herlangga juniarko

Powered By Blogger

Friday, December 20, 2013

Malin Kundang

oleh: Joko Pinurbo

Malin Kundang pulang menemui ibunya
yang terbaring sakit di ranjang.
Ia perempuan renta, hidupnya tinggal
menunggu matahari angslup ke cakrawala.

“Malin, mana isterimu?”
“Jangankan isteri, Bu. Baju satu saja robek di badan.”

Perempuan yang sudah tak tahan merindu itu
seakan tak percaya. Ia menyelidik penuh curiga.

“Benar engkau Malin?”
“Benar, saya Malin. Lihat bekas luka di keningku.”
“Tapi Malin bukanlah anak yang kurus kering
dan compang-camping. Orang-orang telah memberi kabar
bahwa Malin, anakku, akan datang
dengan isteri yang bagus dan pangkat yang besar.”
“Mungkin yang Ibu maksud Maling, bukan Malin.”
“Jangan bercanda, mimpiku telah sirna.”

Walau sakit, perempuan itu memberanikan diri bertanya:

Thursday, December 19, 2013

Cerita Hari Ini

oleh: Herlangga

Hari ini, ia bertemu dengan volt
"Kenapa dunia begitu sunyi" dalam hatinya
Padahal temannya tengah mengobrol
Tapi ia bisu kala itu, tiba-tiba

"Hari ini," katanya
"Begitu menegangkan seperti biasanya" dalam hati
(Matanya terjebak dalam voltase)


2013

Wednesday, December 18, 2013

Abad yang Berlari

oleh: Afrizal Malna

palu. waktu tak mau berhenti, palu. waktu tak mau berhenti.
seribu jam menunjuk waktu yang bedaberbeda. semua ber-
jalan sendiri-sendiri, palu.

orang-orang nonton televisi, palu. nonton kematian yang di-
buka di jalan-jalan, telah bernyanyi bangku-bangku sekolah,
telah bernyanyi di pasar-pasar, anak-anak kematian yang
mau merubah sorga. manusia sunyi yang disimpan waktu.

palu. peta lari berlarian dari kota datang dari kota pergi,
mengejar waktu, palu, dari tanah kerja dari laut kerja dari
mesin kerja. kematian yang bekerja di jalan-jalan, palu. ke-
matian yang bekerja di jalan-jalan.

dada yang bekerja di dalam waktu.

dunia berlari. dunia berlari
seribu manusia dipacu tak habis mengejar.

1984

*dari antologi puisi "abad yang berlari"

Monday, December 16, 2013

Nisan

oleh: Chairil Anwar

Untuk nenekanda

Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
dan duka maha tuan bertakhta.


Oktober, 1942

Sunday, December 15, 2013

Arsitektur Hotel

oleh: Afrizal Malna

Hotel sepi. Hotel mati. Seekor burung dari kamar ke kamar,
menyileti cermin. Dan batu-batu membuat bangku, dan
batu-batu membuat pintu, dan batu-batu membuat tamu.
Dada. Telur-telur mengisi hotel. Beri aku orang.

Hotel mengubah orang-orang datang jadi orang-orang
pergi, menyetir mobil, menyetel radio sendiri, me-
manggil burung-burung terbang, menghias sunyi di setiap
telur. Maka, Dada, kupu-kupu bersarang jadi pohon mati,
burung-burung terbang jadi bukit mati. Ia bangun manusia
pecah.

Ini jam hotel. Dada. Waktu sedang membuat sarang, mem-
buat telur. Setelah semua janji dianggap tidak suci, angin
itu jadi hotel, semangka itu jadi hotel, sapi itu jadi hotel.
Maka jendela-jendela hotel, Dada, menunggu semua yang
pergi, menunggu semua yang lari, menunggu semua yang
tak setuju.

Biarkan tamu-tamu datang. Dada. Memecahkan telur dari
kamar ke kamar. Memecahkan telur dari kamar ke kamar.

1984


*dari antologi "Abad yang Berlari"

Saturday, December 14, 2013

Ke-ada-an Warna

oleh: Herlangga

ada yang merindukan warna
pada cahaya ia menepis gelap
gerbong-gerbong masih bergerak
mengikuti lokomotiv masa

lalu apa artinya kebisuan?
kesunyian yang memecah gerbong
hanyalah jeda antara ketiadaan

dari dalam tasnya ia megambil ada
seperti lampu neon bercahaya
untuk melenyapkan tiada

bukankah warna berawal dari cahaya?
lalu apa warna dari ada?
ia masih merindukan warna yang telah habis masanya


2013

Friday, December 13, 2013

Kami Telah Merdeka , Bung!

Terkisahkan dalam kata-kata
Pada langit Nagasaki dan Hiroshima
Sebuah uranium telah melebur di udara
Hingga hilang lebur kota

Sebulan kemudian, aku melihat mereka mendatangi
Di Surabaya, bendera telah berkibar,
tetapi bukan bendera kami
Merah, putih dan biru mengambang di udara
Seakan-akan menginjak harga diri bangsa

Rakyat pemberani memanjat merayapi udara menuju bendera
Ia robek warna biru. Ia proklamirkan,
“Indonesia telah merdeka, Bung!”

