Saturday, June 30, 2012
Wednesday, June 27, 2012
CINTA (III)
oleh: Khalil Gibran
Kemarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat dan
bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ tentang misteri dan kesucian
cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap.
Sambil mengeluh dia berkata, "Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi
lemah, aku mewarisinya dari Manusia Pertama."
Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan suara
bagai menyanyi dia berkata, "Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang
ditumbuhkan dariku, yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi
masa lalu dan generasi yang akan datang.'
Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri dan sambil mendesah,
dia berkata, 'Cinta adalah racun pembunuh, ular hitam berbisa yang
menderita di neraka, terbang melayang dan berputar-putar menembusi langit
sampai ia jatuh tertutup embun, ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang
haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam selama satu
tahun dan mati untuk selamanya.'
Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia
berkata, "Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin sebagai
siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat, membuat mereka bangkit dalam
doa di antara bintang-bintang di malam hari dan senandung pujian di depan
matahari di siang hari.'
Setelah itu seorang lelaki menghampiri. Bajunya hitam, janggutnya panjang
dengan dahi berkerut, dia berkata, "Cinta adalah ketidakpedulian yang buta.
la bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda.'
Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata,
'Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita. Ia
menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya.'
Seorang bermata buta menghampiri, sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya
ke tanah dan dia kemudian berkata sambil menangis, 'Cinta adalah kabus
tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau yang membuatnya
hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang, tuli
terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang bergema di lembah-lembah.'
Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi,
'Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka
dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya. Engkau bisa melihat dunia
bagai sebuah perarakan yang berjalan melewati padang rumput hijau.
Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat dari kesedaran dan
kesedaran.'
Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai potonganpotongan
kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata, "Cinta
adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam, kedamaian bagi
jiwa dalam kedalaman keabadian.’
Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia
berkata, "Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang
mengerti tentang cinta."
Waktu terus berjalan. Manusia terus-menerus melewati rumah ibadat.
Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta. Semua
menyatakan harapan-harapannya dan mengungkapkan misteri-misteri
kehidupannya
Khalil Gibran
Kemarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat dan
bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ tentang misteri dan kesucian
cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap.
Sambil mengeluh dia berkata, "Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi
lemah, aku mewarisinya dari Manusia Pertama."
Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan suara
bagai menyanyi dia berkata, "Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang
ditumbuhkan dariku, yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi
masa lalu dan generasi yang akan datang.'
Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri dan sambil mendesah,
dia berkata, 'Cinta adalah racun pembunuh, ular hitam berbisa yang
menderita di neraka, terbang melayang dan berputar-putar menembusi langit
sampai ia jatuh tertutup embun, ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang
haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam selama satu
tahun dan mati untuk selamanya.'
Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia
berkata, "Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin sebagai
siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat, membuat mereka bangkit dalam
doa di antara bintang-bintang di malam hari dan senandung pujian di depan
matahari di siang hari.'
Setelah itu seorang lelaki menghampiri. Bajunya hitam, janggutnya panjang
dengan dahi berkerut, dia berkata, "Cinta adalah ketidakpedulian yang buta.
la bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda.'
Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata,
'Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita. Ia
menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya.'
Seorang bermata buta menghampiri, sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya
ke tanah dan dia kemudian berkata sambil menangis, 'Cinta adalah kabus
tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau yang membuatnya
hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang, tuli
terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang bergema di lembah-lembah.'
Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi,
'Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka
dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya. Engkau bisa melihat dunia
bagai sebuah perarakan yang berjalan melewati padang rumput hijau.
Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat dari kesedaran dan
kesedaran.'
Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai potonganpotongan
kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata, "Cinta
adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam, kedamaian bagi
jiwa dalam kedalaman keabadian.’
Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia
berkata, "Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang
mengerti tentang cinta."
Waktu terus berjalan. Manusia terus-menerus melewati rumah ibadat.
Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta. Semua
menyatakan harapan-harapannya dan mengungkapkan misteri-misteri
kehidupannya
Khalil Gibran
Tuesday, June 26, 2012
CINTA (II)
oleh: Khalil Gibran
Mereka berkata tentang serigala dan tikus
Minum di sungai yang sama
Di mana singa melepas dahaga
Mereka berkata tentang helang dan hering
Menjunam paruhnya ke dalam bangkai yg sama
Dan berdamai - di antara satu sama lain,
Dalam kehadiran bangkai - bangkai mati itu
Oh Cinta, yang tangan lembutnya
mengekang keinginanku
Meluapkan rasa lapar dan dahaga
akan maruah dan kebanggaan,
Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku
Memakan roti dan meminum anggur
Menggoda diriku yang lemah ini
Biarkan rasa lapar menggigitku,
Biarkan rasa haus membakarku,
Biarkan aku mati dan binasa,
Sebelum kuangkat tanganku
Untuk cangkir yang tidak kau isi,
Dan mangkuk yang tidak kau berkati
(Dari 'The Forerunner)
Kahlil Gibran
Mereka berkata tentang serigala dan tikus
Minum di sungai yang sama
Di mana singa melepas dahaga
Mereka berkata tentang helang dan hering
Menjunam paruhnya ke dalam bangkai yg sama
Dan berdamai - di antara satu sama lain,
Dalam kehadiran bangkai - bangkai mati itu
Oh Cinta, yang tangan lembutnya
mengekang keinginanku
Meluapkan rasa lapar dan dahaga
akan maruah dan kebanggaan,
Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku
Memakan roti dan meminum anggur
Menggoda diriku yang lemah ini
Biarkan rasa lapar menggigitku,
Biarkan rasa haus membakarku,
Biarkan aku mati dan binasa,
Sebelum kuangkat tanganku
Untuk cangkir yang tidak kau isi,
Dan mangkuk yang tidak kau berkati
(Dari 'The Forerunner)
Kahlil Gibran
Monday, June 25, 2012
CINTA (I)
oleh: Khalil Gibran
Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta.
Dan dia mengangkatkan kepalanya dan memandang ke arah kumpulan manusia
itu, dan keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata:
Pabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara hujung-hujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia berbicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu bagai angin utara membinasakan taman.
Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau,
Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta.
Dan dia mengangkatkan kepalanya dan memandang ke arah kumpulan manusia
itu, dan keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata:
Pabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara hujung-hujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia berbicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu bagai angin utara membinasakan taman.
Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau,
Menjadi Penyair Lagi
oleh Acep Zamzam Noor
Melva, di Karang Setra, kutemukan helai-helai rambutmu
Di lantai keramik yang licin. Aku selalu terkenang kepadamu
Setiap melihat iklan sabun, shampo atau pasta gigi
Atau setiap kali menyaksikan penyanyi dangdut di televisi
Kini aku sendirian di hotel ini dan merasa
Menjadi penyair lagi. Bau parfummu yang memabukkan
Tiba-tiba menyalinap lewat pintu kamar mandi
Dan menyerbuku bagaikan baris-baris puisi
Kau tahu, Melva, aku selalu gemetar oleh kata-kata
Sedang bau aneh dari tengkuk, leher dan ketiakmu itu
Telah menjelmakan kata-kata juga
Kini aku sendirian di hotel ini dan merasa
Menjadi penyair lagi. Helai-helai rambutmu yang kecoklatan
Kuletakkan dengan hati-hati di atas meja
Bersama kertas, rokok dan segelas kopi. Lalu kutulis puisi
Ketika kurasakan bibirmu masih tersimpan di mulutku
Ketika suaramu masih memenuhi telinga dan pikiranku
Kutulis puisi sambil mengingat-ingat warna sepatu
Celana dalam, kutang serta ikat pinggangmu
Yang dulu kautinggalkan di bawah ranjang
Sebagai ucapan selamat tinggal
Tidak, Melva, penyair tidak sedih karena ditinggalkan
Juga tidak sakit karena akhirnya selalu dikalahkan
Penyair tidak menangis karena dikhianati
Juga tidak pingsan karena mulutnya dibungkam
