan ulama. Beliau lebih bersikap kawan tempat bertukar
pikiran dan saling membantu daripada sikap seorang penjaga gudang ilmu kepada
penbahari ilmu
Sultan
Jadi menurut Sunan, ki Ageng Pengging bukan salah
seorang murid beliau?
S. Giri
Syekh Siti Jenar bukan guru Ki Ageng Pengging, Gusti.
Sultan (TERSENYUM)
Saya mohon Sunan bicara lebih langsung.
S. Giri
Sukar sekali bagi saya untuk menjelaskannya, Gusti.
Tapi baiklah. Banyak orang yang mengaku sebagai murid Syekh Siti Jenar karena
tertarik oleh tingkah laku beliau dan ingin meniru keteladanan beliau
Memang susah orang untuk tidak terkesan oleh beliau,
Gusti. Wajahnya memancarkan sinar kedamaian dan belas kasih. Beliau begitu
ramah dan lembut.
P. Darma
Kesan saya berlainan – ya, bertentangan dengan kesan
Sunan Giri, Gusti. Bagi saya, Syekh Siti Jenar memberikan kesan seorang ulama
sederhana yang suka kerasukan. Seorang ulama pinggiran yang dengan mudah dapat
dimanfaatkan oleh seorang bangsawan yang bercita-cita tinggi seperti Ki Ageng
Pengging
Sultan (TERSENYUM PAHIT)
Tampaknya hubungan antara Ki Ageng Pengging dan Syekh
Siti Jenar pun merupakan teka-teki.
Baiklah, kami ingin sekali mendengar pendapat serta saran dan usul para wali
yang mulia
S. Ampel
Tidakkah ada maksud Sri Sultan memanggil Ki Ageng
Pengging dan Syekh Siti Jenar ke Demak?
Sultan
Hal itu sudah kami pikirkan, Sunan. Akan tetapi di
dalam pembicaraan kami dengan para pembantu, kami akhirnya diputuskan bahwa
kami mengirim utusan saja ke sana, di samping mulai memerkuat pasukan kita di
wilayah-wilayah sekitar Pengging
P. Darma
Sudi apalah Gusti mengijinkan saya memerkuat
penjelasan Gusti kepada Sunan Ampel dan para wali. Alasan mengapa kamim tidak
memutuskan memanggil Ki Ageng Pengging dan Syekh Siti Jenar ialah karena kami
sudah memerkirakan, mereka tidak akan menuruti panggilan itu. dengan berbagai
alas an mereka akan menangguhkan kedatangan mereka ke Demak atau emwakilkan
kepada orang lain. Kalau pun Ki Ageng Pengging Datang ke sini, dapatkah kita
memercayai lidahnya? Itulah sebabnya, kami para pembantu Sri Sultan dan atas
restu beliau memutuskan untuk langsung menemui Ki Ageng Pengging dan Syekh Siti
Jenar di tempat mereka sambil melakukan pengamatan
S. Drajat
Namun, sebenarnya tidak ada salahnya kalau kebijakan
itu dicoba atau dicoba lagi
P. Darma (TERTAWA)
Sudah kami lakukan, Sunan. Pada akhir pembicaraan,
kami minta Ki Ageng Pengging sendiri melaporkan kepada Sri Sultan mengenai apa
yang terjadi di sana dan segala unek-uneknya. Dan apakah yang dikatakannya
kepada kami? Ia hanya mau datang ke Demak kalau pasukan-pasukan yang dipusatkan
di wilayah-wilayah sekeliling Pengging dibubarkan dulu atas perintah Sri
Sultan. Syekh Siti Jenar sendiri bersedia datang ke sini, tapi Ki Ageng
Pengging menghalangi beliau
S. G. Jati
Menghalangi beliau?
P. Darma
Ya. Tentu saja dengan alas an yang bagus. Kata Ki
Ageng Pengging kedatangan Syekh Siti Jenar seorang diri ke Demak tidak ada
gunanya, karena Sri Sultan tidak akan mendapatkan gamabran yang lengkap tentang
segala permasalahan di sana
S. Kalijaga
Rasanya, masalahnya benar-benar rawan.
S. Kudus
Benar, Sunan
Sultan
Baiklah. Kami benar-benar mengharapkan sumbangan saran
dan pendapat para wali yang mulia
S. Muria
Mengenai tindakan Ki Ageng Pengging dan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya, saya tidak dapat berbicara banyak, karena
berada di luar kemampuan saya untuk memahaminya. Yang menjadi perhatian saya
adalah perihal Syekh Siti Jenar dengan ajaran dan tindakannya. Benar, bahwa
para penganut aliran itu dapat mengutip ayat-ayat Al-Qur’an sebagai dalih untuk
pandangan dan perilaku mereka. Walau pun begitu, khususnya dalam hal Syekh Siti
jenar, masih harus dipersoalkan tentang tanggung jawabnya kepada kerajaan dan
syiar Islam yang sedang giat-giatnya, di tengah-tengah, masih kuatnya ancaman
dari sisa-sisa dan unsure-unsur kerajaan Majapahit, bijaksanakah Syekh Siti
Jenar mengajarka aliran itu?
P. Darma
Bsudah terbukti tidak, Sunan.
Bukankah ancaman Ki Ageng Pengging tidak mungkin ada tanpa tindakan Syekh Siti
Jenar yang mendahuluinya!?
S. Bonang
Walau pun begitu kita tidak dapat sepenuhnya
menyalahkan atau menimpakan tanggung jawab kepada Syekh Siti Jenar. Karena
keterbatasan kita sebagai manusia, kadang-kadang I’tikad baik justru
menimbulkan malapetaka, sedang I’tikad buruk tidak selalu mencelakakan, baik
bagi si pemrakarsa mau pun bagi masyarakat
S. Kudus
saya bernaggapan bahwa pusat permasalahan ini terletak
pada Ki Ageng Pengging. Apa pun asal mulanya, ia sudah memanfaatkan keadaan
untuk tujuan-tujuan tertentu. Apa pun tujuan-tujuan itu akibatnya sudah jelas,
yaitu kalau dibiarkan berlarut-larut keadaan yang diciptakannya akan merusak
wibawa Sri Sultan, yang berarti merusak syiar Islam yang telah kita tegakkan
bersama dengan susah payah.
S. Kalijaga
Kalau kita anggap masalah Pengging itu sebagai pohon,
Ki Ageng Pengging adalah batangnya, sedang Syekh Siti Jenar adalah akarnya.
Kita harus menumpas batang dan akarnya sekaligus
S. Giri
saya tak dapat menyetujui tindakan yang bersifat
menyamaratakan. Itu tidak adil. Mungkin dihadapan manusia Syekh Siti Jenar
berbuat keliru, akan tetapi di hadapan Tuhan ia tidak bersalah. Itu keyakinan
saya.