Amarah telah di puncak, langit mengelam

Thursday, December 12, 2013

Kenangan

Oleh: Herlangga

Rokok yang kuhisap di ujung senja
sungguh mengingatkanku padamu. Abu-abu
berterbangan ditiup angin kemarau. Dan ketika kemarin
kita berada di pucak gunung itu.
Kau melihat samudra yang indah di sudut pagi,

ada pula sisasisa purnama di atasnya.
Sugguh kau mencintai itu. Seperti aku
mencintai setiap partikel cahaya yang meluncur ke hadapanku
serupa dirimu. Kenangan memang indah seperti
tiktok jam dinding yang mengaduk sepi

di sekelilingku. Dan ketika itu, aku melupakanmu.
Karena pedang telah mengkilat
di ujung leherku.


2012

Tuesday, December 10, 2013

Sehalaman Komik Hitam

oleh: Hasan Asphani

Hingga setengah pertunjukan, kita masih
memainkan adegan tanpa perbincangan.

Di balon percakapanmu kau mengatur
sejumlah konsonan. Seperti tak faham,
aku telah lama tak tahu apa mau dikatakan.

Lalu halaman cuma hitam. Cahaya karam.

Kau tahu, tak? Ada yang terkekeh Membaca,
kita yang terjebak adegan. Tanpa perbincangan.

*dari antologi "Telimpuh"

Saturday, December 7, 2013

Analogi Anak-anak

oleh: Herlangga Juniarko

Marah hanyalah beberapa anak kecil yang lepas dari pandangan ibunya di pembaringan
Sedangkan anak-anak itu pasti akan kembali ke pangkuan ibunya ketika malam telah tergenang di langit
Jadi tak perlulah ikut berkeliaran dan melepaskan dirii dari pandangan sang ibu
Karena kesabaran adalah ibu yang rela melepaskan anaknya hilang dari pandangan dan mennunggunya hingga purnama membentang
Dan pertikaian kita kini hanyalah pertemuan senja dan malam yang sedari dulu selalu di perbincangkan oleh anak dan ibunya ketika berjumpa

2012

Friday, December 6, 2013

Jati Diri Sastra dalam Masyarakat

oleh: Herlangga Juniarko


            Sastra merupakan salah satu bentuk seni yang berupa bahasa. Dalam masyarakat, bahasa merupakan bagian penting dari kehidupan. Bahasa menjadi alat komunikasi masyarakat secara keseluruhan, sehingga sastra pun menjadi bagian penting yang membangun perkembangan bahasa.  Dengan begitu, sastra tidak akan terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
            Perkambangan sastra berbanding lurus dengan kehidupan berbahasa manusia. Sastra yang dapat berfungsi sebagai hiburan mampu dengan mudah diterima masyarakat. Hal itu terjadi karena manusia pada dasarnya menyukai keindahan dan sastra merupakan keindahan berbahasa.
            Dalam masyarakat, sastra memiliki beberapa fungi tersendiri. Pertama, sastra yang tercipta pada masyarakat akan memperlihatkan kehidupan masyarakat berfungsi untuk menilai masyarakat tersebut. Kedua, sastra dapat menggerakkan masyarakat untuk melakukan suatu hal menurut keinginan si pembuat sastra. Ketiga, sastra dapat memperlihatkan masa depan dari suatu masyarakat.
            Sastra yang tercipta pada suatu masyarakat merupakan cerminan dari masyarakat tersebut pada saat itu. Sebagai contoh, jika suatu masyarakat merupakan masyarakat yang melankolis, maka sastra yang terbentuk pun akan menjadi melankolis. Begitu juga, jika suatu masyarakat merupakan masyarakat yang bebas, maka sastra yang terbentuk pun akan penuh dengan gebrakan kreatif.

Wednesday, December 4, 2013

Volt

oleh: Herlangga Juniarko

Lelaki itu telah menemukan voltnya
Ketika senja ia selalu terkenang dan menyesal bertemu dengannya
Karena tak ada kata-kata hangat terhampar
Atau barisan puisi yang menghantar

“Esok, aku ingin sekedar menanyakan kabarnya” katanya
Kala senja masih terisi kenangan dan sesalan

Tapi esok,
Ketika tanggal telah luluh dan di hadapannya volt
Bibirnya seakan terkunci sunyi
Dan waktu benar-benar sepi

“Selamat tinggal” volt berlalu
“Semoga kita bertemu lagi esok” jawabnya dalam hati
Meraka (mungkin) akan bertemu lagi esok

“Aku ingin sekedar menanyakan kabarnya esok” katanya (lagi) dalam hati
Selalu ketika senja hanya berisi kenangan dan sesalan

2013