Penyair akan mati apabila kehilangan tenaga kata-kata
Atau kata-kata saktinya berubah menjadi prosa:
Misalkan peperangan yang tak henti-hentinya
Pembajakan, pesawat jatuh, banjir atau gempa bumi
Misalkan korupsi yang tak habis-habisnya di negeri ini
Kerusuhan, penjarahan, perkosaan atau semacamnya
O, aku sendirian di sini dan merasa menjadi penyair lagi
1996
Melva, di Karang Setra, kutemukan helai-helai rambutmu
Di lantai keramik yang licin. Aku selalu terkenang kepadamu
Setiap melihat iklan sabun, shampo atau pasta gigi
Atau setiap kali menyaksikan penyanyi dangdut di televisi
Kini aku sendirian di hotel ini dan merasa
Menjadi penyair lagi. Bau parfummu yang memabukkan
Tiba-tiba menyalinap lewat pintu kamar mandi
Dan menyerbuku bagaikan baris-baris puisi
Kau tahu, Melva, aku selalu gemetar oleh kata-kata
Sedang bau aneh dari tengkuk, leher dan ketiakmu itu
Telah menjelmakan kata-kata juga
Kini aku sendirian di hotel ini dan merasa
Menjadi penyair lagi. Helai-helai rambutmu yang kecoklatan
Kuletakkan dengan hati-hati di atas meja
Bersama kertas, rokok dan segelas kopi. Lalu kutulis puisi
Ketika kurasakan bibirmu masih tersimpan di mulutku
Ketika suaramu masih memenuhi telinga dan pikiranku
Kutulis puisi sambil mengingat-ingat warna sepatu
Celana dalam, kutang serta ikat pinggangmu
Yang dulu kautinggalkan di bawah ranjang
Sebagai ucapan selamat tinggal
Tidak, Melva, penyair tidak sedih karena ditinggalkan
Juga tidak sakit karena akhirnya selalu dikalahkan
Penyair tidak menangis karena dikhianati
Juga tidak pingsan karena mulutnya dibungkam
Penyair akan mati apabila kehilangan tenaga kata-kata
Atau kata-kata saktinya berubah menjadi prosa:
Misalkan peperangan yang tak henti-hentinya
Pembajakan, pesawat jatuh, banjir atau gempa bumi
Misalkan korupsi yang tak habis-habisnya di negeri ini
Kerusuhan, penjarahan, perkosaan atau semacamnya
O, aku sendirian di sini dan merasa menjadi penyair lagi
1996
Sunday, June 24, 2012
Menunggu Apa?
Kau tunggu apa?
Mungkin kau tunggu kembalinya serdadu jepang dan membunuh lelaki yang mencintamu dan akhirnya kau rasa sakit karna kehilangan sosoknya?
Kau tunggu apa?
Mungkin kau tunggu suhu membeku agar kau bisa tahu hati siapa yang paling hangat untuk kau jadikan pelukan?
Kau tunggu apa?
Mungkin kau tunggu hitamnya mentari agar kau tahu lelaki mana yang bisa menyinari?
Tapi takkah kau sadari lelaki ini yang mampu menjawab tanya dari hatimu
2011
Mungkin kau tunggu kembalinya serdadu jepang dan membunuh lelaki yang mencintamu dan akhirnya kau rasa sakit karna kehilangan sosoknya?
Kau tunggu apa?
Mungkin kau tunggu suhu membeku agar kau bisa tahu hati siapa yang paling hangat untuk kau jadikan pelukan?
Kau tunggu apa?
Mungkin kau tunggu hitamnya mentari agar kau tahu lelaki mana yang bisa menyinari?
Tapi takkah kau sadari lelaki ini yang mampu menjawab tanya dari hatimu
2011
Huesca
Saduran Charil Anwar :
Jiwa di dunia yang hilang jiwa
jiwa sayang, kenangan padamu
adalah derita di sisiku
bayangan yang bikin tinjauan beku
angin yang bangkit ketika senja
mengingatkan ku musim gugur akan tiba
aku cemas akan kehilangan kau..
aku cemas pada kecemasanku,.
di batu penghabisan ke Huesca
di batas terakhir dari kebanggaan kita
kenanglah sayang, dengan mesra
kau kubayangkan di sisiku ada
dan jika untung malang menghamparkan
aku dalam kuburan dangkal
ingatlah sebisamu segala yang indah
dan cintaku yang kekal.
Puisi asli karya John Cornford
Heart of the heartless world,
Dear heart, the thought of you
Is the pain at my side,
The shadow that chills my view.
The wind rises in the evening,
Reminds that autumn is near.
I am afraid to lose you,
I am afraid of my fear.
On the last mile to Huesca,
The last fence for our pride,
Think so kindly, dear, that I
Sense you at my side.
And if bad luck should lay my strength
Into the shallow grave,
Remember all the good you can;
Don't forget my love.
