herlangga juniarko

Powered By Blogger

Sunday, March 31, 2013

Ingatlah Ini Sebelum Memakai Sarung


oleh: Raditya Dika

Bokap gue punya fetish sama kolor.
Entah kenapa, bagi dia mengganti kolor setiap hari itu sangatlah penting. Bisa dibilang, kebutuhan primer dia ada empat: sandang, pangan, papan, dan kolor.
           
            Setiap kali dia pulang dari tugas kerja, hal pertma yang dia lakukan adalah memenggil gue dan memperlihatkan oleh-oleh yang dia bawa. Setelah mengharap tinggi-tinggi untuk di beliin CD ato console game baru, biasanya harapan gue dihempaskan dengan hadirnya satu dus kolor baru.
            ’ini untuk kamu, Dik.’ Dia bilang dengan antusiasme tinggi. Gue ngeliat ke tumpukan kolor baru. Untuk gue? Kolor bergambar dinosaurus di tengahnya ini untuk gue?
            ’makasih ya, pa.’ Gue pasrah dengan takdir Tuhan
Saking seringnya diberi kolor, gue pun punya hampir berbagai jenis dan warna yang mungkin ada. Merah, biru, ijo, sampai ke item muda (emang ada gitu item muda?).

            Kolor memang sangat penting buat bokap. Hingga ketika gue lagi nyantai baca komik malem-malem sambil tiduran, saat itu juga Bokap tiba-tiba masuk kamar. Dengan mukanya yang serius dia bilang, ‘eh, kok, malem-malem belom tidur? Kau sudah...’

Wednesday, March 27, 2013

Nada-nada Abstrak

oleh: Herlangga Juniarko

seperti nada-nada yang sedang kupelajari
kau tak mampu menyatu dengan gendang telingaku sehingga dapat kudengar kedalaman hatimu
maka false adalah nada-nada yang kuhasilkan dari pita suaraku

tapi nada-nada ini begitu abstrak, begitu juga kau
tak dapat kumengerti meski seharian kita bersama
tak ada kajian yang mampu menjamah
nada tanpa kepekaan, juga kau

segala tidak akan pernah bersentuhan
aku buta nada
maaf


2013



Saturday, March 9, 2013

Sajak buat Istri yang Buta dari Suaminya yang Tuli

oleh: Aan Mansyur

Maksud sajak ini sungguh sederhana. Hanya ingin memberitahumu bahwa baju yang kita kenakan saat duduk di pelaminan warnanya hijau daun pisang muda, tetapi yang membungkus kue-kue pengantin adalah daun pisang tua. Memang keduanya hijau, tetapi hijau yang berbeda, Sayang.

Di kepalamu ada bando berhias bunga, kau merasakannya tetapi mungkin tidak tahu bunga-bunga itu adalah melati putih. Sementara di kepalaku bertengger sepasang burung merpati, juga berwarna putih.

Aku selalu membayangkan, hari itu, kita seperti sepasang pohon di musim semi. Kau pohon penuh kembang. Aku pohon yang ditempati burung merpati bersarang.

Aku lihat, orang-orang datang dan tersenyum. mereka berbincang sambil menyantap makanan. Tapi aku tak dengar apa yang mereka bincangkan. Maukah kau menyatakannya padaku, Sayang?


*diambil dari salah satu cerpen di buku "Kukila"

Wednesday, March 6, 2013

Lingkaran Bulan


- Untuk Sita

oleh: Soni Farid Maulana

Ya, memang jarak dan bahasa memisah kita
Tapi rinduku padamu adalah hembusan angin
Yang berdesau dan berdesau
Dari dahan ke dahan cemara. Mengalir dan berdesir

Mencari keteduhan hatimu. Malam alangkah dingin
Di sini. Suara kendaraan menghilang dalam
Pendengaran, tiang listrik dipukul orang: -- bunyinya
Menggema dalam batinku, mengekalkan kerinduanku
Padamu

Malam alangkah kelam
Maut yang bengis bertudung kian hitam.
Masih kuingat di tepi telaga di Alengka

Hangat desah nafasmu yang lembut
mengguncang perasaanku yang dalam
tanpa jarak dan bahasa


1997

*diambil dari salah satu cerpen di buku antologi "Di Ranjangmu Aku Tahu Aku Mati"