Sejenak, ia terdiam ketika pelayan bertanya
"Paha atau dada?"
Ia berdesir membayangkan empuk paha
Dan kenyal daging dada. Tapi itu biasa
Pikirnya. Ia tersipu melirik si embak
"Hati yang saya ingin."
Dengan tersenyum, pelayan berkata
"Hati adalah sebentuk daging yang lain
Tapi kami tidak menjual jeroan," terangnya
Ia pun pulang setelah muter-muter mencari
Tak ada yang menjual hati, sambil mendekap
Dada yang diyakininya tempat yang yang dicarinya
Bersarang
Sesampai rumah ia menyimpulkan dengan
Hati-hati bahwa hati sebagaimana jeroan
Pakaian yang dipakainya. Gampang asam
Dan sering-sering harus dicuci
Cimahi, 2016
*diambil dari antologi puisinya yang berjudul "Belajar Lucu dengan Serius"
No comments:
Post a Comment