Friday, March 4, 2016

Lima Detik

oleh: Herlangga

             Ternyata jam tanganku sudah menunjukkan pukul 14.00 dan kuliah hari ini pun telah berakhir dengan damai. Sekarang yang ada hanyalah aku dan pacarku, kami hendak berjalan bersama ke tempat-tempat yang belum pernah kami kunjungi bersama sebelumnya hari ini.
            Dan sekarang akan kalian dapati aku yang berjalan bersama pacarku di jalanan kampus. Sepanjang perjalanan ini sepertinya aku tak dapat berhenti memandangi pacarku yang cantik itu. Rambut panjangnya yang terurai seperti memberi aura tersendiri baginya. Oh, dia berkata bahwa dia telah meluruskan seluruh rambutnya kemarin demi hari ini.
            “Weekend ini sepertinya akan sangat berbeda. Jadi, aku akan merubah seditik penampilanku” katanya padaku kemarin sebelum kami berpisah di persimpangan jalan.
            Sejatinya, aku tak terlalu suka perubahan karena itu mungkin akan merubah takdirmu. Ya mungkin, tetapi kita tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya bukan? Seperti saat ini, tiba-tiba aku terpeleset karena menginjak sesuatu yang sangat licin.
            Aku tak tahu apa yang aku pikirkan saat itu, tetapi aku secara tiba-tiba melihat pasangan lain di depanku. Mereka saling melepaskan tangan. Oh aku ingat.

*Detik 1
            “Kita putus.” Kata perempuan itu 5 detik yang lalu
            Pria yang ada di hadapannya hanya terdiam seperti paku yang baru membeku.
            “Tapi” kata pria itu dan itu adalah kata terakhirnya sebelum aku menyadari mereka saling melepaskan genggamannya.
            Ah mungkin  dunia percintaan memang tak selamanya indah. Pria itu mungkin akan terus memandang pada perempuan yang baru saja meninggalkannya. Dan setelah waktunya tiba ia akan kembali ke jalan yang lurus kembali.
            Perempuan itu kemudian berlalu tanpa menengok ke belakang sebagai ucapan perpisahan kepada mantan kekasihnya. Ia tahu bahwa kenangan seharusnya dilepas agar tetap menjadi kenangan.

*Detik 2
            Segala hal mungkin tidak berjalan dengan baik seperti yang diharapkan. Tetapi ada pula yang terus berjalan sangat lancar, seperti mobil yang berjalan di sisi kananku. Ia berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Dalam sudut pandangku, bahkan ia berjalan ke miring ke atas.
            Ya, itu mungkin terjadi karena sekarang aku berada pada kemiringan kira-kira 60 derajat ke belakang. Tetapi kehidupan memang seharusnya seperti itu bukan. Terus bergerak ke depan bahkan kalau bisa terus menanjak sehingga kita dapat mencapai titik puncak.
            Dari sisiku yang hanya berjarak setengah meter dari sisi lain mobil itu, aku dapat melihat kilapan mobil yang mempesona. Pemilik mobil pasti merawat mobil itu dengan sangat baik.
            “Aku telah mempersiapkan kendaraan kita ini sebelumnya dengan baik, sehingga perjalanan kita tidak akan ada masalah, haha” aku mendengar samar-samar dari dalam mobil itu.
            Dan aku rasa, memang seharusnya kita memepersiapkan kendaraan kita dengan baik pula, sehingga kita akan merasa nyaman menjelajahi dunia ini. Jika tidak, mungkin akan menjadi terasa rumit nantinya.
            “Sekarang mau kemana kita?” samar-samar aku mendengar suara lagi dari dalam mobil itu.
            Hmmm, mungkin sebelum kita melakukan pergerakan, kita harus mengetahui tujuan agar tak berhenti secara tiba-tiba.
            “Tentu saja kita akan pergi ke…” ah mobil itu sudah terlalu jauh dari jarak pendengaranku, jadi aku pun tak tahu apa kelanjutan dari percakapan singkat tadi.

