Friday, March 9, 2018

Yang Abadi di Kaca Jendela

oleh: Herlangga

Hujan menderas. Bising pada genting dan jendela
dan aku merasa sendiri padahal ruang diributi hujan dan kenangan

Kenangan dan matamu di kaca jendela adalah keabadian
Meski hujan terus membentur-benturkan dirinya serupa cahaya lampu kota yang jatuh dan berceceran di jalan
Lalu kau di ruang imaji seakan berkata
"apalagi yang abadi di kaca jendela itu?"
Retoris!
Aku tak perlu menjawabnya
Sungguh tak ada lagi yang abadi, kecuali matamu yang sempat membendung katakata dan merubahnya menjadi hujan

Dari jauh, guntur mengilatkan cahaya
Dirimu jatuh menjadi genangan


2017

No comments:

Post a Comment