oleh: Herlangga Juniarko
Senja itu, warna kemerah-merahan
mulai pudar dan berganti menjadi gelap, sedangkan matahari masih sedikit lagi
turun di ufuk timur. Tepat di hadapan matahari itu, di sebuah rumah tengah
terbaring seorang manusia yang sangat sehat sekali. Dia adalah seorang
laki-laki berumur 40-an, perutnya mulai membuncit karena kandungan makanan yang
ia makan entah darimana asalnya. Sedang wajahnya masih tetap awet muda karena
perawatan wajah yang ia jalani setiap waktunya.
Tiba-tiba dari langit muncul sesosok
makhluk berbentuk asap hitam menggumpal seperti awan-awan mendung yang siap
menghantarkan petirnya ke alam yang sepi. Sosok yang sangat ditakuti oleh
seluruh makhluk yang ada di dunia ini, bahkan setiap malaikat dari langit pun
takut ketika melihat sosok itu. Kini sayapnya mulai mengembang dengan lebarnya
hingga seluruh langit senja itu tertutup oleh sayap hitamnya itu. Tubuhnya
mulai membentuk dengan tertutup oleh jubah hitam yang bagian bawahnya telah
tersobek-sobek kejam. Kini ia terbang mengitari manusia yang tengah santai di
ranjang kenikmatannya itu.
“AHMAD!!!” teriak sosok hitam itu
pada pria yang tengah berbaring di ranjang rumahnya yang nyaman itu.
“Siapa kau?” tanya pria itu dengan
rasa kaget yang ia pendam dalam dirinya sendiri.
“Akulah Azrael, aku datang untuk
mengambil sesuatu yang dititipkan oleh Tuham padamu” kata Azrael dengan kembali
membentangkan sayapnya hingga bulu-bulunya berguguran serupa daun-daun yang
jatuh ke tanah.
Di sentuhkannya kini tangan Azrael
ke dada Ahmad tanpa permisi, sehingga kulit tubuhnya kini seperti terlepas dari
tulang dan lemak yang tertimbun di tubuhnya. Tangan Azrael masih saja menarik
sesuatu yang kasat mata dari tubuh gemuk itu.
“Aku mohon, jangan ambil arwahku
sekarang” pinta Ahmad sambil terbata-bata.
Kini arwahnya sudah keluar sedikit
saja. Namun, Azrael tidak mendengarkan apa yang ia katakan. Azrael masih terus
menarik arwah itu dengan tanpa ampun.
“Kau tidak akan bisa memohon padaku.
Bermohonlah pada Tuhan yang maha tinggi, maka niscaya dia akan mengabulkan
permohonanmu jika kau bersungguh-sungguh.” Kata Azrael dengan tegas kepada pria
yang sedang ia ambil segalanya dari tubuhnya.
“Aku tak percaya pada ucapanmu. Jika
memang Tuhan selalu mengabulkan setiap permohonan, mengapa masih banyak
manusia-manusia yang terjerumus pada kekotoran duniawi?” ia menarik napas-napas
terkhirnya saja sebelum melanjutkan kata-katanya yang terputus tadi.
“Mengapa masih ada manusia yang
takluk pada zaman yang edan ini? mengapa keajaiban tidak datang dua kali?
MENGAPA!” teriak pria itu sambil napasnya mulai habis, tapi ia masih dapat
menyaksikan sosok yang ditakuti oleh alam semesta itu.
“Karena mereka tidak serius dalam
memohon, mereka datang memohon tanpa bekal sama sekali. Mereka datang hanya
berucap saja di masjid-masjid, di gereja-gereja, bahkan dimanapun mereka berada
tanpa mau bertindak untuk mengambil hasil dari permohonannya.” Jawab Azrael
dengan tenang namun tegas sambil tangannya masih menarik arwah yang sulit
sekali diambil itu.
Badan Ahmad kini terasa hancur
lebur. Tubuhnya mulai mati sedikit demi sedikit dan darahnya berhenti mengalir
di bagian yang telah mati tersebut.
Kini arwah sudah setengahnya
terlepas dari badan yang telah merawatnya. Arwah itu kini tak berdaya untuk
masuk kembali ke dalam tubuh sang pemiliknya. Ia hanya dapat berpasrah pada
tarikan tangan Azrael yang serupa asap yang hitam dan kuat. Tangan yang mampu
mengambil hal yang paling dicintai dari para manusia.
“Baiklah, aku akan memohon kepada
Tuhan” kata pria tersebut dengan pasrah karena nyawanya yang kemungkinan
tinggal beberapa menit lagi. Lalu ia mengambil napas dengan susah payah hingga
terputus-putus.
