oleh: Herlangga Juniarko
jam itu berdetak dan berdetak
tak ada kata bermakna yang sempat tertulis di selembar daun malam
jam masih berdetak lebih lambat
seakan menunggu tetestetes purnama setelah raungan serigala
jam terus berdetak semakin cepat
juga angin malam yang berhembus lebih cepat dari cahaya bohlam di pos ronda
jam
terhenti sekejap
baterainya telah sampai masanya untuk dijemur kembali besok siang
dan saat itulah segala kembali tanpa makna
2013
No comments:
Post a Comment