"HUESCA"
Jiwa di dunia yang hilang jiwa
jiwa sayang, kenangan padamu
adalah derita di sisiku
bayangan yang bikin tinjauan beku
angin yang bangkit ketika senja
mengingatkan ku musim gugur akan tiba
aku cemas akan kehilangan kau..
aku cemas pada kecemasanku,.
di batu penghabisan ke Huesca
di batas terakhir dari kebanggaan kita
kenanglah sayang, dengan mesra
kau kubayangkan di sisiku ada
dan jika untung malang menghamparkan
aku dalam kuburan dangkal
ingatlah sebisamu segala yang indah
dan cintaku yang kekal.
Puisi asli karya John Cornford
"To Margot Heinemann"
Heart of the heartless world,
Dear heart, the thought of you
Is the pain at my side,
The shadow that chills my view.
The wind rises in the evening,
Reminds that autumn is near.
I am afraid to lose you,
I am afraid of my fear.
On the last mile to Huesca,
The last fence for our pride,
Think so kindly, dear, that I
Sense you at my side.
And if bad luck should lay my strength
Into the shallow grave,
Remember all the good you can;
Don't forget my love.
Tuesday, June 12, 2012
Cara Memasang Iklan di Blog
1. Login ke Blogger
2. Tata Letak > Tambahkan Widget > lalu pilih HTML/Java Script.
dan yang perlu di perhatikan pastikan letak widgetnya di sidebar
blog-blog sobat sekalian.
3. Kemudian Copy Script di bawah ini
<div align="center">
<table border="0" cellpadding="2" cellspacing="6" width="auto" bgcolor="#ffffff">
<tbody><tr>
<td><center><a href="URL/Alamat IKLAN"><img title="Deskripsi Iklan" width="125" src="URL/Alamat Gambar Iklan"
border="0" height="125" width="125" /></a></center></td>
<td><center><a href="URL/Alamat IKLAN"><img title="Deskripsi Iklan" width="125" src="URL/Alamat Gambar Iklan"
border="0" height="125" width="125" /></a></center></td></tr>
</tr><td><center><a href="URL/Alamat IKLAN"><img title="Deskripsi Iklan" width="125" src="URL/Alamat Gambar Iklan"
border="0" height="125" width="125" /></a></center></td>
<td><center><a href="URL/Alamat IKLAN"><img title="Deskripsi Iklan" width="125" src="URL/Alamat Gambar Iklan"
border="0" height="125" width="125" /></a></center></td></tr>
</tbody></table>
</div>
Keterangan untuk tulisan yang berwarna :
Merah : Ganti dengan url iklannya, maksudnya adalah apabila kita mengklik banner tersebut maka akan tertuju dengan website iklannya.
Biru : Ganti dengan deskripsi iklannya, maksudnya kata-kata yang menjelaskan tentang iklan apa yang di muat
Hijau : Ganti dengan alamat URL dari Gambar banner iklannya
Sunday, June 10, 2012
Hari Minggu Saya Seperti Biasa
oleh: Herlangga Juniarko
Hari
ini saya hanya mampu bangun pada jam delapan pagi, padahal biasanya bangun
waktu adzan duhur atau mungkin sudah adzan ashar. Tapi apa gunanya bangun
pagi-pagi, apalagi hari minggu. Biasanya setelah bangun jam lima pasti saya
akan tergeletak pasrah seperti pindang di atas kasur yang bau-baunya sudah tak
karuan lagi (yang pasti bukan bau hasil pengeluaran dari kelamin lho).
Setelah
saya membuka mata dan memastikan bahwa diri saya sedang dalam keadaan sadar.
Thursday, June 7, 2012
Hujan Bulan Juni
oleh: Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
1990
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
1990
Friday, June 1, 2012
Hanya Sampai
Ya, mungkin hanya
sampai sini
Karena selama
waktu itu
Adalah sia-sia
saja
Maka aku akan melemah
pada-Nya
Ya, mungkin hanya
sampai masa ini
Aku takkan mampu
lagi
Menggenggam jiwa
yang sedang terlena
Meski pun
awan-awan belum menggumpal
Namun semua
lajunya ke arah cahaya mentari
Dan aku,
Adalah awan
mendung di langit bulan
Yang termenung
diterpa cahaya bulan
Ya, mungkin takkan
sampai
Awanku menyentuh
awanmu
Atau lebih dari
itu
2012