Kini tangan Azrael yang serupa asap
hitam kelam itu sudah menutupi seluruh tubuh dari pria itu dan sepotong arwah
sudah tertarik sedikit demi sedikit hingga terlihat habis ujungnya tepat di
hati pria itu. Seluruh tubuhnya benar-benar hitam seperti habis terbakar api.
Matanya hanya mampu melotot ke arah Tuhan yang maha tinggi hingga matanya
seakan-akan mau keluar dari tempatnya.
“TUHAN! Apakah...engkau...akan...memperlihatkan...keajaibanmu...pada...ku...”
pria itu berkata sambil terbata-bata sambil mencoba mencari udara-udara yang
masih bisa ia hirup walaupun hanya sedikit untuk sekedar menyehatkan lagi
tubuhnya yang sudah panas oleh tangan Azrael yang tak kenal ampun.
Kini arwahnya hanya tinggal setitik
lagi keluar sepenuhnya dari tubuh pemiliknya. Kini Azrael mulai mengambil
pedang kematiannya untuk memotong arwah yang hanya tinggal setitik lagi itu. Ia
mengambil sebuah pedang yang tepat berada diantara sayapnya yang membentang
hitam ke seluruh daratan itu.
Azrael sudah mengangkat pedang
tersebut dan bersiap untuk mengambil arwah itu dan ia bawa ke tempat yang
paling abadi dan paling tenang tanpa apapun juga yang bisa mengganggu
ketenangannya.
Namun sebelum Azrael memotong arwah
itu, secara tiba-tiba langit yang semula hitam kelam dengan awan-awan mendung
menyelimuti menjadi cerah seperti tak pernah terjadi hujan sedikitpun. Matahari
senja pun kembali menyinari daratan itu, sedang sinar-sinar itu seperti
menerkam Azrael yang hendak memutuskan nyawa yang hanya tinggal setitik itu.
Dari langit kini muncul sosok
bercahaya yang cahayanya sampai menembus sayap-sayap Azrael yang sedang
membentang luas hingga sayap-sayap itu terlubangi dan akhirnya hilanglah
seluruh sayap-sayap Azrael.
Kini yang tersisa adalah sosok hitam
yang kelam dan sosok putih yang bercahaya yang besar tengah melayang di hadapan
Ahmad yang kini sakaratul mautnya tengah tertunda karena kejadian ini dengan
wajah yang sangat menderita.
“Apa yang membuatmu datang kemari
Mikael? Padahal tak ada undangan sedikitpun yang membuatmu datang kemari”
Azrael bertanya pada sosok putih itu dengan rasa penasaran yang mendalam.
“Aku membawa berita dari langit
Azrael” jawab Mikael dengan serius dan menyatakan bahwa dia benar-benar membawa
sebuah berita yang sangat penting.
“Aku sedang menjalankan tugasku,
apakah engkau dapat menunggu hingga tugasku dapat terselesaikan terlebih
dahulu?” Azrael berkata sambil mengambil ancang-ancang untuk membentangkan
sayapnya yang hitam ke udara.
“Tidak Azrael! Aku membawa sebuah
perintah yang sangat penting dari Tuhan yang tertuju padamu” bentak Mikael
kepada Azrael.
“Baiklah, apakah yang perintah yang
diberikan Tuhan untukku?”
“Tuhan telah mengabulkan doa pria
malang itu, Tuhan telah memberikan tambahan waktu untuk pria itu. Maka hendaknya engkau memasukan
kembali arwah pria itu kembali utuh agar perintah ini dapat engkau selesaikan,
Azrael” kata Mikael mejabarkannya pada Azrael.
Setelah Mikael mengatakan itu, maka
ia pun pergi kembali ke langit tempat para malaikat lainnya bersemayam bersama
Tuhannya. Dan Azrael pun membentangkan lagi sayapnya yang lebar hingga langit
kembali menjadi gelap seketika itu.
Azrael pun segera memegang sebagian
arwah pria itu dan segera mengembalikannya ke tempat dan posisi yang tepat.
Tubuh pria itu pun kembali menjadi seperti semula sebelum dicabut nyawanya oleh
Azrael.
Pria itu kini memandangi Azrael yang
berada tepat di depannya sambil terengah-engah seakan tak percaya dengan apa
yang sudah ia alami kali ini adalah kenyataan. Kemudian ia meraba seluruh
tubuhnya dengan tangan-tangan kecilnya yang tak berdaya di jemput maut. Ia
ingin memastikan bahwa tubuhnya benar-benar utuh dan tak cacat suatu apapun
juga.
