oleh: Herlangga
Ternyata jam tanganku sudah menunjukkan pukul 14.00 dan kuliah hari ini pun telah berakhir dengan damai. Sekarang yang ada hanyalah aku dan pacarku, kami hendak berjalan bersama ke tempat-tempat yang belum pernah kami kunjungi bersama sebelumnya hari ini.
Ternyata jam tanganku sudah menunjukkan pukul 14.00 dan kuliah hari ini pun telah berakhir dengan damai. Sekarang yang ada hanyalah aku dan pacarku, kami hendak berjalan bersama ke tempat-tempat yang belum pernah kami kunjungi bersama sebelumnya hari ini.
Dan sekarang akan kalian dapati aku
yang berjalan bersama pacarku di jalanan kampus. Sepanjang perjalanan ini
sepertinya aku tak dapat berhenti memandangi pacarku yang cantik itu. Rambut
panjangnya yang terurai seperti memberi aura tersendiri baginya. Oh, dia
berkata bahwa dia telah meluruskan seluruh rambutnya kemarin demi hari ini.
“Weekend ini sepertinya akan sangat
berbeda. Jadi, aku akan merubah seditik penampilanku” katanya padaku kemarin
sebelum kami berpisah di persimpangan jalan.
Sejatinya, aku tak terlalu suka
perubahan karena itu mungkin akan merubah takdirmu. Ya mungkin, tetapi kita tak
tahu apa yang akan terjadi selanjutnya bukan? Seperti saat ini, tiba-tiba aku
terpeleset karena menginjak sesuatu yang sangat licin.
Aku tak tahu apa yang aku pikirkan
saat itu, tetapi aku secara tiba-tiba melihat pasangan lain di depanku. Mereka
saling melepaskan tangan. Oh aku ingat.
*Detik 1
“Kita putus.” Kata perempuan itu 5
detik yang lalu
Pria yang ada di hadapannya hanya
terdiam seperti paku yang baru membeku.
“Tapi” kata pria itu dan itu adalah
kata terakhirnya sebelum aku menyadari mereka saling melepaskan genggamannya.
Ah mungkin dunia percintaan memang tak selamanya indah. Pria itu mungkin akan terus
memandang pada perempuan yang baru saja meninggalkannya. Dan setelah waktunya
tiba ia akan kembali ke jalan yang lurus kembali.
Perempuan itu kemudian berlalu tanpa
menengok ke belakang sebagai ucapan perpisahan kepada mantan kekasihnya. Ia
tahu bahwa kenangan seharusnya dilepas agar tetap menjadi kenangan.
*Detik 2
Segala hal mungkin tidak berjalan
dengan baik seperti yang diharapkan. Tetapi ada pula yang terus berjalan sangat
lancar, seperti mobil yang berjalan di sisi kananku. Ia berjalan dengan lancar
tanpa hambatan. Dalam sudut pandangku, bahkan ia berjalan ke miring ke atas.
Ya, itu mungkin terjadi karena
sekarang aku berada pada kemiringan kira-kira 60 derajat ke belakang. Tetapi
kehidupan memang seharusnya seperti itu bukan. Terus bergerak ke depan bahkan
kalau bisa terus menanjak sehingga kita dapat mencapai titik puncak.
Dari sisiku yang hanya berjarak
setengah meter dari sisi lain mobil itu, aku dapat melihat kilapan mobil yang
mempesona. Pemilik mobil pasti merawat mobil itu dengan sangat baik.
“Aku telah mempersiapkan kendaraan
kita ini sebelumnya dengan baik, sehingga perjalanan kita tidak akan ada
masalah, haha” aku mendengar samar-samar dari dalam mobil itu.
Dan aku rasa, memang seharusnya kita
memepersiapkan kendaraan kita dengan baik pula, sehingga kita akan merasa nyaman
menjelajahi dunia ini. Jika tidak, mungkin akan menjadi terasa rumit nantinya.
“Sekarang mau kemana kita?”
samar-samar aku mendengar suara lagi dari dalam mobil itu.
Hmmm, mungkin sebelum kita melakukan
pergerakan, kita harus mengetahui tujuan agar tak berhenti secara tiba-tiba.
“Tentu saja kita akan pergi ke…” ah
mobil itu sudah terlalu jauh dari jarak pendengaranku, jadi aku pun tak tahu
apa kelanjutan dari percakapan singkat tadi.