S. Bonang
Ya. Sebaiknya kita lebih berhati-hati agar dapat
bertindak adil. Saya mendengar, usaha Ki Ageng Pengging dan Syekh Siti Jenar dengan
para santrinya di dalam menanggulangi akibat gempa itu sangat baik, hingga
orang tidak melihat bekas-bekasnya lagi sekarang
S. Giri
Sunan benar. Lebih daripada itu, rakyat Pengging
seakan-akan menemukan kesadaran baru yang dapat membuat iri daerah-daerah lain.
Mereka saling menolong dan saling membantu di dalam kegembiraan. Tidak tampak
lagi sifat mementingkan diri sendiri, apalagi kerakusan
S. Drajat
Ingin sekali saya menyaksikan sendiri apa yang terjadi
di Pengging. Terutama dalam hubungan dengan kesejahteraan masyarakat di sana
setelah bencana besar itu. disamping itu, mungkin kita dapat menyumbangkan
saran yang lebih baik kepada Sri Sultan setelah kita semua menyaksikan sendiri
keadaan di sana
P. Darma
Bagi kami, para pembantu Sri Sultan, yang setiap hari
menangani berbagai masalah, saatnya sudah tiba untuk mengambil kebijakan yang
tuntas. Kami beranggapan, bahwa pengumpulan keterangan sudah cukup kami lakukan
S. G. jati
Kalau begitu, rupanya kita harus segera mengambil
kesimpulan dan sikap, agar Sri Sultan segera dapat menetapkan kebijakan
S. Kalijaga
Ya, sedikitnya kebijakan sementara
S. Kudus
Rupanya kita tidak mencapai kesepakatan mengenai baik
Syekh Siti jenar mau pun Ki Ageng Pengging. Kita serahkan saja pada Sri Sultan
apa yang sebaiknya dilakukan
Sultan
Apa pun yang sudah disampaikan oleh Darmacaraka dan
Sunan Giri serta para wali dan bagaimana pun, kesimpulan yang pasti tidak dapat
kita ambil, saya harus mengucapkan terima kasih kepada semua. Dengan keterangan
dan pendapat semua itu, saya merasa lebih mantap di dalam menetapkan kebijakan.
Saya merasa lebih berani mengambil tanggung jawab saya sebagai Sultan, baik di
hadapan Tuhan yang maha adil mau pun di hadapan manusia
Dengan ketetapan hati saya akan mengambil kebijakan
berikut. Pertama, pemusatan pasukan di wilayah Penggiing tetap dipertahankan;
kedua, kita akan mengutus dua orang wali dan dua orang bangsawan untuk
berkunjung ke Pengging di dalam rangka menjajaki pemecahan masalah ini dengan
Ki Ageng Pengging sambil mencari bahan-bahan keterangan baru; ketiga, syiar
Islam akan lebih ditingkatkan, diantaranya dengan meningkatkan peringatan
kepada mereka agar waspada terhadap kemungkinan penyusupan gagasan-gagasan
agama lama ke dalam semangat Islam
Sekian rencana saya, mohon pendapat dan saran
ADEGAN 4
DATANG PENJAGA
Penjaga
Am pun gusti. Perwira dari wilayah Timur mohon
diperkenankan masuk menghadap
Sultan (TERKEJUT)
Perwira? Persilakan masuk
ADEGAN 5
PENJAGA KELUAR, PERWIRA MASUK, MEMBERI HORMAT
Panglima
Gusti, pertempuran telah berkobar di tiga tempat di
perbatasan Pengging. Pada saat shalat subuh, tiba-tiba gendering perang
bergema. Beberapa perwira kerajaan gugur atau tertawan musuh
S. Giri (SEDIH)
Ya Allah
Sultan
Sunan Kudus, kami dengan resmi menyerahkan tampuk
pimpinan Angkatan Perang Demak di tangan Sunan
S. Kudus
Terima kasih atas kepercayaan dan restu gusti. Adalah
kehormatan bagi kami untuk menunaikan tugas ini sebaik-baiknya
P. Darma
Saya mohon diizinkan Sri Sultan mendampingi Sunan
Kudus. Bagi saya ini adalah jihad terhadap sisa-sisa kekuatan Majapahit
S. Giri (SANGAT SEDIH)
Ya Allah….
BLACKOUT
BABAK IV
DI DALAM MESJID CIPTARASA, CIREBON. SIANG HARI
ADEGAN 1
TAMPAK SUNAN GUNUNG JATI, SUNAN GIRI, SUNAN KUDUS,
SUNAN MURIA, SUNAN KALIJAGA, SUNAN DRAJAT, SUNAN BONANG, SUNAN AMPEL DAN
PANGERAN DARMACARAKA. TERDAPAT PULA BEBERAPA ORANG PENJAGA DAN PETUGAS
S. G. Jati
Kami menghaturkan selamat datang di Cirebon kepada
para wali dan pangeran yang kami muliakan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi
kami menjadi tuan rumah bagi kunjungan mulia ini
P. Darma
Kami harus mengucapkan terima kasih dan mohon maaf
atas kedatangan kami yang tiba-tiba ini
S.G Jati
Kami benar-benar gembira dan bangga atas kedatangan
para wali dan pangeran di sini, walau
pun kedatangan yang tiba-tiba inimenyebabkan kami tidak dapat menyiapkan
segalanya agar kunjungan Anda semua lebih menyenangkan. Di samping itu, terus
terang kami pun sedikit gugup dan heran
juga
P. Darma
Untuk penyebab kegugupan itulah kami mohon maaf.
Namun, semoga kegugupan dan keheranan itu segera dapat dijernihkan dengan
penjelasan yang akan saya berikan dan juga nanti akan ditambah oleh Sunan Kudus
S. Kudus
Penjelasan oleh Pangeran kiranya akan cukup
P. Darma
Baiklah, kalau begitu. begini Sunan. Dengan rahmat dan
lindungan Tuhan yang maha esa akhirnya kami dapat menumpas pemberontakan
Pengging dan membunuh pemimpinnya. Kebo Kenongo alias Ki Ageng Pengging
S.G Jati
Syukurlah
P. Darma
Namun, Sri Sultan beranggapan bahwa masalah Pengging
belum terselesaikan dengan tuntas. Hal itu disebabkan karena tokoh yang tidak
dapat dipisahkan dari awal terjadinya peristiwa tersebut, masih belum dimintai
pertanggung jawabannya. Tokoh itu, yaitu Syekh Siti Jenar, kebetulan berada di
wilayah kekuasaan Sunan, di Cirebon ini. Kedua, banyak orang-orang Pengging
sebagian besar santri-santri Syekh Siti Jenar, mengikuti guru mereka datang ke
sini. Berkumpulnya orang Pengging di sini dapat merupakan ancaman baru, baik
bagi Demak mau pun bagi Cirebon. Maka dalam rangka menyelesaikan persoalan
Pengging secara tuntas, dan dalam rangka meletakkan landasan-landasan yang
lebih kuat bagi syiar Islam, kami datang ke sini dengan membawa surat Sri
Sultan bagi Sunan
MENYERAHKAN SEPUCUK SURAT, SUNAN GUNUNG JATI
MEMBACANYA
S.G Jati
Sri Sultan benar-benar bijaksana. Dengan kehadiran
para wali semua di sini, saya diberi peluang untuk berbagi tanggung jawab.