“Aku tak percaya, permohonanku
benar-benar dikabulkan oleh Tuhan. Apakah ini yang dinamakan sebagai mukjizat?”
pria itu berkata-kata dengan riangnya bahwa dialah manusia yang beruntung telah
mendapatkan suatu mukjizat dari Tuhan.
“Beruntunglah engkau wahai manusia,
Tuhan telah memberikan kasihnya untuk memperpanjang waktumu di dunia ini.
Bersyukurlah engkau manusia kepada Tuhan yang telah mengasihimu” kata Azrael
dengan segala kebijaksanaannya.
“Terimakasih Tuhan, engkau telah
memberikan waktu yang sangat berharga ini kepadaku. Terimakasih Tuhan!” pria
itu berteriak dengan sangat kencang hingga mampu menembus sayap-sayap Azrael
yang tebal hingga ke langit cerah yang begitu terang benderang berisi cahaya
matahari senja.
Setelah teriakan itu, Azrael pun
menutup sayapnya hingga langit senja telah terlihat kembali dan bulan mulai
muncul sedikit saja. Azrael mulai berubah kembali menjadi gumpalan asap besar
dan tersapu angin hingga ke tempat arwah yang selanjutnya.
Langit senja kini sudah berganti
menjadi malam. Bulan dan bintang sudah tergantung di posisinya masing-masing.
Sedang Ahmad tak hentinya bersyukur atas waktu yang telah Tuhan berikan
kepadanya hingga ia dapat kembali menikmati hidupnya kembali sambil bersujud
kepada Tuhan yang maha tinggi.
Waktu sudah menjelang tidur dan
Ahmad pun membaringkan tubuhnya yang terasa sangat kaku ke ranjang kesukaannya,
tetapi ada yang berbeda dengan saat-saat menjelang tidurnya kali ini. Ia kini
mengingat Tuhan terlebih dahulu dan mulai bermimpi untuk bertemu Tuhan nanti.
Saat waktu hendak menjelang subuh,
tiba-tiba Azrael datang kembali dengan membentangkan sayapnya yang kini lebih
lebar dari biasanya. Ia mengepakkan sayapnya dengan keras sehingga setan-setan
yang sedang berada di sekitar Ahmad pergi melarikan diri karena ketakutan.
Azrael kini memasukkan tangannya
pelan-pelan ke dalam tubuh Ahmad yang sedang tak merasakan apapun juga.
Tubuhnya kembali menghitam seperti terbakar habis sedangkan suhu tubuhnya mulai
menjadi dingin sedingin es kutub selatan.
Azrael menarik sebuah arwah untuk
keluar dari tubuh pemiliknya dengan perlahan hingga Ahmad tak merasakan sakit
yang sangat perih menghantam tubuhnya yang sangat tak berdaya di hadapan
malaikat kematian itu.
Arwah itu kini sudah di ujung tubuh
tinggal setitik lagi arwah itu terlepas dari tubuhnya. Maka Azrael pun
mengeluarkan pedang kematiannya yang begitu hitam dan panjang dengan aura-aura
kematian begitu kental berada di sekitarnya.
Ia tebaskan pedangnya hingga arwah
itu benar-benar terlepas juga dari tubuh pemiliknya. Lalu dengan segera ia beri
rantai yang mengikat dengan kuat arwah itu tepat di inti dari arwah itu sehingga
ia tak bergentayangan di seluruh alam manusia ini atau terjebak antara yang
abadi dan yang fana.
Setelah itu ia seret arwah itu
terbang ke suatu tempat yang panasnya melebihi apapun yang pernah ada dan di
serahkannya arwah itu kepada Malik dengan menyerahkan rantai-rantai yang
menempel di leher arwah itu.
“Kenapa kau bawa kemari arwah ini?”
kata Malik dengan heran.
“Ini sudah kehendak dari Tuhan” kata
Azrael menerangkan.
“Kenapa Tuhan berkehandak yang tidak
wajar kepada arwah ini?” tanya Malik.
“Sesungguhnya Tuhan lebih mengetahui
apa yang tidak kita ketahui. Dia mengetahui yang lebih hitam dari hitam dan
yang lebih putih dari putih” jawab Azrael dengan tenang.
“Baiklah, aku mengerti. Aku akan
membawa arwah ini pada Zabaniyyah”
Dan arwah itupun dibawa oleh Malik
kepada Zabaniyyah yang sedang membawa gada yang sangat besar dan panas, lebih
besar daripada dunia sandiwara ini. Arwah itu kini tengah tersiksa di bawah
hantaman gada sang Zabaniyyah hingga akhir dari dunia fana ini kelak.
Bandung,
2012
Herlangga Juniarko
No comments:
Post a Comment