*Detik 3
Lagipula aku tak terlalu perduli
dengan percakapan tadi, karena sekarang aku berada pada sudut 45 derajat dan
kakiku seakan-akan hampir terlepas dari bumi yang selama ini kupijak. Aku pun
mulai melihat pacarku yang terus berjalan. Mungkin jarak kami sekarang sudah hampir
satu meter. Padahal minggu lalu saat kami menghabiskan weekend bersama dia
sering berkata padaku.
“Aku akan terus berada di sampingmu”
katanya sambil terus menggandeng tanganku.
Mungkin kata-kata tadi hanya terjadi
pada situasi tertentu saja, karena saat itu kami berada di pantai dan sedang
menikmati sunset yang luar biasa indah dan hanya berdua saja.
Rasanya akan sangat menyedihkan jika
kami akhirnya harus memutuskan hubungan ini seperti laki-laki dan perempuan
yang berpisah tadi. Tetapi takdir kita tentu tak ada yang tahu bukan? Mungkin saja
perubahan ujung rambutnya yang agak ikal menjadi lurus sempurna itu akan
menjadi akhir dari hubungan kami.
Seperti awal hubungan kami yang
diawali oleh sebuah hal kecil pula. Ketika aku melemparkan sebuah kerikil kecil
di jalan secara asal-asalan 5 tahun yang lalu saat SMP dan tanpa sengaja
mengenai kacamatanya.
Sebuah perubahan kecil mungkin tak
bermakna tetapi terkadang bisa
jadi sangat bermakna. Tetapi memang takdir, tak dapat diduga sama sekali.
*Detik 4
Sekarang tanpa kusadari keadaanku
sudah tak berada di atas tanah lagi. Aku terbaring di udara dengan sudut 90
derajat. Saat ini aku benar-benar berhadapan dengan langit biru dan banyak
cahaya matahari menerpaku.
Aku berpikir apakah aku akan bertemu
dengan Tuhan suatu saat? Padahal aku sendiri belum mempercayai adanya Tuhan.
Tetapi sekarang aku melihat langit yang bersih dengan campuran awan dan sinar
matahari yang benar-benar indah. Apakah hanya kebetulan semata?
Selama ini aku hanya mempercayai
takdir, tanpa mempercayai Tuhan. Mungkin sekarang aku paham bahwa Tuhan itu
sangat sempurna.
“Apakah aku tak mempercayai adanya
Tuhan?” suatu hari aku bertanya pada diriku sendiri
“Tuhan itu ada dan sempurna” hati
kecilku selalu berkata seperti itu bagaimanapun aku menyangkalnya, hati kecilku
selalu berkata seperti itu.
Sekarang aku akan mulai berpikir
bahwa Tuhan itu sangat sempurna dan aku akan menikmati langit yang indah ini
sebelum aku benar-benar terjatuh.
*Detik 5
“BUGH” aku akhirnya terjatuh dengan
tulang punggungku terkena tanah terlebih dahulu.
“Rangga, kamu tak apa-apa?” pacarku
sekarang ada dihadapan wajahku dengan wajah yang sangat khawatir.
“Ya, aku rasa aku tak apa-apa, Rin.
Tapi apa yang terjadi padaku?” tanyaku sambil mencoba bangun dan terus
memegangi bagian belakangku.
Sambil menahan sedikit tawanya, “Tadi kamu terpeleset karena kulit
pisang itu” kata pacarku sambil menunjuk kulit pisang yang ada didepanku.
Aku pun bangun dan melihat ke depan
dan mendapati seorang pria yang berbalik badan dan berjalan dengan santai
meskipun menunduk sedih, sedangkan mobil itu sudah berbelok di tikungan depan
menuju tujuannya sendiri.
Dan terakhir aku melihat di sekitarku
orang-orang sedang berjalan sambil menahan tawanya, tapi aku tak terlalu
memikirkannya karena sekarang mataku berhenti pada wajah pacarku.
“Aku cinta kamu, Rinjani” kataku
Ia kemudian terbengong-bengong dengan sedikit semu di pipinya,
“Jadi, kita tetap ke pantai kan?” katanya dan dengan sebuah anggukan dariku
kami mulai berjalan kembali sambil berpegangan tangan.
Takdir memang tak dapat di duga sama
sekali, kan? Ternyata banyak kejadian terjadi hanya dalam waktu beberapa detik
saja. Dan Tuhan? Dia masih terus mengawasi skenario kehidupan yang ia rancang.
Bandung,
2013
No comments:
Post a Comment