Bagaimana pun juga ini bukan tugas ringan, walau pun sangat mulia
S. Giri
Sunan benar
S. Bonang
Ya. Tapi dengan keputusan bersama berdasarkan mufakat,
tanggung jawab kita rata
P. Darma
Jadi, atas nama Sri Sultan singkatnya kami mohon izin
dan bantuan Sunan dalam meneylesaikan masalah Pengging itu. pertama, kami mohon
izin untuk mengerahkan sejumlah pasukan Demak untuk menjaga kemungkinan
keonaran. Kedua, mohon bantuan Sunan di dalam menyelengarakan pengadilan
terhadap Syekh Siti Jenar
S.G Jari
Dengan senang hati kami menerima kedua permohonan itu
P. Darma
Terima kasih Sunan
S. Kudus
Kalau begitu, kami sudah dapat mendaratkan pasukan
kami, Sunan
S.G Jati
Tentu saja, silakan
S. Kudus
Kami membawa enam ratus orang perwira dan tamtama dan
menyamarkan mereka sebagai pedagang dan penumpang biasa
S.G Jati
Itu sangat bijaksana
S. Kudus
Perwira, sampaikan kabar bahwa mereka sudah dapat
mendarat. Ikuti petunjuk-petunjuk saya yang sudah disampaikan sebelumnya
Perwira
Baik Sunan
(PERGI)
S. Kudus
Masih ada permohonan kami kepada Sunan
S.G Jati
Silakan
S. Kudus
Berdasarkan penyelidikan, Syekh Siti Jenar memunyai
banyak pengikut di sini, termasuk para bangsawan dan tokoh-tokoh masyarakat
setempat
S.G Jati
Benar Sunan
S. Kudus
Agar tak ada hambatan yang tidak diinginkan, dapatkah
saya minta bantuan Sunan untuk memisahkan mereka dari Syekh Siti Jenar?
S.G Jati
Maksud Sunan?
S. Kudus
Kalau mungkin, sebagai penguasa wilayah Cirebon, Sunan
dapat mengundang mereka agar berkumpul di suatu tempat. Pada saat itu, kita
dapat mengundang Syekh Siti jenar untuk hadir di mesjid ini
S.G Jati
Itu dapat segera dilaksanakan, Sunan (KEPADA PETUGA)
Petugas, persilakan nama-nama ini untuk hadir di istana sekarang juga (PETUGA
DATAG DENGAN CATATAN). Persilakan datang Pangeran Carbon, Dipati Cangkuang, Ki
Paluhamba, ki Gendeng Junti, Ki Gendeng Lembah Putih, Pangerang Jagasatru, Ki
Gendeng Tedeng, Ki Anggaraksa, Ki Buyut Kalijaga, Ki gendeng Sampiran, Ki
Gendeng Trusmi, Ki Gendeng Carbon Girang, Ki buyut Weru, Ki buyut Kemlaka, Ki
Buyut Truwak, Ki Buyut Tumkudal, pangeran Panjunan, Pangeran Cucimanah,
Pangeran Kejawanan, She Juyuskani, pangeran Jaga Pura, dipati Suranenggala, Ki
Gendeng Ujung Gebang, Ki Gendeng Panguragan, ki Gendeng Ender, Ki Buyut Bojong,
Ki Buyut Kedongdong, ki Gendeng Tameng dan Ki Gendeng Jagapura (PETUGAS LAIN
DATANG) Persilakan Syekh Siti Jenar hadir di mesjid Ciptarasa. Katakan kepada
beliau bahwa saya sudah emnunggu karena ada hal yang sangat penting yang harus
dirundingkan dengan beliau (PETUGAS MENYEMBAH DAN PERGI)
S. Kudus
Terima kasih Sunan
P. darma
Kiranya kita dapat membicarakan perincian tentang apa
yang akan kita laksanakan. Apra wali yang mulia, kesalahan Syekh Siti Jenar
yang telah secara langsung atau tidak langsung mengobarkan pemberontakan
Pengging, sangatlah besar. Begitu banyak korban jatuh di dalam usaha penumpasan
pemberontakan itu. begitu banyak pikiran, dana dan daya serta harta lenyap
dalam peristiwa itu. untuk kesalahannya itu, tidak ada hukuman yang lebih
ringan bagi Syekh Siti Jenar daripada hukuman mati dengan jalan dipancung
Ada satu hal yang menyelamatkan Syekh Siti Jenar dari
hukuman itu yaitu kalau ia bersedia bekerjasama dengan kita semua untuk
menghilangkan sampai ke akar-akarnya sebab musabab dan akibat-akibat
pemberontakan itu. caranya ialah dengan bersedia menyatakan di depan umum bahwa
ajaran yang telah disebarkannya, baik di Pengging mau pun di Cirebon adalah
sesat, murtad, jindik dan kafir
HADIRIN BERGUMAM SAMAR-SAMAR
Itulah petunjuk yang diberikan Sri Sultan kepada kami,
Sri Sultan juga mohon kesediaan Sunan Kudus dan Sunan Giri menjadi jaksa
penuntut dalam persidangan ini
S. Giri (TERKEJUT)
Saya?
P. Darma
Ya. Sri Sultan menyatakan bahwa Sunan cocok untuk
menjelaskan kesalahan Syekh Siti Jenar dari segi keagamaan
S. Giri
Sunan Muria lebih cocok daripada saya, saya tidak
merasa mampu, padahal pengadilan ini harus menghasilkan keputusan yang
seadil-adilnya
P. Darma
Amanat Sri Sultan tidak dapat saya abaikan. Saya harus
melaksanakannya
S. Giri
Saya mohon sidang memertimbangkan penunjukan saya
P. Darma
Ini keputusan Sri Sultan. Saya kira sidang pun tidak
akan keberatan. Di samping itu, saya kira Sunan Giri tidak keberatan melaksanakan
syiar Islam yang dibebankan kepada beliau
S. Kalijaga (KEPADA SUNAN GIRI)
Ya, Sunan. Anggaplah persetujuan Sunan untuk
pengangkatan itu sebagai itikad Sunan dalam usaha penumpasan unsure pendukung
Majapahit sampai ke akar-akarnya
S. Giri (SETELAH TERTEGUN)
Seandainya nanti pembelaan Syekh Siti jenar kuat,
dapatkah beliau membebaskan diri dari hukuman mati?
P. Darma
Barangkali pertanyaan itu harus dirumuskan secara
lain, Sunan. Apakah kalau Syekh Siti Jenar tidak mengaku bersalah ia dapat
dibiarkan hidup tanpa membahayakan syiar Islam?
