Tuesday, September 7, 2021

Menderas

Menderas di darah
    Aku yang lain, ya allah

Menderas. mengalir kepadaku
    Seperti aliran sungaiku ke lautnya

Menderas, menggelombang
    Seperti ombaknya pada airku

Kami ganti mengganti
    Saling mengaku, mengia, mengaku

Kami berdenyut bagai satu
    Kami bergiliran bagai dua

Kami menghilang, menjelma aku
    Sesukanya, sesuka kami, sesukaku

Kami bercanda, siang malam bercanda
    Bermain-main hidup di dunia


1986
Emha Ainun Nadjib
*diambil dari antologi puisi "Cahaya Maha Cahaya"



Sunday, September 5, 2021

Sajak Cinta Seorang Hamba

Aku mencintaimu dari segala arah
dari seluruh penjuru, maka bagimu
tak ada satu ruang pun di dunia
bahkan di luar alam semesta
yang luput dari puji-pujianku.

Aku mencintaimu di masa lalu
kini dan waktu yang akan datang
maka tak berlalu sedetik pun
dalam hidupmu, tanpa doa-doa
terbaikku.

Tak satu hal pun darimu
yang tak aku puja dan tak ingin
aku jaga, bahkan mimpi
dan sehelai bulu matamu.

Tak satu titah pun darimu
yang tak aku dengar dan tak ingin
aku patuhi, bahkan jika suatu hari nanti
kau menyuruhku untuk berhenti
:
sebab aku mencintaimu
aku berhenti mencintaimu


2021
Edwar Maulana
*diambil dari Instagram Story Edwar Maulana



Friday, September 3, 2021

Kamus Kecil

Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu
Walau kadang rumit dan membingungkan
Ia mengajari saya cara mengarang ilmu
Sehingga saya tahu
Bahwa sumber segala kisah adalah kasih
Bahwa ingin berawal dari angan
Bahwa ibu tak pernah kehilangan iba
Bahwa segala yang baik akan berbiak
Bahwa orang ramah tidak mudah marah
Bahwa untuk menjadi gagah kau harus menjadi gigih
Bahwa seorang bintang harus tahan banting
Bahwa orang lebih takut kepada hantu ketimbang kepada Tuhan
Bahwa pemurung tidak pernah merasa gembira
Sedangkan pemulung tidak pelnah merasa gembila
Bahwa orang putus asa suka memanggil asu
Bahwa lidah memang pandai berdalih
Bahwa kelewat paham bisa berakibat hampa
Bahwa amin yang terbuat dari iman menjadikan kau merasa aman

Bahasa Indonesiaku yang gundah
Membawaku ke sebuah paragraf yang merindukan bau tubuhmu
Malam merangkai kita menjadi kalimat majemuk yang hangat
Dimana kau induk kalimat dan aku anak kalimat

Ketika induk kalimat bilang pulang
Anak kalimat paham
Bahwa pulang adalah masuk ke dalam palung
Ruang penuh raung
Segala kenang tertidur di dalam kening

Ketika akhirnya matamu mati
Kita sudah menjadi kalimat tunggal
Yang ingin tinggal
Dan berharap tak ada yang bakal tanggal


2014
Joko Pinurbo