*Detik 3
            Lagipula aku tak terlalu perduli dengan percakapan tadi, karena sekarang aku berada pada sudut 45 derajat dan kakiku seakan-akan hampir terlepas dari bumi yang selama ini kupijak. Aku pun mulai melihat pacarku yang terus berjalan. Mungkin jarak kami sekarang sudah hampir satu meter. Padahal minggu lalu saat kami menghabiskan weekend bersama dia sering berkata padaku.
            “Aku akan terus berada di sampingmu” katanya sambil terus menggandeng tanganku.
            Mungkin kata-kata tadi hanya terjadi pada situasi tertentu saja, karena saat itu kami berada di pantai dan sedang menikmati sunset yang luar biasa indah dan hanya berdua saja.
            Rasanya akan sangat menyedihkan jika kami akhirnya harus memutuskan hubungan ini seperti laki-laki dan perempuan yang berpisah tadi. Tetapi takdir kita tentu tak ada yang tahu bukan? Mungkin saja perubahan ujung rambutnya yang agak ikal menjadi lurus sempurna itu akan menjadi akhir dari hubungan kami.
            Seperti awal hubungan kami yang diawali oleh sebuah hal kecil pula. Ketika aku melemparkan sebuah kerikil kecil di jalan secara asal-asalan 5 tahun yang lalu saat SMP dan tanpa sengaja mengenai kacamatanya.
            Sebuah perubahan kecil mungkin tak bermakna tetapi terkadang bisa jadi sangat bermakna. Tetapi memang takdir, tak dapat diduga sama sekali.

*Detik 4
            Sekarang tanpa kusadari keadaanku sudah tak berada di atas tanah lagi. Aku terbaring di udara dengan sudut 90 derajat. Saat ini aku benar-benar berhadapan dengan langit biru dan banyak cahaya matahari menerpaku.
            Aku berpikir apakah aku akan bertemu dengan Tuhan suatu saat? Padahal aku sendiri belum mempercayai adanya Tuhan. Tetapi sekarang aku melihat langit yang bersih dengan campuran awan dan sinar matahari yang benar-benar indah. Apakah hanya kebetulan semata?
            Selama ini aku hanya mempercayai takdir, tanpa mempercayai Tuhan. Mungkin sekarang aku paham bahwa Tuhan itu sangat sempurna.
            Apakah aku tak mempercayai adanya Tuhan?” suatu hari aku bertanya pada diriku sendiri
            “Tuhan itu ada dan sempurna” hati kecilku selalu berkata seperti itu bagaimanapun aku menyangkalnya, hati kecilku selalu berkata seperti itu.
            Sekarang aku akan mulai berpikir bahwa Tuhan itu sangat sempurna dan aku akan menikmati langit yang indah ini sebelum aku benar-benar terjatuh.

*Detik 5
            “BUGH” aku akhirnya terjatuh dengan tulang punggungku terkena tanah terlebih dahulu.
            “Rangga, kamu tak apa-apa?” pacarku sekarang ada dihadapan wajahku dengan wajah yang sangat khawatir.
            “Ya, aku rasa aku tak apa-apa, Rin. Tapi apa yang terjadi padaku?” tanyaku sambil mencoba bangun dan terus memegangi bagian belakangku.
            Sambil menahan sedikit tawanya, “Tadi kamu terpeleset karena kulit pisang itu” kata pacarku sambil menunjuk kulit pisang yang ada didepanku.
            Aku pun bangun dan melihat ke depan dan mendapati seorang pria yang berbalik badan dan berjalan dengan santai meskipun menunduk sedih, sedangkan mobil itu sudah berbelok di tikungan depan menuju tujuannya sendiri.
            Dan terakhir aku melihat di sekitarku orang-orang sedang berjalan sambil menahan tawanya, tapi aku tak terlalu memikirkannya karena sekarang mataku berhenti pada wajah pacarku.
            “Aku cinta kamu, Rinjani” kataku
            Ia kemudian terbengong-bengong dengan sedikit semu di pipinya, “Jadi, kita tetap ke pantai kan?” katanya dan dengan sebuah anggukan dariku kami mulai berjalan kembali sambil berpegangan tangan.
            Takdir memang tak dapat di duga sama sekali, kan? Ternyata banyak kejadian terjadi hanya dalam waktu beberapa detik saja. Dan Tuhan? Dia masih terus mengawasi skenario kehidupan yang ia rancang.

Bandung, 2013

No comments:

Post a Comment