S. Giri
Adakah jalan ketiga, misalnya hukuman mati diganti
dengan hukuman buang? Mungkin itu lebih adil
P. Darma
Saya kira kita perlu menyadari bahwa melalui
pengadilan ini, kita tidak hanya mengambil putusan tentang penghukuman atau
pembebasan Syekh Siti Jenar, melainkan juga putusan mengenai peletakan
dasar-dasar syiar Islam di masa depan dan pengokohan dasar-dasar kerajaan Islam
seperti Demak dan Cirebon. Dan –kalau boleh saya tambahkan pencegahan terhadap
kemungkinan kembali bangkitnya Majapahit
ADEGAN 2
MUNCUL PETUGAS YANG DIMINTA MENGUNDANG SYEKH SITI
JENAR
Petugas
Sunan, undangan sudah saya sampaikan, tapi…
S.G Jati
Tapi apa?
Petugas
Beliau mengatakan kepada saya bahwa Syekh Siti Jenar
tidak ada, yang ada adalah Tuhan
P. Darma (TERDENGAR GUMAM ISTIGF@R DARI
EBBERAPA WALI)
Nah, nah! Para wali yang mulia kiranya sependapat
dengan saya bahwa lelucon ini tidak lucu
S. Giri
Belum tentu beliau bermaksud berlelucon
P. Darma
Lelucon atau bukan, bagi saya tetap tidak lucu
S. Kudus
Bagaimana kalau saya memergunakan prajurit untuk
memaksa beliau hadir di sini?
S. Giri
Saya kira belum saatnya dilakukan
S. Kalijaga
Tetapi kita tidak dapat membiarkan beliau berlaku
demikian terhadap kita
P.Darma
Sunan benar
S.G Jati
Ada usul lain?
S. Muria
Mengapa tidak kita pancing dengan umpannya sendiri?
S. Kudus
Maksud Sunan bagaimana?
S. Muria
Katakan pada beliau bahwa Sunan Gunung jati mengundang
Tuhan untuk hadir di mesjid Ciptarasa
P. Darma
Kita tidak dapat menghadapi orang yang kekanak-kanakan
dengan sikap kebocah-bocahan
S. Muria
Saya menduga bahwa Syekh Siti Jenar menyembunyikan
maskud-maksud tertentu di belakang leluconnya ini
S. Bonang
Sebelum memergunakan kekerasan, ada baiknya cara yang
diusulkan Sunan Muria dicoba
S.G Jati
Saya kira memang dapat dicoba. Petugas, kembalilah
pada beliau, katakan bahwa Sunan gunung Jari memersilakan Tuhan untuk hadir
sekarang juga di Mesjid Ciptarasa
Petugas
Baik, Sunan
MENYEMBAH DAN PERGI
P. Darma
Tidak apa kita mencoba dengan cara itu. walau pun
begitu, kita tidak boleh membiarkan kita dipermainkan
S. Giri
Beliau tidak main-main, pangeran
P. Darma
Apa boleh buat, saya tak dapat menganggapnya sebagai
perbuatan yang sungguh-sungguh, atau perbuatan orang dewasa
S. Kalijaga
Saya tak menyangka beliau akan melakukan hal ini
terhadap kita
P. Darma
Kita bukan apa-apa dibanding dengan perbuatan beliau
yang telah menjatuhkan beratus-ratus korban jiwa dalam pertempuran di Palagan
Pengging
ADEGAN 3
MUNCUL PERWIRA MENGHADAP SUNAN KUDUS
Perwira
Semua perintah sudah dilaksanakan
S. Kudus
Baik. Siap di tempat masing-masing. tunggu perintah
selanjutnya
Perwira
Baik, Sunan
MENGUNDURKAN DIRI
ADEGAN 4
S.G Jati
Seandainya terjadi apa-apa yang tidak kita harapkan,
Sunan jangan ragu-ragu untuk meminta bantuan pada saya. Pasukan Cirebon dapat
bahu membahu dengan pasukan Sunan
S. Kudus
Saya harap, dan saya kira tidak akan terjadi apa-apa.
Kita hanya perlu siaga saja. Di samping itu, Sunan sudah mengumpulkan
tokoh-tokoh berpengaruh pengikut Syekh Siti Jenar di satu tempat
S.G. Jati
Ya, mudah-mudahan semua sudah ada di istana sekarang.
Apakah menurut pendapat Sunan perlu ada tindakan-tindakan penjagaan di sana
untuk mencegah agar mereka tidak meninggalkan istana sebelum acara pengadilan
selesai?
S. Kudus
Saya kira itu baik. Tentu saja jangan sampai kentara.
Kita tidak ingin usaha kita di sini menimbulkan keonaran
ADEGAN 5
MUNCUL PETUGAS, LANGSUNG MENGHADAP KEPADA SUNAN GUNUNG
JATI
Petugas
Sunan, beliau mengatakan, Tuhan tidak ada yang ada
Syekh Siti Jenar
P. Darma (HADIRIN BERGUMAM ISTIGFAR)
Akh, rupanya beliau tidak biasa menyantap umpan beliau
sendiri. baiklah barangkali kita sudah cukup dipermainkannya
S. Kalijaga
Ya, sudah cukup
P. Darma
Sunan Kudus, barangkali tikus itu memerlukan
kucing-kucing Anda
S. Muria
Nanti dulu
S. Giri
Benar. Lebih baik kita tidak memaksakan beliau dengan
kekerasan
P. Darma
Adakah usul Sunan Giri?
S. Giri
Sunan Gunung Jati sudi apalah Sunan mengutus kembali
petugas untuk mengundang Syekh Siti Jenar dan Tuhan sekaligus
P. Darma (TERTAWA PAHIT)
Beliau berhasil mengajak kita semua main petak umpet
S.G Jati
Apa boleh buat (KEPADA PETUGA) Katakan pada beliau,
Sunan Gunung Jati mengundang Syekh Siti jenar dan Tuhan (PETUGAS MENYEMBAH DAN
PERGI)
S. Bonang (TERTAWA PAHIT)
Saya tidak tahu apa yang harus saya pikirkan dan saya
katakan
P. Darma
Jangan risau Sunan, kita sedang bermain-main (TERTAWA)
kita sedang bermain sandiwara. Santai saja.
S. Kalijaga
Kita dipermainkan
ADEGAN 6
MUNCUL PETUGA LAIN LANGSUNG MENGHADAP SUNAN GUNUNG
JATI
Petugas
Para tokoh masyarakat sudah menunggu Sunan di istana
S.G. Jati
Bagus. Katakan pada mereka bahwa kami akan datang dan
persilakan mereka menunggu (PETUGAS HENDAK PERGI) Petugas! Katakan pada mereka
bahwa mereka diharapkan tidak meninggalkan istana sebelum kami datang
Petugas
Baik, Sunan (MENYEMBAH DAN PERGI)
S.G Jati (KEPADA SUNAN KUDUS)
Perlukah mereka dijaga?
S. Kudus
Saya kira tidak perlu Sunan. Namun kalau Cuma
pengawasan tidak akan terlalu kentara (KEPADA PERWIRA LAIN) Perwira!
Perwira Lain
Ya, Sunan.
S. Kudus
Awasi istana. Kalau ada bangsawan yang meninggalkan
segera laporkan. Tugaskan prajurit mengikuti bangsawan yang meninggalkan istana
Perwira
Baik, Sunan
PERGI
ADEGAN 7
TERDENGAR SAYUP-SAYUP
PUJI-PUJIAN SEPERTI BARZANZI. PARA WALI DAN HADIRIN DI MESJID BANGKIT
S.G Jati
Beliau datang
P. Darma
Siapakah mereka yang bernyanyi itu?
S.G Jati
Itulah santri-santri Syekh Siti Jenar
P.Darma
Sunan Kudus, mungkin Sunan harus menyiapkan pasukan
kita
S. Kudus
Mereka sudah siap siaga, walau pun tidak kentara.
Mereka bercampur dengan orang-orang biasa dan berpakaian biasa
S.G Jati
Tak ada yang perlu dirisaukan. Santri-santri itu tidak
sedikit pun bersifat perwira. Mereka
lemah lembut dan tidak bersenjata. Mereka Cuma pandai menyanyi, walau kadang
nyanyian mereka meremangkan bulu roma
ADEGAN 8
MUNCUL SYEKH SITI JENAR, MEMBERI HORMAT DAN TERTEGUN
BEBERAPA LAMA DI DEPAN PINTU SERAYA MEMANDANG KE SEKELILING DENGAN TERSENYUM
S.G Jati
Silakan duduk, Sunan. Terima kasih atas kesediaan
Sunan memenuhi undangan kami (SYEKH SITI JENAR DUDUK)
S.S Jenar
Adalah kebahagiaan bagi saya untuk dapat berkumpul
dengan para wali yang mulia. Pasti yang mulia pangeran dan para wali sedang
menyenggarakan acara yang sangat penting
P. Darma
Kiranya Sunan sudah menduga
S.S Jenar
Firasat saya mengatakan begitu
P. Darma
Kami menangkap Sunan dan akan mengadili Sunan
sehubungan dengan keterlibatan Sunan dalam peristiwa pemberontakan Kebo Kenongo
alias Ki Ageng Pengging
S.S Jenar
Dalam cara apa saya terlibat pemberontakan itu?
P. Darma
Sunan Kudus dan Sunan Giri akan menjelaskan dakwaan
rakyat dan kerajaan Demak mau pun daerah Cirebon terhadap Sunan (KEPADA SUNAN
KUDUS DAN SUNAN GIRI) Sunan, dipersilakan maju (SUNAN KUDUS MAJU LEBIH DULU)
S. Kudus
Sunan, kami berpendapat bahwa Sunan telah mendorong
Kebo Kenongo alias Ki Ageng Pengging melakukan pemerontakkan terhadap kekuasaan
yang syah serta rajanya, yaitu Srh Sultan Demak dan dengan demikian Sunan telah
pula menyebabkan terjadinya pemberontakan terhadap pusat kekuasaan syiar Islam
di pulau Jawa. Pemberontakan yang diantaranya merupakan akibat dari dorongan
Sunan itu telah mengakibatkan kerusakan dan jatuhnya korban, baik dalam bentuk
harta, dana, daya dan bahkan berates nyawa manusia; tak terhitung penderitaan
batin sebagai akibat sampingan peperangan itu.
Oleh karena itu, kalau tidak mengaku bersalah dan
mengatakan penyesalan serta berjanji akan membantu memerbaiki sebagian dari
kerusakan yang diakibatkan oleh pemberontakan itu, kerajaan atas nama
masyarakat dan agama, seyogyanya menimpakan hukuman seberat-beratnya kepada
Sunan. Pahamkah Sunan akan dakwaan kami?
S.S Jenar
Ya
S.Kudus
Terima kasih. Apakah Sunan mengaku bersalah dan merasa
menyesal!?
S.S Jenar
Tidak
S. Kudus
Betul? Sadarkah Sunan akan akibat sikap Sunan?
S.S Jenar
Ya. Saya tidak bersalah dan tidak ada yang patut saya
sesalkan. Pemberontakan Ki Ageng Pengging adalah tanggung jawabnya sendiri
S. Kudus
Tapi ki Ageng Pengging tidak mungkin berontak tanpa
ajaran Sunan sebagai dalih dan pijakan
S. S Jenar
Banyak bangsawan-bangsawan yang belajar kepada saya,
misalnya di wilayah Cirebon ini, tapi mereka tidak angkat senjata terhadap
Sunan Gunung Jati
S. Kudus
Tapi mereka bukan Ki Ageng Pengging
S.S Jenar
Ajaran yang mereka pelajari tak berbeda. Oleh karena
itu, ajaran saya dan saya sendiri tidak terlibat dalam pemberontakan itu.
S. Kudus
Tadi Sunan mengatakan bahwa bangsawan-bangsawan di
sini tidak berontak terhadap Sunan gunung Jati. Baiklah. Tapi sadarkah Sunan
bahwa ada orang seperti Ki Ageng Pengging yang dapat menyalahgunakan ajaran
Sunan?
S.S. Jenar (TERSENYUM)
Kalau begitu, Anda dapat mendakwa Tuhan
S. Kudus
Ya?
S.S Jenar
Salahkah Tuhan menciptakan besi, yang dijadikan bajak
oleh petani tapi pedang oleh penjahat? Walau pun besi ke punyaan Tuhan, adalah tanggung
jawab petani dan penjahat dalam hal penggunaannya. Saya punya ajaran, penggunaan ajaran saya dan
orang lain – termasuk Ki Ageng Pengging, bukan tanggung jawab saya –
P. Darma (SUNAN KUDUS TERTEGUN
Sunan Giri,
silakan ambil giliran Sunan
(SUNAN GIRI MAJU)
S. Giri
Sunan, tadi Sunan menarik pengamatan Sunan atas rasa
tanggung jawab. Secara nalar mungkin benar bahwa Sunan tidak bertanggung jawab
atas perbuatan orang ini. Namun seharusnya Sunan dapat meramalkan bahwa ajaran
Sunan itu dapat membawa akibat-akibat yang tidak dikehendaki seperti telah
terbukti. Tidakkah ada penyesalan Sunan untuk segala malapetaka yang
diakibatkan peperangan?
S.S Jenar (TERSENYUM)
Seandainya peperangan itu disebabkan oleh ajaran saya,
saya akan menyesal. Tapi peperangan itu dilakukan oleh Ki Ageng Pengging dan
Sri Sultan
S. Giri
Tidakkah Sunan merasa bersedih dengan banyaknya korban
yang jatuh dalam peperangan itu?
S.S Jenar
Kesedihan saya tidak ada hubungannya dengan ajaran
saya
S. Kudus
Tapi bukankah Ki Ageng pengging tidak mungkin
melakukan pemeberontakan tanpa ajaran Sunan?
S.S Jenar
Kalau saya dapat disalahkan karena ajaran saya, maka
sidang ini harus juga mendakwa gempa, banjir, penyakit dan malaikat maut
sendiri. orang dapat memahami, menghayati
dan menganut ajaran saya karena berbagai musibah. Dalam hubungan dengan
perkara saya ini, silakan sidang mendakwa gempa di Pengging, karena tanpa gempa
itu tidak mungkin begitu banyak orang menghayati ajaran saya. Saya hanya dapat
Anda dakwa dan Anda hokum kalau Anda dapat mendakwa dan menghukum gempa itu
P. Darma (SETELAH HENING)
Walau pun Sunan
Kudus dan Sunan Giri bertindak sebagai pendakwa utama, tidaklah berarti para
wali yang mulia tidak mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan atau dakwaan
S. Muria
Anda mengaku diri Anda sebagai Tuhan, bukankah itu
murtad?
S.S Jenar
Kalau begitu, Anda sekalian juga murtad
S. Muria
Mengapa?
S.S Jenar
Anda mengundang Syekh Siti Jenar dan Tuhan ke sidang
ini. Itu berarti Anda mengakui kemanunggalan Syekh Siti Jenar dengan Tuhan
S. Muria
Ini silat lidah!
S. Giri (KEPADA SUNAN MURIA)
Sabar, Sunan. (KEPADA SYEKH SITI JENAR) Sunan, waktu
Anda menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar tidak ada dan yang ada Tuhan, apa maksud
Anda?
S.S Jenar
Jawaban saya tidak ada hubungannya lagi dengan
pengadilan ini
S. Muria
Tidak benar! Jawaban Anda sangat penting
S.Kalijaga
Ya, Jawablah!
S. Giri
Jelaskanlah pada sidang, apa yang Anda maksud?
S.S Jenar
Kalau rebung mengatakan dirinya bamboo, salahkah
rebung?
S. Giri
Sampai satu batas salah, tapi sampai batas tertentu
benar
S.S Jenar
Saya adalah rebung yang mengaku diri saya bambu
P. Darma
Sunan Kudus, saya mohon Anda tidak melayani Syekh Siti
Jenar bersilat lidah
S. Giri
Barangkali keterangan Sunan tidak jelas bagi Pangeran
Darmacaraka
S.S Jenar
Kalau embun menyebut dirinya samudera, salahkah embun?
S. Giri
Salah dan benar
S.S Jenar
Saya adalah embun, dapatkah Anda mendakwa embun?
P. Darma
Ini pengadilan, bukan gelanggang silat lidah atau
teka-teki
S. Bonang
Saya ingin mengajukan pertanyaan kepada Anda, Syekh
Siti Jenar
S.S Jenar
Silakan
S. Bonang
Anda mengajarkan tafsiran khusus terhadap Al-Quran
yang berbeda dengan tafsiran yang dikehendaki Sultan. Akibatnya, terjadi
pemberontakan Ki Ageng Pengging. Tidakkah Anda merasa bersalah sedikit pun,
merasa ikut bertanggung jawab sedikit pun, merasa sedih sedikit pun?
S.S Jenar
Pertama, saya tidak pernah mengajarkan. Saya hanya
bertanya jawab dengan mereka yang datang kepada saya mengenai ayat-ayat Al
Qur’an. Kedua, saya tidak mengetahui tafsiran yang diinginkan Sri Sultan,
karena saya tidak pernah belajar dari beliau. Ketiga, perasaan saya tentang
pemberontakan tidak ada hubungannya dengan tanggung jawab saya dalam
pemberontakan yang memang tidak ada
S. Kalijaga (MARAH)
Orang ini memang tidak hendak memertanggung jawabkan
perbuatannya. Ia telah memermainkan kita dengan silat lidahnya, ia tak punya rasa hormat sedikit pun dengan sidang ini. Kita datang ke sini
bukan untuk menjadi mainannya, akan tetapi untuk menghukum orang yang dosanya
sudah jelas. Ia telah memutar balikan makna ayat-ayat Al Qur’anul Karim, ia
telah menyesatkan khalayak dan menjadi bapak rohani bangsawan pemberontak.
Secara langsung dan tidak langsung ia adalah sebab pemberontakan yang mengguncang
Demak dan syiar Islam. Secara langsung dan tidak langsung ia hampir berhasil
membangkitkan kembali kerajaan Majapahit yang kafir itu dari puing-puingnya.
S.Muria
Dan untuk semua itu ia pantas dihukum pancung
S. Giri
Sabar, para wali yang mulias
S.Bonang (KEPADA DARMACARAKA)
Bagaimana kalau sidang beristirahat sejenak? Suasana
sudah terlalu panas
P. Darma
Sebentar Sunan (KEPADA SIDANG) Kiranya Anda semua
sependapat dengan Sunan Kalijaga, bahwa saatnya tiba bagi kita untuk menetapkan
keputusan pengadilan ini
S.Giri
Apakah tidak terlalu tergesa?
P. Darma
Kita tidak memerlukan silat lidah lebih lama lagi
(KEPADA SIDANG) Jadi saatnya sekarang tiba bagi kita untuk memutuskan apakah
Syekh Siti Jenar bersalah atau tidak. Sidang yang kami muliakan, apakah Syekh
Siti Jenar bersalah dank arena itu harus dihukum atau tidak?
Para Wali (TIDAK SEREMPAK, AGAK RAGU-RAGU)
Bersalah
P. Darma
Mohon lebh tegas
Para Wali (KECUALI SUNAN GIRI)
Bersalah!
P. Darma (KEPADA SYEKH SITI JENAR)
Sunan, Anda sudah mendengar keputusan sidang ini. Kini
adalah tugas saya untuk memberikan penejlasan tentang beberapa hal yang perlu
Anda ketahui. Pertaman, hukuman untuk barangsiapa yang terlibat dalam
pemberontakan ini adalah hokum mati dengan jalan dipancung. Kedua, atas
kemurahan hati Sri Sultan, Sunan mendapat peluang untuk dibebaskan dari hukuman
mati dengan syarat Sunan menyatakan di depan umum bahwa ajaran Sunan itu sesat
dan murtad (BERHENTI SEJENAK) Kami tidak meminta Sunan sekarang juga. Kami
member kesempatan kepada Sunan untuk memikirkannya dengan tenang selama kami
beristirahat (KEPADA PARA WALI) Saatnya tiba kita meninggalkan Syekh Siti Jenar
untuk mengambil keputusan beliau
S.G Jati
Silakan
(MEREKA MENINGGALKAN PENTAS KECUALI SUNAN GIRI)
S. Giri
Walau pun bagi
Anda hidup dan mati sama saja, saya mohon Anda memilih hidup
S.S Jenar (TERSENYUM)
Terima kasih atas pengertian dan kehangatan Anda
terhadap saya selama ini. Anda berbeda dengan yang lain, walau seperti yang
lain Anda menginginkan saya hidup, jangan risau Sunan. Tak ada pedang yang
mempan memotong cahaya, pedang hanya dapat memotong lumpur dan saya memilih
yang terbaik bagi semua. Sekarang, tinggalkanlah saya
(SUNAN GIRI PERGI; HANYA SEORANG PENJAGA YANG TINGGAL)
ADEGAN 9
SYEKH SITI JENAR MEMBACA ISTIGFAR, MAKIN LAMA MAKIN
NYARING, TERDENGAR KOOR ISTIGFAR SEBAGAI LATAR BELAKANG, BERSAMA KOOR ITU
CAHAYA BERUBAH WARNA PERLAHAN-LAHAN. PENJAGA MEMANDANG KE ARAH SYEKH SITI JENAR
KEHERANAN DAN BERDIRI SEPERTI PATUNG. MUNCUL JIBRIL
Jibril
Mengakulah kau bersalah, ya Siti Jenar
S.S Jenar
Kau tak berkepentingan dalam perkara ini
Jibril
Aku ingin menyelamatkanmu
S.S Jenar
Telah kuselamatkan diriku sendiri
Jibril
Omong kosong. Kalau kau mati dipancung, kau langsung
masuk neraka jahanam dan jadi bahan bakar untuk selama-lamanya. Kalau kau hidup
kau punya kesempatan untuk bertobat
S.S Jenar
Bawalah nerakamu untuk menakut-nakuti anak-anak
Jibril
Bagaimana pun
juga kau mahluk darah daging. Tidakkah mati bergelimang darah membuatmu gamang?
S.S Jenar
Bunga yang layu ditangkai, takutkah ia jatuh ke bumi,
bunga yang dipetik untuk sanggul pengantin, takutkah ia layu?
Jibril
Tetapi malaikat maut sendiri sedikitnya membuatmu
gamang karena masih asing bagimu
S.S Jenar
Aku gamang seperti seorang gadis menjelang malam
penganti
Jibril
Kau tak mengakui bahwa tak ada peristiwa yang lebih
mengguncangkan dalam riwayat seseorang selain kematian, apalagi kematian
seperti yang kau hadapi
S.S Jenar
Tak ada yang lebih wajar daripada kematian. Tak ada
yang lebih wajar daripada awan yang melalui sungai pulang ke samudera; biji
kembali ke pohon melalui tanah. Tak ada yang lebih wajar daripada mahluk
kembali kepada khalik, yang fana kepada baka, karena tiada yang fana kalau
tiada yang baka, tiada yang baka kalau tiada yang fana, tiada yang fana kalau
tiada yang baka astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim,
astagfirullahaladzim
(SEMENTARA KOOR BANGKIT BERTAMBAH NYARING, JIBRIIL
MENINGGALKAN PENTAS DAN MENGHILANG)
ADEGAN 10
MUNCUL IBLIS. BAHAKNYA MENGGEMA DI TENGAH-TENGAH KOOR,
KOOR MELEMAH, SOSOK IBLIS SEMAKIN JELAS. KOOR MENJADI LATAR BELAKANG DIALOG
IBLIS DAN SYEKH SITI JENAR
Iblis
Kau hebat! Jangan tarik ajaranmu. Kau punya harga diri. Kau juga tahu, pengetahuan
mereka tentang yang gahib tak banyak. Tidak banyak! Itulah sebabnya mereka
segan dan benci padamu. Bersedialah mati bagi harga dirimu. Tanpa harga diri,
manusia tak ada harganya
S.S Jenar (TERTAWA)
Ini bukan urusan harga diri. Harga diri hanya berarti
bagi mereka yang tak yakin akan dirinya. Aku tidak peduli apakah orang lain
menghargaiku atau tidak
Iblis (TERTEGUN)
Walau pun begitu, kau memang harus mati. Kau akan
dianggap suhada oleh pengikut-pengikutmu. Mereka akan berjuang lebih hebat lagi
terhadap Demak karena kematianmu. Kau akan lebih kuat dalam kematian daripada
kau hidup
S.S Jenar
Kalau aku mati, itu bukan untuk jadi syuhada
Iblis
Omong kosong! Dalam hati kecilmu kau bayangkan
bagaimana pengikut-pengikutmu menyerukan namamu di bawah kibaran panji-panji
berwarna-warni. Dalam hati kecilmu kau bayangkan gelombang demi gelombang
pasukan menghambur menenggelammkan Demak demi Demak sepanjang zaman
S.S Jenar
Kau tahu, aku bersedia mati bukan demi jatuhnya korban
lebih banyak lagi di medan perang demi medan perang
Iblis
Kalau hidupmu sudah menyulut api peperangan, kau kira
untuk apa kematianmu kecuali untuk mengobarkan lebih banyak peperangan lagi?
S.S Jenar
Aku mati demi Allah
Iblis
Demi Allah?
S.S Jenar
Ya, kalau mereka ingin membunuhku, hal itu disebabkan
karena aku melaksanakan tugasku sebagai khalifah di muka bumi dan mengajak yang
lain melakukan hal yang sama
Iblis
Alangkah sombong kau ya Siti Jenar! Bukankah mereka
ingin menghukummu semuanya adalah pemimpin dan khalifah di muka bumi!?
S.S Jenar
Ya karena mereka merasa berhak mengatur orang lain
Iblis
Kau selalu menginginka dirimu sendiri
S.S Jenar
Kau kehabisan dalih Iblis
ADEGAN 11
TIBA-TIBA KOOR BERHENTI. IBLIS CEPAT MENGHILANG,
CAHAYA KEMBALI NORMAL. MUNCUL P. DARMACARAKA DAN PARA WALI, PENJAGA TERJAGA
Penjaga
Pangeran, saya kira Syekh Siti Jenar kerasukan
P. Darma
Itu kebiasaan beliau (KEPADA PARA WALI) Kini saatnya
tiba untuk mendapatkan jawaban dari Syekh Siti Jenar, Sunan. Yang manakah
pilihan Sunan?
S.S Jenar
Saya memilih mati
P. Darma
Mati?
S.S Jenar
Ya
P. Darma
Tidakkah Sunan keliru?
S.S Jenar (TERSENYUM)
Saya memilih hukuman pancung (HENING)
P.Darma
Keputusan Sunan sangat penting, baik bagi Sunan mau
pun bagi syiar islam. Saya mohon Sunan maklum akan hal itu
S.S Jenar
Saya maklum
P.Darma
Mengapa Anda tidak memilih yang lebih baik bagi Anda sendiri
dan bagi syiar Islam?
S.S Jenar
Saya memilih yang seharusnya saya pilih. Saya memilih
yang terbaik bagi saya
(HADIRIN BERGUMAM)
P.Darma
Apa boleh buat (MELIRIK KE ARAH PARA WALI)kalau begitu
tak ada pilihan lain. Pengadilan ini menyatakan dengan keyakinan bahwa Syekh
Siti Jenar alias Syekh Jabranta alias Syekh Abduljalil telah bersalah
menyebarkan ajaran sesat dan membahayakan baik kehidupan rohani masyarakat mau
pun ketentraman umum. Bahwa karena perbuatannya itu yang bersangkutan secara
langsung dan tidak langsung telah menjadi salah seorang penyebab pemberontakan
Pengging, karena perbuatannya itu, masyarakat, syiar islam dan kerajaan Demak
telah dirugikan dengan bangkitnya kembali unsure-unsur kerajaan Majapahit, baik
sebagai kekuatan rohani mau pun jasmani. Atas kesalahan-kesalahannya itu,
sidang dengan kayakinan menajtuhkan hukuman mati kepada Syekh Siti Jenar dengan
jalan dipancung (HENING) (KEPADA SYEKH SITI JENAR) adakah yang akan Sunan
katakan? Adakah permintaan terakhir?
S.S Jenar
Tidak ada
P.Darma
Pelaksanaan hukuma akan segera dilakukan.
Penyelenggara adalah penguasa setempat, Sunan Gunung Jati.
ADEGAN 12
MUNCUL SEORANG PETUGAS MEMBAWA PEDANG DI ATAS BAKI. IA
BERJALAN KE ARAH SUNAN GUNUNG JATI DIIKUTI ALGOJO. SUNAN GUNUNG JATI MENGAMBIL
PEDANG ITU, MENCABUT DARI SARUNGNYA DAN MENYERAHKAN KEPADA ALGOJO. SEMENTARA
SYEKH SITI JENAR DIPEGANG OLEH DUA ORANG PRAJURIT DAN DIBAWA MENINGGALKAN
RUANGAN
S. Kudus (KEPADA SUNAN GUNUNG JATI)
Sebagian besar pasukan berada di sekitar alun-alun.
Sebagian kecil di istana
S.G Jati
Baik Sunan. Saya sudah pula memerintahkan agar pasukan
Cirebon bergabung di bawah perintah Sunan
S. Kudus
Terima kasih Sunan
PARA WALI MENINGGALKAN RUANGAN
ADEGAN 13
SETELAH SEJENAK PENTAS KOSONG, MUNCUL SUNAN GIRI
DIIRINGKAN BERTURUT-TURUT OLEH SUNAN BONANG, SUNAN AMPEL, DAN SUNAN DRAJAT.
MEREKA KEMUDIAN DUDUK DI PENTAS. TAMPAK KEMURUNGAN MENGUASAI MEREKA.
SAYUP-SAYUP MULAI TERDENGAR BERIRAMA BACAAN ASTAGFIRULLAHALADZIM-LAILAHAILALLAH
TERUS MENERUS, MAKINLAMA MAKIN NYARING DAN DALAM IRAMA YANG TETAP BERSAMA
NAIKNYA SUARA ITU LAMPU BERUBAH WARNA. KETIKA KENYARINGAN MENCAPAI PUNCAKNYA, BUNYI YANG KERAS YANG MENYARANKAN
BUNYI PEDANG MENGENAI LANDASAN PANCUNG TERDENGAR BERSAMAAN DENGAN MEJADI MERAH
DARAHNYA CAHAYA DIPENTAS. CAHAYA KEMBALI NORMAL, SUARA BERHENTI, SUASANA
HENING. PARA WALI MEMANDANG KE ARAH PINTU, LALU BERDIRI
ADEGAN 14
MUNCUL P. DARMACARAKA BERSAMA WALI-WALI LAIN
P.Darma
Pekerjaan telah dapat diselesaikan dengan lancar dan
baik. Semoga semuanya bermanfaat bagi syiar Islam umumnya bagi kerajaan
khususnya. Atas nama Sri Sultan saya mengucapkan terima kasih kepada setiap
pihak yang telah berperan serta dalam pelaksanaan tugas mulia ini. Khususnya
kepada Sunan Gunung Jati, penguasa yang dimuliakan di wilayah Cirebon, sekali
lagi atas nama Demak kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya
S.G Jati
Sewajarnya kerajaan-kerajaan yang beragama Islam
bersahabat dan saling bantu
ADEGAN 15
MUNCUL PENJAGA
Penjaga (KEPADA SUNAN GUNUNG JATI)
Beberapa santri Syekh Siti Jenar mohon menghadap
S.G Jati
Silakan mereka masuk
P.Darma
Kita harus hati-hati terhadap mereka. Mungkin mereka
berniat berbuat onar
S.G Jati
Mereka tak suka kekerasan, pangeran. Tidak usah
khawatir (KEPADA PENJAGA) Silakan mereka masuk
ADEGAN 16
MUNCUL DUA ATAU TIGA ORANG SANTRI SYEKH SITI JENAR,
MEREKA MEMBERI HORMAT
S.G Jati
Apa yang akan kalian sampaikan?
Santri 1
Kami mohon kiranya diizinkan membawa jenazah Syekh
Siti Jenar untuk menguburkannya
S.G Jati
Tak ada alas an bagi kami untuk menolak permohonan
kalian
P. Darma
Sebentar Sunan! Kami mendapat tugas dari Sri Sultan
Demak bukan saja menghukum Syekh Siti Jenar tapi juga menguburkannya. Tapi
sebenarnya tidaklah jadi persoalan bagi para santri ini, asal mereka member
kesempatan kepada kita melaksanakan tugas. Kita akan menguburkan jenazah Syekh
Siti Jenar dan dalam tiga hari kalian dapat menggalinya kembali dan
memindahkannya ke tempat pilihan kalian
Santri 1 (SETELAH BERUNDING DENGAN
KAWAN-KAWANNYA)
Cukup baik bagi kami, pangeran. Kami akan megambil
jenazah dari kuburannya dalam tiga hari
P.Darma
Bagus
Santri 1
Kami mengucapkan beribu terima kasih dan mohon diri
(MEREKA UNDUR DIRI)
P. Darma (KEPADA SUNAN GUNUNG JATI)
Maaf Sunan, saya menyela. Para wali yang mulia, ini
adalah kesempatan yang luar biasa untuk membuat mukjizat! Sebuah mukjizat demi
syiar Islam!
S.G Jati
Kami belum paham Pangeran
P.Darma
Kita kuburkan jenazah Syekh Siti Jenar dengan
sepantasnya. Di dalam tiga hari kita ada kesempatan untuk mencari dan menemukan
binatang yang paling hina dan paling cocok untuk menggantikan jenazah Syekh
Siti Jenar. Kita akan memindahkan jenazah itu mendahului santri-santrinya. Kita
pancung anjing kudisan dan kita kubur di tempat Syekh Siti Jenar. Dan….pada
saat santri-santri menggalinya, mereka tidak akan menemukan Syekh Siti Jenar
melainkan Syekh Siti Jenar yang berubah menjadi anjing. Karena dosa-dosanya,
Tuhan telah membuat mukjizat dengan mengutuknya menjadi anjing. Sebagai
peringatan kepada mereka agar tidak emngikuti ajaran Syekh Siti Jenar. Tuhan
telah menganugerahkan mukjizat pada kita! Mukjizat yang kita tunggu-tunggu
(TERTAWA GEMBIRA)
BLACKOUT
SELESAI
No comments:
Post a Comment